MUDANEWS.COM, Surabaya – Rumah Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto yang berlokasi di Jalan Peneleh, Gg VII, No 22 Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Jawa Timur.
Bangunan Rumah HOS Tjokroaminoto termasuk Bangunan Cagar Budaya sesuai SK.WALIKOTA SURABAYA No.188.45 / 251 / 402.1.04 / 1996 Tanggal 26 September 1996 Nomor Urut 55 Pemerintah Kota Surabaya 2016 dan dijadikan Museum HOS Tjokroaminoto diresmikan oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini pada 27 Nopember 2017.

HOS Tjokroaminoto Lahir, 16 Agustus 1882 di Desa Bakur Madiun dan Wafat 17 Desember 1934 di Yogyakarta.
Tjokroaminoto yang merupakan pahlawan nasional dan salah seorang pemimpin organisasi pergerakan terbesar di Hindia-Belanda yakni Sarekat Islam (SI).

Ia tinggal di rumah yang tak seberapa luas itu Tjokro tinggal bersama istrinya, Soeharsikin dan lima anaknya yakni Oetari, Oetarjo Anwar, Harsono, Islamiyah dan Sujud Ahmad. Mereka sekeluarga tinggal di bagian depan. Sementara di bagian belakang rumah di sekat menjadi sepuluh kamar kecil-kecil.

Selain dibuat usaha kos-kosan oleh istrinya, rumah ini juga tempat Tjokroaminoto mengajar dan berdiskusi dengan para aktivis muda.
Di ruangan sempit inilah Soekarno, Alimin, Musso, Soeherman Kartowisatro, Samaoen dan lainnya indekos. Para murid Tjokroaminoto ini berjuang untuk bangsanya dengan pemikirannya masing-masing, Soekarno dengan Nasionalisme hingga menjadi Presiden pertama Republik Indonesia.

Rumah Tjokroaminoto merupakan rumah ideologis, tempat bertemu tokoh-tokoh yang mempunyai ideologis yang berbeda. Rumah tersebut juga menjadi kancah mengadu ideologi antara Tjokroaminoto dengan Semaoen, Alimin serta Darsono dan Tan Malaka yang berideologi Marxis-Komunis.
Bahkan disana juga pernah tinggal Bung Karno, berbagai macam ideologi menjadi perbincangan sehari-hari bagi penghuni rumah tersebut yang kemudian hari menjadi pemimpin utama partai yang berideologi nasionalis. Pendiri Darul Islam/Negara Islam Indonesia, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang pernah menjadi sekretaris pribadinya juga pernah di rumah itu.

Kosan Soekarno dilantai dua, tempat ia belajar pidato meniru gaya pidato Tjokroaminoto. Seokarno memang rajin mengamati teknik orasi Ketua Serekat Islam itu. Ia sangat terkesan melihat bapak kosannya berpidato di depan ribuan pendukung Sarekat Islam. Pidatonya yang menggelegar sanggup membangkitkan semangat nasionalisme para pengikutnya.
Di rumah itu Tjokroaminoto menerima segala aduan atas segala bentuk penindasan akibat aturan kolonial. Tjokroaminoto memperjuangkan nasib masyarakat dari bentuk tindakan penindasan sehingga rumahnya disematkan sebagai ‘Rumah Pergerakan’.

Salah seorang tokoh masyarakat saat ditemui mudanews.com pada Rabu (24/3/2021), mengharapkan rumah HOS Tjokroaminoto sebagai pembelajar generasi muda untuk membawa negara Indonesia ini lebih maju.
Ia mengapresiasi mahasiswa datang ke tokoh-tokoh yang sudah wafat dan mengingat sejarah serta berharap generasi muda bisa menerima pendapat orang lain untuk kepentingan rakyat.
“Bagaimana membawa ideologi generasi muda yang harus bisa menerima pendapat orang lain dan memang benar-benar untuk kepentingan negara dan rakyat,” harapnya. (red)