Puncak Panen Raya di Oktober, Harga Cabai Terbenam Lebih Dulu

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Dari hasil observasi di lapangan, sejumlah responden (pedagang besar) yang rutin kita jadikan sampel. Menunjukan data yang cukup mengkuatirkan.

Hal itu dikatakan Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Selasa (27/9/2022) di Medan.

“Yakni terjadi peningkatan stok cabai merah sekitar 30% saat ini, dibandingkan dengan stok sebelumnya saat harga masih berada diatas 70 ribuan per Kg,” jelas Benjamin.

Harga di tingkat petani, kata Benjamin, sudah mencapai 22 ribuan per Kg, sementara di pengecer 30 ribuan per Kg. Dan yang lebih mengkuatirkan lagi, titik puncak panen raya cabai belum terjadi saat ini. Diperkirakan akan terjadi pada bulan Oktober mendatang.

“Dari hasil observasi di lapangan, pasokan cabai mulai berlimpah datang dari wilayah Sumut maupun sejumlah wilayah di luar Sumatera Utara seperti dari Aceh dan pulau Jawa. Dan dari sejumlah titik produksi cabai yang menjadi wilayah obervasi kita kabupaten Karo dan sekitarnya,” tambahnya.

Benjamin mengungkapkan ditemukan masih ada beberapa kecamatan yang justru baru akan memasuki musim panen awal saat ini maupun awal Oktober nanti.

“Ada sekitar 60% wilayah yang berpotensi menyumbang penambahan jumlah pasokan cabai. Sementara 40% nya sudah memasuki musim panen di bulan September ini,” ujarnya.

Sayangnya, kata Benjamin, dari pulau Jawa, pasokan cabai yang masuk ke pasar induk tuntungan itu masih konsisten tinggi dikisaran 12 hingga 15 ton per hari. Data itu hanya mengambil sampel di tuntungan, belum termasuk di sejumlah pasar lain di kota Medan.

“Jadi titik puncak panen raya diperkirakan baru akan terjadi di bulan Oktober nanti. Dan harga cabai merah harganya akan relatif terjangkau (dibawah 40 ribuan) hingga bulan November mendatang,” jelasnya.

Benjamin mengatakan setidaknya cabai tidak akan menjadi penyumbang inflasi besar di akhir tahun ini. Meski demikian kita perlu memikirkan nasib petani kita yang terbebani oleh tingginya harga pupuk, pestisida, biaya panen dan penambahan pengeluaran karena inflasi.

“Campur tangan pemerintah provinsi dan dinas terkait dibutuhkan disitu. Agar siklus tanam ke panen ini bisa berlangsung lebih lama, sehingga harga cabai tidak berfuktuasi tajam dengan rentang waktu yang singkat. Bantuan untuk menekan biaya input produksi, Bansos dan sejumlah skema lain seperti intervensi atau operasi pasar dibutuhkan disini,” ujarnya.

Ditambahkan Benjamin, atau bentuk upaya lain seperti dukungan untuk menjual cabai merah ke luar wialyah Sumut yang bisa dilakukan dengan subsidi biaya transportasi. Dan tentunya beberapa skema kebijakan yang bisa diambil.

“Selama observasi dilakukan, opsi kebijakan yang diambil Pemerintah Daerah di Sumut pernah saya temui dilapangan. Kita harapkan pemerintah tetap bisa melakukan hal serupa untuk melindungi petani kita,” pungkasnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini