Ilmu Mantiq

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Pelajaran 8 : Ilmu Inderawi, Khayali, Wahmi dan Akli

↘Manusia dilahirkan dalam keadaan sudah memiliki seperangkat kemampuan untuk mengenal atau mengetahui sesuatu. Artinya manusia diciptakan dan dilahirkan telah membawa potensi untuk berilmu pengetahuan. Potensi pengenalan atau pengetahuan pada manusia ini memiliki tingkatan-tingkatan.

↘Setidaknya ada empat tingkatan ilmu dilihat dari asal-usulnya :

1. Ilmu Indera. Yaitu ilmu yang berasal usul dari panca indera.

~ Dalam mengenal sesuatu itu kita kadang melihatnya dengan mata, mendengarnya dengan telinga, menciumnya dengan hidung, merabanya dengan kulit, dan mengecapnya dengan lidah. Kelima hal ini disebut dengan panca indera.

~ Misalnya mengenal warna merah, hijau, kuning dengan mata. Mengenal suara atau musik, atau bacaan Alquran dengan telinga. Mengenal bau, wangi atau bau busuk dengan hidung. Mengecap rasa manis, asam, asin, atau pahit dengan lidah. Mengenal apakah sesuatu itu kasar atau halus, panas atau dingin dengan merabanya melalui kulit. Inilah ilmu tingkat pertama, “Ilmu Inderawi”.

~ Pengetahuan dengan cara ini disebut dengan pengetahuan inderawi. Karena itu, jika kita kehilangan indera karena cacat maka kita akan banyak kehilangan ilmu pengetahuan.

2. Ilmu Khayal. Yaitu ilmu yang berasal dari daya imajinasi atau daya khayal.

~ Ketika panca indera kita mendapatkan pengetahuan dengan menyaksikan benda-benda disekitar kita, lalu kita melakukan “perbandingan” atau “penyatuan” antara satu dengan lainnya.

Misalnya, kita melihat pohon mangga dan pohon cabe, lalu kita pun melakukan perbandingan dan mengatakan “pohon mangga lebih besar dari pohon cabe”.

Kita bisa juga menyatukan dua hal yang kita ketahui misalnya kita mengetahui “bunga” dan mengetahui “warna merah”. Maka kita satukan menjadi “bunga merah”. (Ada yang mau “bunga mawar merah”? ?

~ Tapi perlu juga diketahui, adakalanya, penyatuan yang kita lakukan tidak punya realitas di luaran, seperti misalnya ketika terjebak dalam hujan kitapun berlindung, dan kebetulan dompet lagi kosong, lalu kita pun membayangkan hujan dan uang. Apa yang terjadi? muncul dalam benak kita, menyatukan hujan dan uang, maka kitapun mengatakan “alangkah mantapnya kalau ini hujan uang”.

Pengetahuan ini disebut “Khayalan”. Inilah tingkat kedua ilmu, yaitu “Ilmu Khayalan atau Imajinasi”. (hayooo…siapa yang suka mengkhayal).

3. Ilmu Wahmi. Yaitu ilmu yang berasal dari daya perasaan atau daya estimatif.

~ Selain mengkhayal, kita juga punya kemampuan mengenal sesuatu yang tidak pernah kita indera, tidak pernah kita lihat, dengar, cium, raba, dan kecap. Tapi kita merasakannya ada pada diri kita. Yang kita rasakan itu bukanlah benda-benda materi yang punya ukuran, melainkan perasaan terhadap sesuatu yang nonmateri dan tidak terukur.

~ Misalnya, kita jatuh cinta pada seseorang dan merasa bahagia jika bersama dengannya. Perasaan cinta dan bahagia ini kita ketahui ada pada diri kita (tentu yang tahu yang pernah jatuh cinta aja, yang gak pernah jatuh cinta, pura-pura tau aja ya..

Kemudian orang yang kita cintai itu berkhianat dan bersama orang lain. Maka muncullah rasa cemburu, sedih, atau bahkan marah dan benci.

Jadi, perasaan cinta, bahagia, takut, cemburu, sedih, marah, benci, marah, dan lain-lain itu adalah suatu tingkatan ilmu. Disebut Pengetahuan Wahmi atau perasaan atau estimatif.

4. Ilmu Akal. Yaitu ilmu yang berasal dari daya akal atau pikiran.

~ Ada pengetahuan yang kita peroleh setelah mengerahkan pikiran kita. Ilmu-ilmu awal yang didapat dari panca indera, khayalan, ataupun perasaan, kita olah untuk menghasilkan pengetahuan dan kesimpulan-kesimpulan yang lebih tinggi yang menghasilkan benar dan salah, baik dan buruk, universal dan partikular.

~ Begitu pula dengan berpikir kitapun mengembangkan ilmu-ilmu yang ada dengan teknik-teknik tertentu seperti teknik deduktif, induktif, dan analogi.

~ Kita mendefenisikan sesuatu agar dikenal secara umum dan menyusun argumentasi untuk membenarkan atau menyalahkan suatu pendapat. Di sinilah diperlukan ilmu mantiq atau logika. Karena ilmu mantiq itu untuk menjaga akal atau pikiran dari kesalahan karena pengaruh indera, khayalan, atau perasaan. Inilah ilmu paling tinggi pada manusia, Ilmu ini disebut ilmu Akal atau keberpikiran atau intelektualitas.

↘Kesimpulannya, menurut asalnya ilmu ada empat bagian atau empat tingkat yaitu : ilmu inderawi, ilmu khayalan, ilmu perasaan, dan ilmu keberpikiran.

Oleh : Kevin, Member Far, Pecinta literasi.

- Advertisement -

Berita Terkini