Hadirkan Ken Setiawan, Komite Lintas Agama Gelar Diskusi Cegah Intoleransi dan Radikalisme

Breaking News
- Advertisement -



Mudanews.com Jakarta – Perbedaan bukanlah alasan untuk bermusuhan, melainkan ruang untuk saling memahami dan mengasihi.

‎Pesan ini mengemuka dalam forum diskusi lintas iman yang digelar Komite Lintas Agama di Aula Maria Ratu Tosari, Gereja Santo Matias Rasul, Paroki Kosambi Baru, Jakarta Barat.

‎Selain Ken Setiawan, Hadir juga Tim Densus 88, Kepala Badan Kesbangpol DKI Jakarta, TNI POLRI, FKUB, MUI, PCNU PW Muhammadiyah, GP Ansor, Camat dan RT RW dan tokoh masyarakat serta tokoh agama di wilayah DKI Jakarta.

‎Ken Setiawan, pendiri NII Crisis Center, berbagi pengalaman pribadi. Ia menegaskan bahwa intoleransi adalah tahap pertama menuju radikalisme dan terorisme.

‎ “Awalnya merasa paling benar, menganggap orang lain salah. Kalau sudah intoleran, itu pintu masuk perekrutan kelompok radikal,” ujarnya.

‎Ken menggambarkan proses doktrinasi yang mirip “hipnosis ekokontak” melalui sugesti agama dan kitab suci yang berulang, hingga korban kehilangan daya kritis. Perekrutan, katanya, bahkan dihargai hingga ratusan ribu rupiah per orang.

Pesan Kebangsaan

‎Dalam rekaman video yang ditayangkan, Ken Setiawan menekankan makna sila pertama Pancasila. “Ketuhanan Yang Maha Esa bukan hanya ikrar cinta kepada Tuhan, tetapi juga cinta kepada tanah air Indonesia.

‎Dalam sejarah, Nabi Muhammad adalah tokoh yang sangat nasionalis dan cinta kepada tanah air tumpah darahnya di wilayah Mekkah, makanya Nabi memperjuangkan persatuan, keadilan dan kesejahteraan masyarakat Mekkah pada saat itu, jelas Ken.

‎Kita saat ini yang tinggal di negara Kesatuan Republik Indonesia juga harus cinta terhadap Tuhan dan cinta terhadap tumpah darah Indonesia, bersama-sama memperjuangkan persatuan dan kesatuan, demi tercapainya masyarakat yang sejahtera aman dan damai walaupun latar belakang berbeda beda.

‎Jika masyarakat Indonesia memahami sila pertama, bahwa Tuhan di dunia ini sejatinya hanya satu, Tuhan yang menciptakan seluruh manusia apapun latar belakangnya adalah Tuhan adalah sama.

Lalu di dijalankan dan menyadari bahwa perbedaan adalah anugerah dan rahmat.

“Jika seluruh masyarakat memahami Pancasila sila pertama, saya yakin bangsa ini akan memperoleh bonus sila kedua yaitu kemanusiaan dan sila ketiga persatuan, ada masalah di sediakan ruang musyawarah mufakat, dan bonus terakhir adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” tegasnya.

‎Perbedaan, menurutnya, adalah takdir yang harus dikelola dengan baik untuk kita saling mengenal dan saling melengkapi agar tercipta suasana harmoni, aman dan damai walaupun latar belakang kita berbeda beda, pungkas Ken. ***(Red)

Berita Terkini