MUDANEWS.COM, Medan – Jika beberapa pekan belakangan ini kaum intelektual resah dan khawatir dengan prilaku-prilaku radikalisme, hingga pihak rektorat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) gencar melaksanakan sosialisasi deradikalisai atau tindakan stratregis untuk menetralisir paham yang dianggap radikal dan membahayakan dengan cara pendekatan tanpa kekerasan.
Sepertinya, fenomena pengeboman di Polresta Medan (Rabu/13/11) menjadi jawaban atas kekhawatiran dan keresahan orang nomor wahid di UINSU. Endingya, peristiwa pengeboman yang terjadi di institusi penegak hukum paling wahid di Kota Medan tersebut, dinilai rektor sebagai prilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Setidaknya, Rabu (13/12) Rektor UIN-SU TGS. Prof. Dr. KH. Saidurrahman, M.Ag yang juga Dewan Pakar Gerakan Da’I Kerukuhan dan Kebangsaan (GDKK) mengungkapkan keprihatinanya.
“Saya prihatin dan sangat menyayangkan terjadinya peristiwa teror yang didiuga Bom Bunuh Diri di Mapolresta Medan,” ungkapnya mengawali pernyataannya menyikapi pengeboman bunuh diri.
Kemudian KH Saidurrahman juga mengimbau, agar umat Islam terutama civitas akademika UIN SU untuk menjaga konsudifitas.
“Selaku institusi yang konslnnya mengembangkan ajaran Islam dan melahirkan intelektuaL Islam. Marilah kita bersama-sama menerapkan pendidikan yang bisa menangkal paham-paham beraroma radikalisme,” jelas Saidurrahman yang juga Wakil Rois Syuriah NU Sumut.
Apalagi, lanjut Saidurrahman, tindakan teror seperti pengeboman bunuh diri itu adalah tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, serta sangat merugikan bagi ummat Islam.
“Tak ada ajaran Islam yang membenarkan untuk bunuh diri, prilaku ini lebih cendrung merupakan doktrin sekelompok orang yang menunggangi ummat Islam, sangat tidak benar kalau lebel terorisme dilekatkan kepada ummat Islam, sementara ajaran Islam sangat lurus dan benar, dan ini perlu dinetralisir. Disinilah menjadi kerja berat kita, khususnya ummat Islam untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang ramah, yang ajarannya dikenal dengan rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam),” bilangnya.
Dipaparkan Saidurrahman, bahwa terorisme adalah paham yang bertolak belakang dengan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Artinya kalau Islam dilekatkan dengan terorisme, itu merupakan penyelewengan terhadap hakiki ajaran Islam, karenanya sangat dibutuhkan tindakan-tindakan preventif bagi tokoh-tokoh agama, ulama, tuan guru dan syekh maupun kiyai, untuk meluruskan ajaran dari langit itu.
Tak hanya itu, Saidurrahman juga merinci kalau penyelewengan ajaran Islam tersebut juga dilakukan oleh aktor-aktor yang terbilang sangat intelektual. Bagaimana menerapkan paham radikalisme terhadap sasaranya sehingga si penerima doktrin menganggap sebagai sebuah ajaran Islam. Tentunya, dibutuhkan intelektualitas atau kecerdasan yang mumpuni.
Oleh karena itu, terang pria yang akrab disapa TGS (Tuan Guru Saidurrahman), untuk menangkal radikalisme lebh dini, marilah tetap menjaga harmoni, persatuan dan ukhuwah. Dengan menjaga ukhuwah secara langsung akan menolak sikap saling membenci yang merupakan akar dari masuknya doktrin radikalisasi.
Sementara, Ketua GDKK Dr. Solahuddin Harahap, MA mengatakan, UIN SU harus menjadi garda terdepan dalam penanggulangan radikalisme dan terorisme. Apalagi UINSU merupakan kampus yang melahirkan intelektual Islam. Jadi sangat efektif kalau kampus dijajaran Kementrian Agama di Sumut itu menjadi garda terdepan untuk menangkal radikalisme.
Selain itu, jelas Solahuddin, agar kampus yang dominan menampung alumnus santri, secara internal juga perlu memastikan agar dapat terjaga dari manipulasi paham dan gerakan radikalisme. Termasuk memastikan aksi-aksi demonstrasi mahasiswa, jangan sampai tertunggangi atau dimanipulasi oleh oknum pemapar radikalisme.
“Dari fenomena pengeboman di Polresta Medan, yang pengebom bunuh diri teridentifikasi mengenakan transportasi online. Pada sisi lain memunculkan sinyalemen kalau aktor intelektual dari paham radikalisme menungguangi perusahaan transportasi online tersebut. Karenanya tak tertutup kemungikinan aksi mahsiswa juga dapat ditunggangi,” tegas Solahuddin.
“Oleh karena itu, untuk sementara ini baiknya rektor UIN-SU menyetop segala aktifitas aksi-aksi mahasiswa. Kita khawatir akan ditunggangi para pemapar radikalisme, selain itu juga akan mengganggu proses akademik di kampus,” tandasnya.
Sekadar diketahui, di pelataran parkir Polresta Medan terjadi bom bunuh diri, Rabu (13/11/2019), teridentifikasi pengebom bunuh dir mengenakan kostum perusahaan tarsoprotasi online. Namun sampai berita ini diterbitkan belum ada keterangan resmi dari pihak Polresta Medan. Berita Medan, red