Oleh: Yusuf Mars
Mudanews.com Jakarta, 29 April 2025.- Pendidikan bukan sekadar alat untuk memperoleh pekerjaan. Ia adalah fondasi peradaban. Sejarah menunjukkan bahwa kebangkitan bangsa manapun selalu beriringan dengan kemajuan pendidikannya. Dari Yunani kuno, Baghdad era keemasan, hingga Jepang pasca-Perang Dunia II—pendidikan adalah kunci. Di tengah tantangan zaman dan derasnya arus globalisasi, Indonesia membutuhkan lompatan besar di bidang ini. Di sinilah, langkah monumental pendirian Universitas Sunan Gresik (USG) oleh Gus Jazil—Ketua Fraksi PKB DPR RI sekaligus mantan Wakil Ketua MPR RI—menjadi sangat relevan.
Teori pembangunan manusia seperti yang digagas oleh Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi, menyatakan bahwa pembangunan terbaik adalah pembangunan manusia (human development). Artinya, jika ingin bangsa ini besar, maka harus dimulai dari pengembangan kapasitas manusianya. Di sinilah pendidikan berperan vital sebagai instrumen pengungkit.
Universitas Sunan Gresik tidak hanya hadir sebagai institusi akademik, tetapi sebagai manifestasi dari visi besar untuk membentuk SDM unggul yang berintegritas, kompeten, dan berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan agenda nasional “Indonesia Emas 2045”, di mana kualitas sumber daya manusia menjadi indikator utama.
Begitu pun nama Sunan Gresik bukanlah simbol kosong. Ia adalah wujud penghormatan terhadap warisan Walisongo, khususnya Sunan Gresik dan tokoh lokal seperti Pangeran Sidayu—ulama sekaligus pemimpin masyarakat yang berjasa besar dalam penyebaran Islam di pesisir Jawa. Kini, dari tanah yang sama, Gus Jazil (Pangeran Sidayu Masa Kini) mencoba mereaktualisasi nilai-nilai Walisongo melalui pendidikan tinggi.
Model pendidikan yang diusung USG menggabungkan nilai-nilai pesantren (tawadhu’, kejujuran, kebermanfaatan) dengan kecakapan abad ke-21 (literasi digital, berpikir kritis, dan kepemimpinan sosial). Inilah formulasi yang diyakini dapat melahirkan generasi baru pemimpin bangsa.
*Dari Pesantren ke Perguruan Tinggi*
Pondok Pesantren Modern Sunanul Muhtadin di Sidayu, Gresik, yang menjadi cikal bakal USG, merupakan contoh nyata bagaimana pesantren tidak hanya menjadi benteng moral dan spiritual, tetapi kini bergerak menjadi pusat transformasi keilmuan. Pendirian universitas ini adalah bentuk reaktualisasi dari warisan Walisongo, khususnya Sunan Gresik dan tokoh lokal seperti Pangeran Sidayu, yang dahulu memadukan dakwah, budaya, dan pendidikan sebagai sarana pencerahan masyarakat.
Dengan membuka 13 program studi strategis seperti Teknik Komputer, Agroekoteknologi, hingga Hukum dan Kebidanan, USG ingin menjembatani antara nilai-nilai Islam dengan kebutuhan dunia modern. Ini adalah bentuk dari pendidikan kontekstual, seperti yang dikemukakan dalam teori John Dewey, bahwa pendidikan harus menyatu dengan kehidupan nyata dan mempersiapkan peserta didik menjadi agen perubahan sosial.
Sang Pangeran Sidayu Masa Kini, Gus Jazil dalam pernyataannya menegaskan bahwa setiap program studi yang dibuka harus “link and match” dengan kebutuhan industri. Artinya, lulusan USG tidak hanya siap kerja, tetapi juga siap menciptakan kerja. Di era disrupsi teknologi dan revolusi industri 4.0, pendekatan ini mutlak diperlukan agar pendidikan tidak lagi mencetak pengangguran terdidik.
Dengan sistem kurikulum yang adaptif dan kolaborasi dengan dunia industri serta komunitas, Universitas Sunan Gresik memiliki potensi menjadi poros pendidikan baru di kawasan Jawa Timur, bahkan nasional. Apalagi, dibangun dari basis pesantren yang kuat, USG membawa pendekatan pendidikan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga matang secara spiritual.
*Sidayu Kembali Jadi Pusat Peradaban*
Langkah ini juga menandai kembalinya Sidayu sebagai simpul penting peradaban Islam Nusantara. Jika dulu Walisongo dan Pangeran Sidayu menyebarkan cahaya Islam dari daerah ini, kini Gus Jazil (Pangeran Sidayu Masa Kini) menyinari masa depan melalui pendidikan tinggi. Ini bukan sekadar nostalgia sejarah, tetapi usaha konkrit melanjutkan legacy yang agung—menjadikan Islam sebagai rahmat bagi semesta melalui ilmu dan amal.
Dengan visi yang jauh ke depan, Gus Jazil tidak hanya membangun gedung kampus, tetapi menyemai harapan dan menumbuhkan peradaban. Universitas Sunan Gresik adalah ikhtiar luhur dari desa kecil bernama Kertosono, menuju panggung besar Indonesia 2045. Pendidikan, dalam konteks ini, menjadi jalan sunyi namun penuh cahaya menuju kejayaan bangsa.
Universitas Sunan Gresik adalah bukti bahwa pesantren tidak tertinggal oleh zaman. Justru dari rahim pesantrenlah lahir pendidikan yang menyeluruh—yang tak hanya mengajarkan apa yang harus diketahui, tapi juga untuk apa hidup dijalani.
Gus Jazil, Sang Pangeran Sidayu Masa Kini telah membuka jalan. Sekarang tugas kita bersama untuk mendukung, menyebarluaskan, dan menghidupkan semangat ini: bahwa membangun pendidikan adalah membangun masa depan bangsa!
*Tentang Penulis: Yusuf Mars adalah Magister Ilmu Komunukasi Politik, Founder @PadasukaTV, Channel Youtube Sosial Politik dan Keagamaan dan Inisiator Indonesia Terang. Pemerhati Komunikasi politik dan kebijakan publik.*