Pepatah Orang Tua: “Pahitkanlah Dahulu”

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Sebelum semua terjadi, aku ingin memastikan beberapa hal dulu padamu.

Suatu hari, ketika kita sudah bersama, dan kau tahu penghasilanku mungkin tak seberapa tak sesuai dengan bayanganmu, atau bahkan tak pernah kau pikirkan waktu itu. Apa kau akan mengeluh dan tak ingin menghadapi kenyataan seperti itu? Bisa jadi saat bersama, pagi kita makan, sore kita kelaparan. Hari ini punya uang, besok kelayapan mencari dulu pinjaman.

Andai nanti kita bersama, tiba-tiba aku harus menerima takdir untuk sakit atau mengalami kecelakaan yang mungkin harus sembuh dengan kurun waktu yang cukup lama, menghabiskan segalanya. Apa kau akan pergi meninggalkan? Dengan perasaan menyesal dan bosan karna sudah memilih hidup bersama denganku?

Atau memilih tetap menemani meski pada kenyataannya kau sangat menderita dan merasa terlukai?

Dan nanti kala kita bersama, saat itu kita melihat tetangga punya segalanya, sedang kita hidup seadanya. Rumah tak punya dan masih numpang di rumah mertua, anak menangis meminta jajan, tapi kita tak punya apapun untuk diberikan. Berhenti dari pekerjaan menjadi pengangguran?

Dan hal lain, yang bisa saja membuat rumah tangga tergoyahkan, karna seorang bapak dan banyak kawan yang bercerita “cinta dalam pernikahan, tidak semanis saat pendekatan”

Ketika pendekatan, kadang kata “cinta” saja bisa membuat semuanya terasa cukup dan sangat mengenyangkan. Setelah benar-benar bersama cinta tidak hanya harus selalu diucapkan, tapi ditunjukan. Benar-benar ditunjukan, tanpa kepura-puraan.

Banyak dari mereka yang nyatanya tampak bergelimang harta, tak kekurangan apapun. Tapi, harus kandas pada akhirnya. Banyak yang berkata “wanita lebih nyaman dengan cowo humoris” tapi akhirnya yang humoris pun banyak yang ditinggalkan. Mengapa bisa?

Mungkin, sebabnya karena kesalahan memilih?
Atau sandiwara yang akhirnya terbuka?
Bisa juga, rasa cinta yang akhirnya tiba-tiba menjadi tiada?

Atau bahkan, kita yang akhirnya harus menyerah, melawan kebosanan?

Entah.

2019

Penulis adalah Dede Humaedi

- Advertisement -

Berita Terkini