MUDANEWS.COM, Medan – Sebagai sekolah bercirikhas pembauran dan multikultural Sekolah Sultan Iskandar Muda Medan Sunggal tidak hanya tampil sebagai lab bagi dunia pendidikan di kota Medan. Keberadaan sudah diakui secara nasional bahkan mancanegara. Peneliti silih berganti datang dari berbagai provinsi, negara tetangga Malaysia, Singapura, Jepang bahkan Inggris.
Minggu, (16/2/2020) unit SMP Sultan Iskandar Muda melaksanakan wisata religi multikultural ke Rumah Ibadah beberapa Agama di Indonesia, diantaranya lokasi yang dikunjungi adalah; Vihara Loka Santi, Masjid Raya, Taman Sri Deli, Istana Maimun/ Meriam Puntung, Gereja Katedral, Kuil Mariaman, Gudruara dan Vihara Gunung Timur.
Perjalanan dipandu oleh koordinator Multikultural H Agus Rizal SHI MPdI, Guru Agama Budha Segri SPd B dan Abet Nego Terkelin Bangun SPd Guru IPS/Pendidikan Multikultural SMP.
Kunjungan diawali ke Vihara Loka Shanti Polonia, didirikan pada tahun 1980 dan terus mengalami renovasi sehingga umat Buddha yang umumnya beretnis Tamil dapat beribadah dengan nyaman ungkap Upa Panir Selwen SE MPd Sekertaris pengurus Vihara. Beliau sangat berterimakasih atas kunjungan sekolah Sultan Iskandar Muda ke Vihara Loka Shanti semoga ini bukan hanya sekali.
“Titip salam Bapak dr Sofyan Tan sebagai ketua dewan pembina, ibu Fhince SE MPsi ketua yayasan dan kepala sekolah kepada pengurus,” ucap Agus Rizal saat kata sambutannya.
Kunjungan ini merupakan ekspresi perekat persaudaraan anak bangsa khususnya SMP Sultan Iskandar Muda dengan umat Buddha di Vihara Loka Shanti.
“Kita sangat khawatir saat ini berkembangnya paham radikalisme dan intoleran di NKRI saat ini, penolakan terhadap pendirian rumah ibadah jangan sampai terjadi lagi, renovasi gereja di Karimun, Riau tidak boleh dihentikan, dalam pendirian rumah ibadah tidak ada istilah minoritas dan mayoritas, setiap pemeluk agama dan penganut kepercayaan berhak mendapat perlakuan yang sama sesuai amanat UUD NRI TAHUN 1945,” ujar Agus Rizal yang juga seorang ustaz, Guru Agama Islam di sekolah Sultan Iskandar Muda.
Agus Rizal adalah ketua pejuang Islam Nusantara Sumut. Beliau selalu menggaungkan keadilan dan perlakuan yang sama pemeluk terhadap pemeluk agama dan penghayat kepercayaan. “Konsep Lakum dinukum waliyadin, bagimu agamamu dan bagiku agama ku, merupakan wujud toleransi umat beragama terhadap agama lain,” tegasnya.

Upa Panir Selwen SE MPd sangat setuju dengan pernyataan yang diungkapkan ustaz Agus Rizal. “Semoga umat yang beragam ini tidak mudah terprovokasi seperti peristiwa di kota Tanjung Balai,” ucapnya.
Pertemuan diadakan tanya jawab, ada siswa kelas VIII yang beragama Islam bertanya, apa maksud dari tapak kaki yang ada di kaca dibawah payung Buddha. Wisata religi multikultural ini diikuti seluruh perwakilan umat agama yang ada. Umat Buddha bukan menyembah patung atau tapak kaki Buddha, apa yang ada di altar merupakan simbolisasi perwujudan Tuhan.
Ketua Yayasan Mohan Vihara Loka Shanti, Upa Wimla Kirti dan Sekretaris Upa Panir Selwen SE MPd.
Setelah sesi tanya jawab, dan sesi foto, masing-masing siswa menyampaikan dana sumbangan ke kotak dana yang tersedia, dan penyerahan bingkisan berupa majalah simpul dan buku merayakan keberagaman. setelahnya menikmati panganan roti bolu rombongan bertolak ke masjid raya Al Mashun Medan.
Masjid Raya Al Mashun, peninggalan kerajaan Sultan Deli, konon katanya diantara masjid raya dan istana Maimun ada terowongan besar sebagai jalan pintas Sri Sultan hendak beribadah salat kemasjid.
Didepan gapura siswa yang non muslim dipinjamkan mukena dan bagi yang mau juga kain sarung. Hal ini diberikan sebagai etika masuk masjid. Dilorong masjid peserta didik mengambil sesi foto bersama dan ber swafoto. Koordinator Multikultural menyampaikan bahwa foto terbaik group atau pribadi dalam perjalanan wisata akan diberikan hadiah.
Rehat sejenak di taman Sri Deli menikmati makan siang serta dilanjutkan sesi foto di depan istana Maimun.
Fenomenal, di istana Maimun terdapat situs sejarah meriam puntung, rombongan memasuki lokasi dan mendengar uraian sejarah dari pemandu wisata.
Perjalanan dilanjutkan ke gereja Katedral Jalan Pemuda, nah disini kami disambut dengan baik, setelah sesi foto di luar, rombongan diizinkan melihat kedalam gereja, kali ini giliran bapak Abet Nego yang menjelaskan, cara ibadah dan apa yang ada di indoor Gereja, selesai itu berjumpa dengan pastor untuk mengucapkan terimakasih selanjutnya momen foto bersama dan penyerahan bingkisan.
Setelah itu, melanjutkan perjalanan ke kuil mariyaman rumah ibadah umat Hindu dan qudruwara untuk umat Sikh. Karena rombongan terlambat datang akhirnya tidak bisa masuk namun tetap mengambil sesi foto bersama. Perjalanan lanjut menuju Vihara gunung timur dan ditutup dengan kunjungan gereja velangkani. Berita Medan, red