Di Balik Kekejaman Seorang Hitler (2)

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Ryzka Dwi Kurnia

MUDANews.com – Siapa yang dapat menduga, dibalik sikap keras dan kejam yang dimiliki Hitler, terdapat kisah romantis penuh cinta yang pernah dijalaninya. Kisah cinta ini bermula ketika Hitler bertemu Eva, saat perempuan kelahiran Munchen itu berusia 17 tahun. Kala itu, ia bekerja sebagai asisten Heinrich Hoffmann, fotografer asal Munich yang kemudian menjadi kamerawan pribadi Sang Fuhrer.

Kisah Cinta Seorang Hitler

Eva Anna Paula Braun (lahir di München, Jerman, 6 Februari 1912 – meninggal di Berlin, Jerman, 30 April 1945 pada umur 33 tahun) adalah perempuan simpanan dan selama satu hari dan satu malam, istri Adolf Hitler. Pada 1936 ia menjadi pacar Hitler dan Pada 29 April 1945, ketika Tentara Merah Uni Soviet sudah berada di kota Berlin, ia menikah dengan Hitler. Sehari kemudian mereka bunuh diri dan jasad mereka dibakar.

Wanita cantik berambut ikal tersebut dinikahi Hitler hanya kurang dari 40 jam sebelum mereka memutuskan untuk mengakhiri hidup bersama. Eva mengonsumsi sianida, sebelum Hitler menembak dirinya sendiri di bagian kepala. Meski dua sejoli itu sudah hidup bersama selama bertahun-tahun namun perbedaan usia tidak menghalangi cinta mereka, diketahui Hitler dan Eva beda usia 20 tahun.

Kehidupan cinta dan seksual mereka seperti laiknya pasangan normal lainnya. Hitler menyembunyikan keberadaan Eva selama masa kepemimpinannya kepada rakyat Jerman. Untuk menguatkan mitos bahwa ia “menikahi bangsa dan negaranya”. Eva hanya diperkenalkan ke orang-orang dekatnya, dilingkaran dalam, pada acara yang digelar di rumah peristirahatannya di Berchtesgaden, Alpin atau apartemennya di Berlin. Dan seperti Hitler, tak diketahui dimana makam Eva berada. Jasad keduanya diduga kuat dibakar Tentara Merah, Uni Soviet beberapa saat setelah ditemukan tergeletak di sebuah sofa di dalam bunker.

Salah satu gambar menunjukkan koresponden perang memeriksa sofa yang biasa  diduduki dan tempat pasangan tersebut bunuh diri.

Eva Broun mengungkapkan isi hatinya melalui surat yang Ditulis dari bunker persembunyiannya.  Eva mengaku “bahagia bersama Hitler”, meski di tengah berondongan artileri dan bom bertubi-tubi dijatuhkan pihak Uni Soviet. “Aku yakin semua akan kembali seperti semua, baik-baik saja,” tulis Eva dalam surat pertamanya, seperti dimuat Daily Mail, Selasa (11/6/2013).

Namun, optimisme itu tak berumur panjang. Tiga hari kemudian, saat serdadu Uni Soviet merebut ibukota, Berlin, dan dengan cepat melumpuhkan pasukan Jerman yang lelah, Eva mengaku cemas. Gundah gulana yang ia rasakan dituangkan dalam surat kedua bertanggal 22 April 1945. “Kami berjuang di sini hingga titik darah penghabisan. Tapi aku takut, hari akhir makin dekat,” tulis Eva Braun. Ia juga menulis, sedang bersiap untuk mati, kapanpun maut menjemput. Delapan hari kemudian, ucapannya terbukti, Eva tewas bunuh diri, di samping suami yang baru dinikahinya beberapa jam sebelumnya: penguasa Nazi, Adolf Hitler. Eva tewas di usia 33 tahun. Eva dan Hitler menikah 29 April 1945 dan bunuh diri bersama 30 April 1945.

Demikian kisah dibalik kekejaman seorang Hitler. Pencapaian serta kisah cintanya menyadarkan kita bahwa sosoknya bukan hanya pemimpin dunia bertangan besi namun memiliki prestasi serta sisi melankolis dalam dirinya sekaligus.

Penulis adalah Dosen Muda Fakultas Ushulluddin UIN SU

- Advertisement -

Berita Terkini