Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia di Tengah Perkembangan Teknologi dan Media Digital

Breaking News
- Advertisement -

Oleh: Nurraifani Pasaribu, Agus Safira, Syalila Maghfira, Tri Dharma Sidabutar, Nazwa Nur Audina, dan Mairanti Sinta Munthe mahasiswa program studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Kemajuan teknologi informasi dan media digital telah menjadi faktor utama dalam perubahan sosial budaya masyarakat Indonesia. Perkembangan ini memengaruhi cara pandang, perilaku, norma, dan struktur sosial dalam masyarakat, baik di area pedesaan maupun urban.

Era digital telah berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia. Teknologi informasi dan platform media sosial saat ini telah menjadi bagian yang sangat penting dalam interaksi sosial masyarakat. Dalam konteks Indonesia yang multikultural, perubahan ini menghasilkan dinamika yang unik. Nilai-nilai tradisional seperti kolaborasi, budaya, dan norma masyarakat sedang diuji oleh arus informasi global yang cepat. Oleh sebab itu, sangat krusial untuk mengevaluasi cara teknologi memengaruhi gaya hidup masyarakat dan apa konsekuensinya terhadap struktur sosial budaya.

Diungkapkan Karunia Santi (2021) di dalam penelitiannya, memberikan gambaran nyata tentang bagaimana komunitas di daerah terpencil, seperti Dusun Batukol di Kabupaten Barito Selatan, menjalani perubahan sosial budaya yang signifikan. Sebagai komunitas yang sebelumnya sangat terikat pada tradisi dan kepercayaan lokal, perubahan perilaku dan nilai mulai terjadi secara perlahan akibat pengaruh ilmu pengetahuan serta teknologi yang masuk.

Tradisi seperti memberikan sesajen ke hutan dan praktik dukun untuk penyembuhan telah mengalami penurunan yang signifikan, terpengaruh oleh metode modern dan ajaran agama resmi. Meskipun demikian, nilai-nilai sosial seperti kolaborasi, saling membantu, dan hubungan sosial tetap ada. Ini menunjukkan bahwa transformasi budaya di tingkat dasar tidak sepenuhnya bersifat destruktif dan sebaliknya, komunitas berusaha untuk menyesuaikan diri secara selektif dengan mempertahankan elemen budaya yang masih relevan dengan kehidupan sosial mereka.

Sementara itu, Yanda Hardiyansah dkk (2024) menyampaikan isu mengenai bagaimana perubahan besar terjadi dalam cara masyarakat berinteraksi karena perkembangan teknologi komunikasi. Di komunitas Batu Bara, penggunaan media sosial telah mengubah cara orang berinteraksi dan menjaga hubungan sosial. Interaksi tatap muka dan komunikasi langsung kini telah tergantikan oleh penggunaan aplikasi seperti WhatsApp dan Facebook untuk berkomunikasi. Akibatnya, interaksi sosial menjadi lebih cepat dan efisien, tetapi juga lebih dangkal dan rentan terhadap kesalahpahaman.

Adapun jurnal yang ditulis oleh Dahniar Nur dkk (2024), memperkenalkan pendekatan sosiologi digital sebagai metode analisis yang baru untuk memahami fenomena sosial di era teknologi. Penelitian ini menekankan bahwa media sosial dan internet telah menjadi tempat baru dalam pembentukan identitas sosial. Identitas komunitas modern tidak hanya dipengaruhi oleh keluarga, institusi pendidikan, atau lingkungan sosial yang langsung, tetapi juga oleh keterlibatan mereka di dunia maya.

Selanjutnya, Rafiq (2020), dalam penelitiannya menyoroti dampak media sosial terhadap perubahan sosial, dengan menekankan aspek etika dan moral dalam masyarakat. Ia berpendapat bahwa media sosial telah memodifikasi cara individu mengungkapkan pandangan dan berinteraksi satu sama lain. Sebelumnya, ekspresi sosial dibatasi oleh norma dan dipengaruhi oleh nilai-nilai masyarakat, tetapi kini media sosial memberikan platform terbuka yang mendukung beragam bentuk ekspresi. Akibatnya, hal ini memunculkan fenomena seperti ujaran kebencian, berita palsu, dan normalisasi perilaku menyimpang dalam dunia maya.

Pandangan yang sama juga disampaikan oleh Fauziah dkk (2024), dalam artikel jurnal mereka yang merupakan tinjauan pustaka. Mereka menekankan bahwa media sosial telah berubah menjadi medan baru yang kompleks: di satu sisi memberikan banyak peluang untuk kemajuan sosial dan ekonomi, tetapi di sisi lain memunculkan risiko baru berupa polarisasi, segmentasi sosial, dan eksklusi yang didasarkan pada identitas kelompok.

Perubahan sosial dan budaya yang diakibatkan oleh teknologi bukanlah perkara yang gampang. Setiap komunitas merespons dengan cara yang berbeda, bergantung pada akses teknologi, struktur sosial, dan nilai-nilai setempat. Teknologi bisa berperan sebagai alat pemberdayaan, tetapi juga dapat menyebabkan perpecahan jika tidak diimbangi dengan literasi digital dan pendidikan karakter.

Oleh sebab itu, semua pihak dari individu hingga negara harus memahami bahwa perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan aspek teknis, tetapi juga dengan nilai dan kemanusiaan.

Tulisan ini tidak mewakili pandangan redaksi Mudanews.com.

Berita Terkini