Tangkal Radiasi Elektronik dengan Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria sp.) Serta Hubungannya dengan Islam

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Istilah radiasi sering dianggap menyeramkan, sesuatu yang membahayakan, mengganggu kesehatan bahkan keselamatan. Padahal di sekitar kita baik di rumah, di kantor, maupun di tempat-tempat umum, ternyata banyak sekali radiasi. Tubuh manusia akan tersinari oleh berbagai frekuensi gelombang magnetik yang kompleks.

Tingkat paparan gelombang elektromagnetik dari berbagai frekuensi berubah secara signifikan sejalan dengan perkembangan teknologi yang menimbulkan kekhawatiran bahwa paparan dari gelombang elektromagnetik ini yang dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan fisik manusia.

Saat ini manusia tidak bisa lepas dari teknologi. Kehadiran peralatan elektronik mempermudah semua aspek kehidupan dan semakin meluas di lingkungan masyarakat. Swamardika (2009) menyebutkan banyak kalangan mengklaim bahwa gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh alat-alat listrik dapat mengganggu kesehatan pengguna dan orang-orang yang berdiri di sekitarnya. Penggunaan alat elektronik telah meluas, namun belum banyak dilakukan upaya untuk mengurangi radiasi elektromagnetik alat elektronik tersebut.

Sansevieria sp. atau lidah mertua merupakan tumbuhan yang dikenal sebagai tanaman antipolutan dan dapat mereduksi gelombang elektromagnetik yang sudah diuji kebenarannya.

Tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi yang sedikit air dan cahaya matahari. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh NASA (National Aeronautics and Space Administration) Amerika Serikat dan dirilis tahun 1999, menunjukkan bahwa sansevieria mampu menyerap lebih dari 107 unsur polutan berbahaya yang ada di udara. Penyerapan gas polutan oleh tanaman sansevieria mempunyai kemampuan memberikan kesegaran udara pada ruangan yang terkena polusi gas beracun seperti karbon monoksida (CO), yang dikeluarkan oleh asap rokok. Keistimewaan lain sansevieria adalah mampu menyerap bahan-bahan beracun, seperti karbon dioksida (CO2), benzene, formaldehyde, dan trichloroethylene.

Arab-Latin: Allāhu nụrus-samāwāti wal-arḍ, maṡalu nụrihī kamisykātin fīhā miṣbāḥ, al-miṣbāḥu fī zujājah, az-zujājatu ka`annahā kaukabun durriyyuy yụqadu min syajaratim mubārakatin zaitụnatil lā syarqiyyatiw wa lā garbiyyatiy yakādu zaituhā yuḍī`u walau lam tamsas-hu nār, nụrun ‘alā nụr, yahdillāhu linụrihī may yasyā`, wa yaḍribullāhul-amṡāla lin-nās, wallāhu bikulli syai`in ‘alīm

Artinya: “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS, An-Nur Ayat: 35).

Menurut Tafsir Ilmu Kementrian Agama RI (Badan Litbang & Diklat Kementerian Agama RI, Tafsir Ilmi Manfaat Benda-Benda Langit dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Jakarta, 2012) disimpulkan bahwa cahaya mempunyai sifat dual (dualism cahaya), yaitu cahaya dapat bersifat sebagai gelombang untuk menjelaskan peristiwa interferensi dan difraksi, tetapi di lain pihak cahaya dapat berupa materi tak bermassa yang berisikan paket-paket energi yang disebut kuanta atau foton sehingga dapat menjelaskan peristiwa efek foto listrik.

Manusia hanya bisa melihat pada frekuensi cahaya tampak, di luar rentang frekuensi ini, cahaya tidak dapat dilihat. Frekuensi diluar rentang cahaya tampak adalah sinar X, sinar gamaa, infra merah, gelombang radio, dan lainnya. Kesemuanya, termasuk cahaya merupakan gelombang elektromagnetik (GEM). Meskipun tidak terlihat, cahaya/sinar-sinar (GEM) ini semua bermanfaat bagi manusia, seperti penggunaan Rontgen dalam kedokteran, komunikasi radio dan lainnya. Disamping penggunaan cahaya yang bermanfaat terdapat kerugian yang ditimbulkan oleh gelombang elektromagnetik ini yaitu adanya radiasi yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

Islam mendorong kita untuk selalu berbuat yang terbaik, melakukan langkah-langkah preventif yang terbaik dan bermanfaat untuk diri, keluarga dan juga masyarakat. Sejalan dengan itu, dalam ajaran Islam ada sebuah kaidah yang sangat agung, bukan hanya sekedar pepatah biasa dan pemanis bibir saja melainkan jika ditelaah dan dirunut ia merupakan kaidah yg sangat berharga dan bermanfaat dalam menjaga ummatnya. Kaidah tersebut ialah; “addaf’u aula minarraf’i” mencegah lebih baik dari mengobati.
Dengan cara mencegah paparan radiasi di rumah sendiri dapat dilakukan dengan menanan tanaman sansevieria di dalam ruangan (indoor).

Jika tanaman diletakkan di dalam rumah atau ruang kantor akan berfungsi sebagai penyaring kotoran, bau atau gas polutan yang ada dalam ruangan dan menjadikan udara bersih, sehingga sangat baik untuk kesehatan. Tanaman juga berfungsi sebagai keindahan ruangan yang menjadikan suasana ruangan terasa segar dan nyaman.

Identitas Penulis
Nama : Chodijah Anurja
Peserta : KKN-DR Kelompok 160 UINSU
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan : Tadris Biologi
Instansi : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

- Advertisement -

Berita Terkini