Kisah Tragis Anak Brandan, Mimpi Dijalani dengan Kegigihan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – All succesful people men and women are big dreamers. They imagine what their future could be, ideal in every respect, and then they work every day toward their distant vision, that goal or purpose. (Brian tracy).

Semua orang yang sukses, baik pria maupun wanita adalah para pemimpi besar. Mereka membayangkan masa depan mereka akan seperti apa, ideal dalam segala hal dan selanjutnya mereka bekerja setiap hari menuju impian mereka yang jauh, yang menjadi maksud atau tujuan.

Saya percaya hal ini karena saya punya pengalaman tentang mimpi besar ini. Walau sejujurnya saya belumlah bisa dikatakan sukses, walau saya yakin suatu hari kelak saya akan sukses.

Begini ceritanya, dulu sekali sekitar tahun 78 an, TVRI saat itu hanya satu-satunya TV yang bisa di tonton. TVRI sering menayangkan liga Jerman (satu-satunya tayangan sepak bola kala itu).

Saya senang sekali melihat saat melihat klub sepak bola jerman bermain, sehingga nama-nama seperti Frans Beckenbeuer, Felix Maggath, Gerd Mueller serta Hrubesc saya hapal luar kepala.

Ketika saya menonton bintang-bintang besar ini bermain, saya merasa seakan-akan ada di tengah-tengah penonton stadion sepakbola Frankfurt yang megah dan penuh euforia.

Saya jadinya sering bermimpi pergi ke kota Frankfurt, karena saat itu saya mengidolakan klub sepakbola Frankfurt yang juga diperkuat seorang pemain korea Cha Bum kun.

Waktu itu klub Frankfurt dengan Cha Bum Kun nya setaralah dengan klub Inggris Notingham Forest dengan Kevin Keegan-nya.

Saat saya menonton klub Frankfurt bermain melalui TV Hitam putih merk Philip, saya selalu berkhayal akan pergi ke kota Frankfurt dan malamnya saya bermimpi sedang bersorak-sorai di Frankfurt Football stadium yang megah.

Sejak saat itu saya selalu bercita-cita ingin ke Frankfurt. Saya meyakini suatu saat saya akan datang ke kota Frankfurt.

Saat saya memasuki kelas 5 SD saya mulai ikutan group Musik Bahana Patra Pratama Pertamina Pangkalan Brandan.

Saya sangat serius berlatih ; di sisi lain dalam kepala saya keinginan untuk pergi ke Frankfurt Jerman tidak pernah padam (sampai di sini belum ada hubungannya antara klub sepakbola Frankfurt dengan Group Musik Bahana Patra Pratama Pertamina Pangkalan Brandan).

Memasuki kelas dua SMP, ada kesempatan bagi putra-putri karyawan pertamina Pangkalan Brandan untuk mengikuti kejuaraan dunia World Music Contest di Kerkrade Belanda, Hammar Janitsjar Vestivalen di Hammar Norwegia dan Wereld Jugend Music di Zurich Swis.

Sayapun ikut seleksi, saya saat itu bukanlah yang terbaik. Nah di sinilah keajaiban berlaku. Pemain terbaik saat itu adalah sahabat baik saya Almarhum Zulkarnaen Mendrofa (Alfatihah buat sahabat terbaik saya ini).

Saya terpilih karena sahabat saya ini bukan anak karyawan Pertamina, maka saya yang anak Pertamina lah yang berangkat. (Sahabat saya ini menerimanya dengan lapang dada, thanks sahabat/saudaraku Alm Zulkarnaen Mendrofa aku sangat berterima kasih padamu).

Singkat cerita, saya sangat senang sekali terpilih masuk dalam team Drumb Corps Indonesia yang mewakili Indonesia berlaga di pentas dunia.

Saya meneliti kota-kota penyelenggara kejuaraan ; kok nggak ada Frankfurtnya, yang ada hanya Kerkrade Belanda, Hammar Norwegia dan Zuruch Swiss.

Tak apalah batin saya saat itu, yang penting negara-negara ini pasti dekat dengan Jerman karena kalau saya lihat peta Belanda dan Swiss amat dekat dengan Jerman kecuali Norway yang agak jauh.

Akhirnya Bulan Juni 1985 setelah berlatih dengan amat keras sampai bibir saya tebal karena terus berlatih meniup Trompet dan perut saya six pact karena setiap hari harus sit up 100 kali, kamipun berangkat.

Kami berangkat dengan 3 kali transit masing-masing di Changi Airport, Don Muang Bangkok thailand dan Abu dhabi Uni Emirat Arab.

Setelah transit di Changi kemudian Donmuang Airport, kami melanjutkan penerbangan ke Abu Dhabi bandara terakhir sebelum menuju Eropa .

Pada waktu itu setelah dari Abu Dhabi, entah karena masih anak-anak atau hal lainnya, saya belum tau akan terbang ke negara eropa mana terlebih dahulu di samping Passport di pegang okeh Chief de Mission kami.

Saya tertidur karena kelelahan, juga mungkin ada rasa takut karena harus terbang berjam-jam atau bisa juga saya mengalami Jetlag.

Tiba-tiba sayup-sayup saya mendengar suara Mbak Ninuk istri dari pelatih Musik saya Mas Badrut Taman Hossein ayah dari penyanyi Warna Nina Tamam ; bangun..bangun ..kita sudah sampai di Frankfurt.

Seketika saya terbangun dan melihat pesawat sudah mendarat.

Karena saya berada di sisi jendela, sayapun mencoba melihat keluar dan saya melihat tulisan Flughafen Frankfurt am Main, atau Frankfurt International Airport, Bandara terbesar dan termegah di Jerman saat itu.

Saya mengucek-ucek mata saya sambil memukul-mukul kepala saya, apakah saya berminpi ?

Tiba-tiba Mbak Ninuk Taman Hossein berteriak : “Ayo anak-anak kita sudah sampai Frankfurt , ayo bergegas kita sudah di tunggu Pak Dubes !!

Dadaku bergemuruh menahan haru. Begitu turun dari pesawat KLM, saat menjejakkan kaki di tanah Frankfurt, saya langsung bersujud mencium beton Frankfurt, mataku berkaca-kaca, aku tidak perduli beberapa temanku melihat dengan heran …Keajaiban !!

Sahabat, aku tidak ingin membicarakan secara spesifik bagaiman aku di Kota Frankfurt, tapi aku ingin menceritakan mimpi besarku, keyakinan dan keajaiban yang aku alami dalam perjalanan hidupku.

Keyakinan akan minpi besarku serta ke ajaiban akhirnya membawaku ke sudut dunia yang selalu kuimpikan.

We Carry within us the wonders we seek around us.

Kita membawa dalam diri kita ke ajaiban yang kita cari di sekitar kita *Sir Thomas Browne*.

And Above All, watch with glittering eyes the whole world around you because the greatest secrets are always hidden in the most unlikely places. Those who don’t believe in magic will never find it.

Dan di atas segalanya, lihat dunia di sekelilingmu dengan penuh ke kaguman, karena rahasia terbesar selalu tersembunyi di tempat-tempat yang tak terduga. Mereka yang tak percaya keajaiban tak akan pernah menemukannya Roald Dahl.

Berkaitan dengan keajaiban ini, dalam waktu dekat saya akan menerbitkan sebuah buku yang saya kasih judul Menjemput Keajaiban. Mohon doa ya kawan-kawan sekalian.

Ditulis berdasarkan pengalaman hidup yang penuh keajaiban dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Oleh: Muhammad Bardansyah Vice Presiden at BTPN Syariah /Alumni HMI Cabang Medan Komisariat FISIP USU Medan

- Advertisement -

Berita Terkini