Jumat Mubarak 2

Breaking News
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Hari Jumat, disebut “Sayyidul Ayyam” atau tuannya dari hari-hari, karena di dalamnya dipenuhi dengan keberkahan, keluarbiasaan, dengan sejarah panjangnya.

Kata “Jum’at” dalam Kamus Al-Lughah Al-Arabiyah Al-Ma’ashir dapat dibaca tiga; “Jumuah”, “Jum’ah” dan “Jumaah”.

جُمْعَة، جُمَعَةً، جُمُعَة: جمع جُمْعات وجُمَعات وجُمُعات وجُمَع : أسبوع :- قضينا جمعة كاملة في القرية

Namun, cara baca yang paling banyak digunakan adalah kata “Jumu’ah”.

Menurut Imam al-Farra’, Dengan tiga bacaan di atas adalah merupakan sifat hari, artinya berkumpulnya manusia, seperti “Humazah” yang bermakna “mengumpulkan”.

Dalam ahasa Indonesia menyerap kata jumu’ah menjadi “Jum’at” , takhfif, dengan men-sukun-kan Mim-nya.

Ada banyak pendapat tentang asal menamaan kata “Jum’at”. Ada yang mengatakan, disebut “Jum’at” karena sempurnanya penciptaan yang dihimpun pada hari itu, sebagaimana pendapat Imam Abu Hanifah dan Ibnu Abbas.

Pendapat lainmengatakan karena pada hari itu, berkumpulnya orang-orang di Masjid besar (Jami’) untuk shalat Jum’at.

Ada pula yang berpendapat, Allah mempertemukan Adam dan Hawa di bumi pada hari itu.

Pendapat lain yang dinilai lebih shahih, sebagaimana dalam kitab “Nailul Autar” dan “Fathul Bari”, yang diriwayatkan oleh Hadis Riwayat Ahmad, jilid 2 (113) bahwa;
“Allah Ta’ala menghimpun penciptaan Nabi Adam AS pada hari itu”.

Pendapat ini berdasarkan riwayat dari Nabi saw; ketika beliau ditanya, “Mengapa dinamakan hari Jumat?” Beliau bersabda, “Karena pada hari itu, tanah liat ayah kalian, Adam, dicetak. Pada hari itu, kiamat dan kebangkitan terjadi. Pada hari itu pula, kehancuran melanda. Di akhir tiga waktu pada hari itu, ada satu waktu, barang siapa yang berdoa kepada Allah pada waktu itu pasti doanya dikabulkan.”

Menurut salah satu pendapat, bahwa orang pertama kali yang memberi nama hari Jum’at adalah Ka’ab bin Lu’ai.

Tatkala itu, orang-orang Quraisy berkumpul mendatanginya pada hari itu, kemudian ia berkhutbah dan menyampaikan wasiat taqwa,memberikan pelajaran kepada mereka.

وكعب بن لؤي الجَمْعة يوم اجتماعهم للصلاة جماعة. ومن هنا جاء تقديسهم لهذا اليوم. أول من جمع يوم العروبة. وكانت قريش تجتمع إليه في هذا اليوم، فيخطبهم ويذكرهم بمبعث النبي. وقيل: بل سمي يوم الجمعة لأن قريشاً كانت تجتمع فيه إلى قصيّ في دار الندوة، ولذلك كانوا يفتحون فيه الجيم بمعنى التآلف والاجتماع. وفي الإسلام صار يوم.

Hari Jumat tidak sekadar nama, ia adalah waktu penyatuan umat, penguatan visi dan misi (buktinya, ketika khatib sudah membacakan khutbahnya, jamaah dilarang berbicara), serta penguatan jalinan silaturahim antar-hamba Allah dalam satu keimanan dan peningkatan ketaqwaan sebagaimana pesan dalam khutbah Jum’at, dan tidak hanya memikirkan dunia yang fana belaka (wadzarul bai’).

Meskipun hari Jum’at telah mengganti hari ‘Arubah, numun karena kadar keimanan dan ketaqwaan itu berbeda, maka keangkuhan tak akan pernah terkikis habis.

Hasad, dengki, pamer, sombong akan selalu hadir, sepanjang sejarah manusia masih tercatat di muka bumi.

Diakhir kata, marilah kita berdoa bersama:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الحَيُّ القَيُّومُ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ

“Aku memohon ampun kepada ALLAH , Dzat yang tiada Tuhan selain Dia yang Maha hidup, lagi Maha tegak. Aku bertobat kepada-Nya.”

Doa ini sangat dianjurkan oleh Rasulullah dan dapat ditemukan di dalam kitab “Al-Azkar” karya Imam An-Nawawi. Dibaca sebanyak tiga kali dan memiliki keutamaan yang sangat banyak.

Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.
??☕

#Ngaji
#BersamaMawar
#HabibUmarBinThohaBinYahya

Penulis : Hindun Shalihah

Berita Terkini