Sri Mulyani Pusing: Rupiah Anjlok, APBN Alami Defisit Tembus 31T Lebih

Breaking News

- Advertisement -

Oleh: Agung Wibawanto

Mudanews.com OPINI | Sekarang mulai merasakan kan? Mulai mikir kan? Mulai mengakui kan? Kalau ekonomi negara dan nasional umumnya sedang tidak baik-baik saja? Sedang mengalami keterpurukan hingga rupiah terjun bebas dan anggaran negara mengalami defisit 31T lebih.

Pada awalnya Sri Mulyani merasa cukup yakin keuangan negara masih aman, utang aman, rupiah aman. Lalu dimulaikah pengelolaan keuangan negara yang amburadul yang terlalu banyak diintervensi oleh oligarki melalui presiden.

Banyak membuat kebijakan berbiaya besar menyebabkan neraca keuangan kita bak besar pasak daripada tiang. Menko ekonomi, Airlangga Hartarto, tidak lebih baik dalam menangani dan mengawal tingkat kebocoran yang terjadi.

Justru ia juga salah satu oligarki yang turut bermain try and error’ keuangan negara. Lagi-lagi gaya lama untuk menambah pendapatan negara, maka jalan penarikan pajak rakyat yang diutamakan. Selain juga berupaya mengajukan proposal utang LN.

Tidak ada yang lain. Mengharap investasi pun tidak akan ada investasi asing yang mau menanam uangnya di Indonesia, karena sudah diketahui sangat birokratis dan koruptif serta tidak ada kepastian hukum yang jelas.

Kini, Sri Mulyani mirip dengan mentornya terdahulu (Jokowi) menyalahi pihak luar (dalam hal ini Trump/AS). Jika analisa Sri Mulyani benar, maka kenapa negara berkembang lainnya seperti Singapura dan Vietnam tidak mengeluh yang sama?

Karena mereka konsisten dan profesional dalam mengelola keuangan negara. Sikat habis koruptor agar tidak bocor, tarik hasil korupsi. Tekan impor dan perbanyak ekspor. Lakukan efisiensi dengan tepat. Buang program pemborosan dan kontra-produktif.

Hasilnya, Singapura dan Vietnam mampu bertahan bahkan berhasil mendatangkan investor asing ke negaranya. Mereka utamakan produk dalam negeri sehingga mata uang mereka kuat. Begitulah ciri pemimpin dari negara yang memang mau berjuang untuk rakyatnya.

Sementara Indonesia? Terlalu banyak wacana, rapat dan angan-angan yang tidak jelas alias absurd. Korupsi di sana sini menyebabkan kehancuran ekonomi dan sekaligus moral bangsa. Rekrutmen pejabat yang asal menjilat bukannya sistem meritokrasi.

Faktanya banyak pejabat yang tidak memiliki kompetensi dan kapasitas mengurus tugasnya. Membuat kebijakan tanpa perencanaan matang. Melanggar rambu-rambu hukum dan aturan perundang-undangan. Hingga tidak memiliki integritas dan tanggungjawab.

Pribahasa mengatakan “Buruk muka cermin dibelah”. Yang rusak itu adalah pengelola negeri ini tapi yang disalahkan orang lain. Jika itu yang dilakukan, maka sampai kapanpun tidak akan bisa bangkit. Tinggal menunggu kehancuran saja yang diprediksi Prabowo 2030 Indonesia hancur.

Masih mau diterus-teruskan? Momen ramadhan bukannya perbanyak introspeksi diri (muhasabah) malah menjadi rakus dan serakah tidak terkendali. Padahal setan iblis sudah dirantai. Atau, adakah yang lepas? Atau, merekalah setannya?

Anak Negeri, 13/3/2025  🇮🇩🇮🇩🇮🇩

 

Berita Terkini