Oleh: Ricky Martin Panggedal Manurung dan Egia Deprima Sembiring.
Di era digital yang semakin maju, media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya generasi muda. Platform seperti Instagram, TikTok, YouTube, X (Twitter), dan Facebook, yang sebelumnya lebih banyak dimanfaatkan sebagai sarana hiburan dan komunikasi, kini telah bertransformasi menjadi ruang belajar yang alternatif. Fenomena ini mencerminkan adanya perubahan besar dalam cara masyarakat mengakses dan memanfaatkan informasi, sekaligus menandai pergeseran paradigma dalam dunia pendidikan yang kini menjadi lebih terbuka, fleksibel, dan berbasis teknologi.
Perubahan fungsi media sosial ini turut memengaruhi pola belajar pelajar masa kini. Sebelumnya, proses pembelajaran hanya terjadi di ruang kelas dengan materi yang bersumber dari buku pelajaran dan guru. Namun, kini pelajar dapat belajar kapan saja dan di mana saja melalui berbagai konten edukatif di media sosial. Konten seperti video singkat, infografis, podcast, hingga live streaming kelas daring menjadi sarana belajar yang efektif, terutama bagi pelajar dengan gaya belajar visual dan auditori. Dengan demikian, media sosial membuka peluang untuk menjadikan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
Pemanfaatan media sosial sebagai ruang belajar juga menghadirkan berbagai manfaat. Pertama, media sosial menawarkan akses informasi yang sangat mudah dan dapat dijangkau secara gratis oleh siapa pun yang memiliki koneksi internet. Kedua, ragam kontennya sangat luas, mulai dari pelajaran akademik, motivasi belajar, hingga soft skill dan keterampilan hidup. Ketiga, media sosial bersifat interaktif sehingga memungkinkan terjadinya diskusi antara pelajar dengan pengajar atau antar sesama pelajar. Keempat, media sosial juga mendukung terbentuknya komunitas belajar daring yang bisa saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, sehingga menumbuhkan semangat kolaboratif dalam belajar.
Meskipun demikian, pemanfaatan media sosial sebagai ruang belajar juga tidak lepas dari tantangan dan risiko. Salah satu tantangan utama adalah keberadaan informasi yang tidak tervalidasi. Tidak semua konten edukatif yang beredar di media sosial berasal dari sumber terpercaya, sehingga berpotensi menyesatkan. Selain itu, media sosial juga menyajikan beragam konten hiburan yang dapat menjadi distraksi dan mengganggu fokus belajar. Tantangan lain adalah ketimpangan akses digital, karena tidak semua pelajar memiliki perangkat teknologi dan akses internet yang memadai untuk mendukung pembelajaran digital secara optimal.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, peran guru dan institusi pendidikan sangatlah penting. Guru dapat membantu siswa memilah konten yang bermanfaat dengan memberikan referensi akun-akun edukatif yang kredibel. Selain itu, guru juga bisa mengintegrasikan media sosial ke dalam proses pembelajaran, misalnya melalui penugasan berbasis konten digital atau diskusi daring. Tak kalah penting, guru perlu menanamkan literasi digital kepada siswa agar mereka memiliki kemampuan untuk menilai, memilah, dan memanfaatkan informasi secara kritis dan bertanggung jawab. Institusi pendidikan juga bisa mendukung dengan membuat akun media sosial resmi yang berisi konten pembelajaran dan menjadi sarana interaksi yang positif antara guru, siswa, dan masyarakat. (*)
Tulisan ini dibuat Mahasiswa Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Universitas Negeri Medan (UNIMED) dan tidak mewakili pandangan redaksi Mudanews.com.