Ratusan Jemaah Ikuti Gelaran Manaqib Qubro Bersama Gus Ali Khozin Djauhari

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Bertempat di Pondok Nurul Hidayah, Penggak, Ngrancang, Karanganyar, Jawa Tengah, jemaah berkumpul dengan tujuan mengikuti manaqib qubro Syaikh Abdul Qodir al Jailani. Acara pada Minggu malam (25/2) atau sehari setelah malam Nisfu Syaban tersebut dipimpin oleh Gus Ali Khozin Djauhari.

Beliau merupakan Pengasuh Pondok Darussalam, Tanggulangin, Pasuruan, sekaligus putera dari Syekh Ahmad Jauhari Ummar bin Ishaq Ummar.

Rombongan Majelis Taklim Al Hawi, Sukoharjo, asuhan kyai Sardono, turut menghadiri acara manaqib qubro tersebut. Sejak siang bada Dzuhur, cuaca sebenarnya tidak terlalu mendukung. Hujan turun tidak terlalu deras namun berjam-jam.

Perjalanan dari Desa Demakan, Mojolaban, Sukoharjo, yang sudah dipersiapkan sebelumnya, agak sedikit terkendala hujan. Alhamdulillah bada Magrib, hujan mulai berhenti. Insyallah acara berlangsung lancar.

Manaqiban dikenal sebagai salah satu acara keagamaan yang menjadi tradisi sebagian masyarakat Islam terutama di Jawa. Secara bahasa, manaqiban berasal dari kata manaqib yang berarti riwayat hidup orang-orang besar.

Mengutip buku Pendidikan Tasawuf oleh Muhammad Basyrul Muvid, manaqiban adalah sebuah peringatan untuk mengenang wafatnya seorang wali legendaris, yakni Syaikh Abdul Qadir al Jailani.

Beliau wafat pada 11 Rabiul Awal, sehingga acara ini biasa diperingati setiap tanggal 11 pada bulan Islam lainnya. Biasanya, acara ini diisi dengan membacakan manaqib Syaikh Abdul Qadir al Jailani.

Menghimpun situs NU Online, ada dua manaqib yang umum dibaca masyarakat, pertama adalah manaqib An-Nur Al-Burhani. Kedua adalah kitab manaqib Jawahir Al-Ma‘ani yang ditulis oleh KH Jauhari Umar dari Pasuruan.

Pembaca kitab dalam acara manaqib ini hanya dilakukan oleh seorang kiai. Sementara para jemaah dengan khidmat mendengarkan dan secara aktif memuji Allah dengan kalimat-kalimat yang terdapat dalam Asmaul Husna.

Hal yang dibaca dalam kitab manaqib tersebut meliputi silsilah nasab Syaikh Abdul Qadir al Jailani, sejarah hidupnya, akhlaq dan karomah-karomahnya.

Di samping itu, tercantum juga doa bersajak (nadhom) yang bermuatan pujian-pujian dan tawassul kepada Allah SWT melalui perantara Syaikh Abdul Qadir al Jailani.

Dijelaskan dalam buku Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah: Studi Etnografi Tarekat Sufi Di Indonesia oleh Emawati dkk, manaqiban ini bertujuan untuk mendapatkan limpahan kebaikan dari Allah SWT dengan cara memahami kebaikan para wali yang dicintai-Nya.

Tujuan lain dari manaqiban , yaitu:
(1) Berharap mendapat keberkahan dari pembacaan manaqib. Hal tersebut didasarkan keyakinan bahwa Syaikh Abdul Qadir al Jailani adalah wali quthub yang sangat istimewa, yang dapat mendatangkan berkah dalam kehidupan seseorang.

(2) Biasanya para jamaah membawa botol yang berisi air dan mendekatkan kepada imam atau pemimpin acara tersebut dengan tujuan mendapat berkah dari doa-doa yang dibacakan oleh mereka, sehingga sewaktu air itu diminum dapat menjadi air yang berkah dan menyehatkan bagi tubuh.

(3) Memohon untuk kesuksesan dan berkah-berkah lain sesuai dengan kepentingan masing-masing.

(4) Hubungan masyarakat sekitar menjadi semakin rukun dan semakin erat tali persaudaraannya.

Berikut shalawat Nariyah, salah satu yang dibaca dan mendapatkan ijazah bagi yang mengamalkannya:

اَللّٰهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَــمَّدِ  ࣙالَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضٰى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلىٰ اٰلِهِ وِصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَ نَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

Allâhumma shalli shalâtan kâmilatan wa sallim salâman tâmman `alâ sayyidinâ Muḫammadinil-ladzi tanḫallu bihil-`uqadu wa tanfariju bihil-kurabu wa tuqdlâ bihil-ḫawâiju wa tunâlu bihir-raghâ’ibu wa ḫusnul-khawâtimi wa yustasqal-ghamâmu biwajhihil-karîmi wa `alâ âlihi wa shaḫbihi fî kulli lamḫatin wa nafasin bi`adadi kulli ma`lûmilak(a)

- Advertisement -

Berita Terkini