Presiden Gaungkan Cinta Produk Dalam Negeri, Mengapa Vaksin Nusantara Dikebiri?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – ADIOS VAKSIN NUSANTARA, alias selamat tinggal vaksin buatan anak negeri. Mungkin kisah perjuangan pembuatan tentang vaksin Nusantara hanya akan menjadi cerita yang akan dibawa pergi oleh sang inisiator dr. Terawan Agus Putranto ke negeri matador Spanyol saat beliau bertugas menjadi Duta Besar RI di sana. Mengenaskan.

Mengikuti berita hasil rapat dengar pendapat antara Komisi IX DPR RI dengan para pemangku kepentingan terkait vaksin Nusantara kemarin (11/03/2021) seperti membaca kisah drama inkonsistensi dari negara. Di satu sisi Presiden minta kita mencintai produk dalam negeri bahkan minta kita benci produk asing, tapi di sisi lain para pembantu Presiden khususnya yang terkait dengan penyediaan vaksin Covid-19 seolah mengibiri atau menganaktirikan produk dalam negeri hasil karya anak bangsa sendiri.

Menyimak alasan Kemenkes, Menristek dan Kepala BPOM mengapa terkesan Pemerintah tidak “welcome” terhadap proses kehadiran vaksin Nusantara, sangat sepele, teknis prosedural dan seharusnya tidak perlu dijadikan alasan untuk menghambat proses kehadiran vaksin Nusantara. Bahkan salah seorang anggota Komisi IX DPR RI mempunyai kesan vaksin Nusantara seperti ditolak oleh Pemerintah karena instansi terkait terkesan tidak mendukung sepenuhnya kehadiran vaksin Nusantara. Ini bagi saya sebuah ironi.

Hal ini pembangkangan terhadap perintah Presiden untuk cinta produk anak bangsa atau desakan kelompok tertentu atau memang murni alasan teknis prosedural semata ?

Beberapa waktu yang lalu dalam Opini Rudi di Kanal Anak Bangsa Youtube, saya mencium aroma kuat adanya mafia pengadaan vaksin yang bergerilya menghambat kehadiran vaksin Nusantara. Dan dengan hasil rapat dengar pendapat DPR RI kemarin, saya seolah merasa aroma mafia pengadaan vaksin semakin kuat terasa. Dalam otak para mafioso ini, kehadiran produk dalam negeri membuat mereka kehilangan peluang untuk bisa memainkan harga dan meraup fee. Dan ini berbeda kalau mereka impor. Harga dan fee bisa dikompromikan dengan semena-mena, asal dibagi rata. Ini sebuah realita.

Dan tentu saja para mafioso ini tidak bisa mulus jalannya tanpa difasilitasi oleh pejabat negara yang berwenang. Kongkalikong mafia dengan pejabat ini sejatinya cerita lama yang terus berulang dan berulang. Selama tidak ada “will” atau kehendak kuat dari pemimpin negara untuk menyapu bersih praktik kotor seperti ini, perselingkuhan anggaran negara ini akan akan tetap terjadi. Dan kini vaksin Nusantara mendapat giliran menjadi korbannya.

Lepas dengan adanya kekurangan dan kelemahan teknis prosedural dari vaksin Nusantara, mengapa negara tidak berniat membantu memperbaikinya? Mengapa ego sektoral terus terjadi dan tidak ada berniat untuk mengakhiri? Selama mental pragmatisme ego sektoral ini terus terjadi, jangan harapkan kita bisa mandiri menikmati karya anak negeri. Sampai kapanpun.

Lalu bagaimana dengan slogan “Aku Cinta Produk Indonesia”? Hanya sekedar cerita atau sandiwara belaka?

Tolong sentil mereka Bapak Presiden Joko Widodo , rakyat lelah dan muak melihat drama inkonsistensi ini !!!

Selamat jalan vaksin Nusantara !!!

Salam SATU Indonesia
12032021

Oleh : Rudi S Kamri

- Advertisement -

Berita Terkini