MUDANEWS.COM – Dalam ajaran Islam, segala sesuatunya diciptakan oleh Allah. Ini adalah salah satu akidah Islam yang mesti diyakini. Yang membedakan orang beriman dengan orang yang tidak beriman. Namun bagaimana gerangan Allah menciptakan kehidupan itu. Inilah salah satu misteri terbesar yang belum sepenuhnya mampu dipecahkan oleh ilmu pengetahuan (science). Dalam Alquran surah Al-Mulk Allah SWT berfirman:
تَبارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (1) الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَياةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (2)
_Mahasuci Allah Yang menguasai segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun. _ (QS. Al-Mulk: 1-2)
Allah yang menciptakan/menjadikan mati dan hidup, atau kematian dan kehidupan itu diciptakan oleh Allah. Para ilmuan terus mempelajari bagaimana pola kerja alam semesta sehingga tercipta kehidupan, dan terjadi kematian. Upaya mempelajari hal ini telah membawa ilmu pengetahuan kepada pencarian benda-benda paling awal yang diciptakan. Hal itu mengharuskan manusia meneliti partikel-partikel terkecil, seperti atom, quark, bosons, electron, molekul dan mungkin akan ada lagi temuan-temuan lainnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kendati demikian, para ilmuan tetap saja menemukan mistery demi mistery dalam penciptaan. Hingga kini manusia berkesimpulan bahwa hidrogen adalah unsur zat yang paling utama dalam membentuk kehidupan. Hal itu telah diketahui sejak masa lampau dan menjadikan hodrogen sebagai salah satu fokus penelitian.
Pada tahun 1925 Samuel Goudsmit dan George Uhlenbeck mengklaim menemukan fitur-fitur “nakal” dari spektrum hidrogen yang dipelajarinya. Mereka mengatakan bahwa elektron yang terdapat dalam hidrogen bertindak seolah-olah mereka berputar. Temuan ini memperkuat apa yang ditemukan oleh Otto Stern dan Walter Gerlach ketika pada tahun 1920 mereka melakukan eksperimen, yang secara tidak sengaja mengarah kepada penemuan putaran elektron.
Dalam “eksperimen stern Gerlach” Otto Stern dan Walter Gerlach memasukkan sekumpulan atom perak ke dalam oven dan menguapkannya. Sinar atom perak ini kemudian melewati medan magnet dimana ia lalu terbelah menjadi dua sinar saat melewatinya. Penemuan dalam percobaan ini kemudian dinamakan dengan teory Spin Elektron, atau perputaran elektron.
Teori ini lalu memberikan penjelasan bahwa setiap partikel di alam semesta (tentu juga termasuk partikel -partikel yang membentuk tubuh manusia), memiliki sifat intrinsik dan beberapa sifat ekstrinsik. Sifat intrinsik adalah sifat yang melekat pada partikel, sedangkan sifat ekstrinsik diperoleh tergantung pada faktor eksternal. Teori ini juga memberitahukan bahwa elektron memiliki tiga sifat intrinsik utama, dan spin (berputar) adalah salah satunya, dan dua lainnya adalah massa dan muatan.
Spin terkait dengan momentum sudut inhern elektron, yaitu momentum sudut spin. Putaran dikalikan dengan h (konstanta planck tereduksi) memberi nilai momentum sudut pada putaran intrinsik elektron. Itu tidak tergantung pada semua sifat lain dari elektron, melainkan momentum sudut orbitalnya. Jadi spin adalah momentum sudut yang dimiliki partikel hanya dengan partikel itu sendiri.
Konsep yang dihasilkan oleh penemuan teori ini tidak diragukan lagi, sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan mekanika kuantum.
Kami tidak akan berlama-lama menjelaskan cara kerja teori ini, bagaimana perputarannya, ukuran dan kuntiatasnya. Pengambilan teori ini, kami maksudkan untuk menjadi pemgantar dalam memahami “tawaf”. Suatu aktifitas ritual peribadatan yang diselenggarakan para jamaaah Haji dan Umroh saat berziarah ke Baytullah (Ka’bah). Dimana setiap orang melakukan tawaf dengan mengelilingi bangunan berbentuk kubus yang bernama Ka’bah atau baytullah itu.
Bangunan ini tiada lain hanyalah permisalan atas “arsy-Nya” sehingga tawaf mengelilingi “arsy” ketika pelaksanaan tawaf ini juga tiada lain hanya permisalan (simbolik), yang hakikatnya justru mesti ditemukan dalam diri manusia. Bagian tengah dari Kabah itu sendiri adalah ruang kosong (hampa) yang menyimbolkan ketiadaan, atau kefanaan. Suatu pesan simbolik bahwa DIA yang beristiwa diatas Arsy-Nya itu akan ditemukan dalam ketiadaan.
Jika baytullah itu adalah center of heart, maka didalam hati itulah terdapat baytullah dengan arsi-Nya. Dan seluruh elektron, melakukan spin/tawaf (berputar) mengelilingi arsy tersebut sebagai porosnya. Dan setiap kali elektron ini melewati medan magnet, elektron akan terbelah. Proses pembelahan elektron ini yang selanjutnya membentuk atom-atom dan kemudian tersusun, dan membentuk alam susunan atau alam tarkib. Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa elektron ini memiliki sifat intrinsik, yang tiada lain merupakan pemberian dari penciptanya, yang dengan kekuatan intrinsiknya (yang dapat kita ibaratkan sebagai ruhnya) elektron-elektron itu mengitari disekitar wilayah arsy-Nya.
Hubungan frekuensi antara ruh dengan sang pemilik Arsy adalah faktor relasi yang bersifat determinan, dimana elektron-elektron ini dikendalikan pergerakannya oleh Sang Pemilik Arsy sehingga Arsy disebut pula dengan pusat kendali. Hal ini tiada lain adalah bentuk ketundukan dan kepatuhan dari hamba kepada sembahannya. Dalam hal pergerakan tawaf (spin elektron) ini Allah swt berfirman:
ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ (29) }
Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan tawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). (QS. Al-Hajj ayat 29)
Dengan demikian, secara mekanis kehidupan seperti perputaran, dimana titik awal keberangkatan, disitu pula-lah kita akan kembali. Dan kematian tiada lain adalah terputusnya frekuensi medan magnetik yang berakibat terhentinya perputaran elektron, sehingga menyebabkan mesin mengalami kematian.
Wallahu a’lam bissawab.
Oleh : Hasanuddin
Ketua Umum PB HMI 2003-2005