MUDANEWS.COM – Masa perbudakan di Afrika mempunyai tiga bentuk, yaitu perbudakan asli (Fure African Style), Perbudakan setelah masuknya islam dan perbudakan sebagai akibat masuknya orang-orang eropa. Dari tiga perbudakan tersebut maka perbudakan terakhirlah yang mempunyai pengaruh besar baik bagi Bangsa Afrika maupun Eropa khususnya Amerika.
Wilayah perbudakan asli meliputi kawasan Afrika khatulistiwa dan sekitar Teluk Guinea. Untuk mendapatkan budak melalui peperangan, yang kalah dijadikan budak. Itulah sebabnya raja-raja si daerah ini selalu melakukan peperangan dalam rangka memperbesar wilayah kekuasaan sekaligus memperbanyak budak. Budak juga diperoleh dengan cara membeli, penangkapan, orang yang melakukan kriminal, orang abnormal dan lain-lain.
Tugas budak antara lain menjadi prajurit perang, penjaga istana, juru masak istana dan lain-lain. Budak juga mempunyai tugas khusus yaitu menjalankan fungsi religi seperti yang terjadi di Ghana dengan istilah Akyere yaitu para budak dibebaskan dari tugas sehari-hari khususnya diperuntukkan menemani raja yang meninggal.
Di Negara utara ada kelompok budak yabg disebut Asu yang bertugas hanya melakukan upacara sepanjang hidupnya dan kehidupan terpisah dari masyarakat umum. Di Nigeria Hilir budak hanya dianggap sebagai barang, apabila orang bebas membunuh budak hanya dikenakan denda yang dibayarkan pada majikan budak tersebut. Di Benin sendiri setiap bulan diadakan pesta yang puncaknya adalah upacara korban budak yang dipersembahkan pada setan yang dianggap biang kemalangan.
Pembebasan (Manumisi) dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti mempunyai keahlian tertentu, menikah dengan orang bebas, menunjukkan sifat-sifat baik. Generasi ke dua lebih mudah mendapatkan kebebasan di banding generasi pertama. Sedangkan perbudakan menjadi lebih lunak walaupun Islam belum mampu menghapuskan perbudakan yang ada.
Untuk mendapatkan budak dilakukan dengan cara kekerasan dan lunak. Cara kekerasaan melalui peperangan, penangkapan dan penyerbuan. Cara lunak/halus yaitu : dibeli, sebagai hadiah, pembayar hutang, mas kawin, menebus, masuk islam, menikah dengan orang bebas, disayang majikan dan lain-lain. Seseorang dapat dengan mudah menjadi budak apabila mencuri, membunuh, menyihir, prostitusi dan lain-lain.
Budak-budak diperbolehkan memiliki harta, diberi tanah untuk diolah, dicarikan jodoh sesama budak atau orang merdeka dan kecil kemungkinan untuk diperjual belikan.
Adapun perubahan pola perdangan budak terjadi setelah dikeluarkannya maklumat pemerintah spanyol yang memperbolehkan mengimpor budak-budak dari Afrika guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang banyak bagi pengembangan perkebunan-perkebunan mereka di benua Amerika pada tahun 1501. Maka sejak itulah perdangan budak Afrika berubah menjadi bagian pokok dalam perdangan dunia barat. Manusia dalam humlah besar didesak-desakkan dalam kapal yang kotor dan bocor sehingga sebagian dari budak-budak itu tidak sempat menacapai benua baru tersebut. Sifat dan sikap orang-orang yang terlibat dalam perdangan ini dengan cepat berubah kejam sesuai dengan kekejaman usaha tersebut.
Daerah-daerah di delta sungai Niger dengan cepat berubah menjadi jaringan perdangan budak yang terorganisir dengan sangat rapi yang sebelumnya hanyalah desa-desa nelayan yang tidak berarti. Menurut Duarter P Preira tahun 1506 setiap tahun Sungai Senegal (tempat pertama kali berjumpa orang negro) Sampai Sierra Leone para pedagang dapat mengambil 3.500 budak, gading gajah, kain katun halus dan lain-lain.
Portugis sendiri pada abad 16 telah memperbudak ” Hampir sejuta jiwa” dari Kongo Barat dan Angola Utara. Sedangkan pertengahan abad 17 Perancis mendominasi perdangan Eropa di daerah sungai Sinegal, di inggris dan di sungai Gambia. Inggris dan negeri Belanda menjadi saingan uatama bagi perdangan yang ada di pantai emas, dan Inggris, negeri Belanda sera Perancis yang bersaing dengan Portugis di pesisir Kongo-Angola Di Afrika Timur, orang-orang Arab dari Oman bersama dengan orang Swahili memanfaatkan kesempatan kemunduran kekuatan Angkatan Laut Portugis untuk mengusir kapal-kapal laut dan para pedagang Portugis dari daerah pesisir, kecuali yang terdapat di Mozambique.
Pada akhir abad ke 17 orang-orang Portugis dan Luso, Afrika hanya mampu mempertahankan perdagangannya antara sungai Casamance dan sungai Nunez, di pantai pesisir Angola dan di lembah sungai Zembezi.
Salah satu daerah yang paling dulu terpengaruh oleh perdagangan budak adalah kerajaan Kongo. Waktu itu, yaitu pada saat terjadinya pengiriman para tawanan ke perkebunan-perkebunan Sao Tome dan pasar-pasar trans atlantik, pembagian daerah/provinsi tersebut sehingga daerah kekuasaan kerajaan semakin merosot, dan pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh para musuh-musuh orang Afrika semakin memperlemah kedudukan kerajaan tersebut pada akhir abad ke 7, Afrika tengah Barat terus menjadi sumber/penyedia budak untuk masa selama dua abad, yang mengirimkan tawanan-tawanan baik ke atlantik maupun perdagangan di lautan Hindia.
Di Afrika Barat, perdagangan budak terus berlanjut melintasi Sahara, bersamaan dengan kemajuan intensifikasi perdagangan Atlantik pada masa-masa akhir abad ke tujuh, yang menyebabkan bertambahnya kebutuhan setiap orang dimana banyak masyarakat tidak mungkin untuk membatasi atau mengendalikannya.
Di beberapa daerah tertentu sejumlah besar masyarakat telah diperbudak, dimana sebagian akan dijual dengan segera ke perdagangan di daerah Sahara atau Atlantik sementara kelompok lainnya dimasukkan ke perkampungan para budak dimana tenaga mereka akan dimanfaatkan sebelum akhirnya mereka dijual.
“R-e-s-e-n-s-i-b-u-ku-A-f-r-i-k-a.”
Pada kesempatan ini, banyak hal lagi yang dicoba penulis untuk memaparkan masa perdangan budak di Afrika, namun kali ini hanya segelintir saja. Mungkin lain kali penulis akan menulis lebih banyak lagi supaya pembaca dan dan penulis sama-sama memperoleh ilmu pengetahuan.
Penulis: Budiman Daulay