Latar Belakang Strategis Jokowi Memilih Andika Perkasa Jadi Panglima TNI

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Jokowi paham. Realitas kekhawatiran pasca Jokowi 2024 nyata. Antisipasi terhadap ketakutan akut hancurnya Indonesia kentara. Indonesia menuju Suriah tetap di depan mata. Buktinya, Densus 88 diminta dibubarkan. Maka Jokowi tidak mau salah dalam memilih Panglima TNI.

Narasi fitnah kriminalisasi ulama disuarakan oleh pengasong khilafah. Kaki tangan Cendana, Fadli Zon minta Densus 88 dibubarkan. Bukan sekedar bernarasi. Ada tujuan nyata Fadli Zon pendukung teroris. Buktinya, dia sohib Abu Bakar Ba’asyir.

Pola penghancuran sistematis NKRI sejak 1980-an, dengan gerakan usroh tarbiyah. Puncaknya 10 tahun SBY membesarkan HTI, FPI dan banyak ormas radikal. Penghancuran budaya Indonesia dengan pola Arabisasi-Wahabisme tumbuh subur. Budaya Indonesia dicibir dan disingkirkan.

Partai politik ditunggangi Wahabisme dan Ikhawanul Muslimin. Para pengasong Khilafah berkolaborasi dengan para penjahat, koruptor, dan konglomerat. Janji surga virtual untuk mengadopsi budaya Arab secara sistematis menghancurkan kecintaan terhadap budaya dan peradaban Indonesia.

Maka, mayoritas perempuan dan lelaki Indonesia mengenakan atribut Arab. Sebagian lagi mengenakan celana cingkrang. Tambah atribut jidat gosong.

Batik dan kain-kain Indonesia menjadi satu-satunya alat melawan dominasi kegilaan Wahabi dalam berbusana. Koko diklaim sebagai busana Arab. Padahal pakaian tradisional Tiongkok. Daster Arabia dipakai banyak lelaki Indonesia menjadi lucu.

Kampanye 35 tahun radikalisme, intoleransi, terorisme telah merasuki semua lembaga negara, bahkan BUMN pun menyumbangkan teroris. Tercatat pada 2010-2015, 23 anggota TNI/Polri dan ASN terlibat dalam terorisme. Mengerikan.

Para politikus melahirkan ratusan perda Syariah yang segregatif, untuk merebut simpati para kaum radikal. Perda syariah jelas melanggar Pancasila, karena hanya mementingkan satu golongan. Padahal Republik memiliki 6 agama resmi: Konghucu, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha.

Menteri Pariwisata Sandiaga Uno membangun Wisata Halal, mengaitkan dengan agama. Uno justru mengakomodasi nafsu kaum radikal, untuk menghancurkan Pariwisata.

Banjarnegara, Wonosobo itu kantong teroris. Uno membangun wisata hotel Syariah persis di samping Museum Dieng yang sejarah Hindu. Kegilaan Uno yang kebelet jadi presiden. Dampak Wisata Halal Sandiaga Uno ya kasus Anjing di Aceh dan kisruh di Bali.

Jokowi paham. Peta ancaman terhadap NKRI mewujud dalam konstelasi politik pelik. Banyak ormas dan LSM jadi sarang radikalisme, HTI, FPI dan teroris. Teranyar muncul teroris dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ahmad Zain An Najah.

Melihat peta politik seperti itu, Jokowi yang sudah ditinggalkan oleh partai politik, melakukan upaya penguatan. Untuk Jokowi sendiri. Dan, NKRI. Relawan yang dipegang Jokowi sudah tercabik-cabik, terkait suksesi Presiden 2024. Sebagian cari posisi komisaris. Yang tak kebagian berteriak minta jatah. Koplak memang relawan.

Jokowi tak mau terjebak Parpol dan Relawan. Jokowi tahu legacy-nya akan rontok jika Pilpres 2024 tidak dilakukan. Apalagi Jokowi 3 periode.

Pun, Jokowi yang sipil, dalam struktur kekuasaan negara, selain lembaga Kepresidenan RI, Jokowi hanya memercayai TNI, Polri, dan BIN. Tiga lembaga ini memiliki organ seperti BNPT, Bais, BNPB, Lemhanas dan yang terkait menjadi benteng NKRI.

Dalam rangka 2024 and Beyond, Jokowi memilih para setia. Tentu, Hadi Tjahjanto dihadiahi jabatan setingkat menteri. Namun, kepentingan negara menjadi prioritas Jokowi. Andika Perkasa menjadi pilihan, bukan Yudo, sebagai Panglima TNI, setelah Listyo jadi Kapolri.

Naiknya Andika Perkasa menyelesaikan banyak langkah catur politik Jokowi. Regenerasi TNI berjalan mulus. Dudung Abdurachman jadi KASAD. Pangkostrad Maruli Simanjuntak. Penguatan politik Jokowi menjadi sempurna. Karena organ TNI-Polri dan BIN solid.

Catatan Dudung Abdurachman, Listyo Sigit, Fadil Imran, dan Maruli Simanjuntak, menyakinkan Jokowi untuk mengambil sikap politik dalam menjaga NKRI. Kejutan Mayjend Suharyanto tiba-tiba dipilih jadi Kepala BNPB. Luar biasa.

TNI di bawah Panglima TNI Andika Perkasa dipastikan akan menjadi momentum penguatan TNI, Jokowi, dan NKRI. Konstelasi politik pun berubah total. Pencapresan 2024 kocar-kacir. Relawan makin bingung. Linglung. Parpol menunggu dinamika politik. Untuk meminang Capres yang pasti menang. Jokowi pun aman setelah 2024.

Oleh: Ninoy Karundeng

- Advertisement -

Berita Terkini