Mudanews.com Klaten, Jawa Tengah — Sabtu (13/9) Museum Daerah Klaten bekerja sama dengan Komunitas Literasi Book and Chill menggelar kegiatan Night at The Museum. Kegiatan berlangsung di kompleks Taman Budaya Monumen Juang ’45 Klaten.
Kegiatan ini juga merupakan bagian dari rangkaian Pameran Aksara Gata yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Klaten dengan Persatuan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) Komda Jawa Tengah.
Dihadiri oleh beberapa aktivis budaya,
pegiat literasi, akademisi dan media kegiatan berlangsung khidmad. Pemilihan waktu kegiatan malam hari menambah suasana menjadi lebih hening, khusyu dan penuh konsentrasi.
Dimulai dengan pembukaan singkat, kemudian peserta diajak tour museum yang dipandu oleh ketua PAEI Komda Jateng langsung, Goenawan Sambodo, dan diakhiri dengan silent reading dipandu oleh petugas Book and Chill.
Ketua penyelenggara kegiatan, Naufal Saad mengungkapkan bahwa museum harus bisa menjadi wadah bagi masyarakat untuk berkreasi dan mengembangkan diri.
”Kami berpandangan museum ini harus menjadi inklusif, artinya masyarakat maupun komunitas bisa memanfaatkan museum sebagai ruang publik untuk tempat berkreasi dan mengembangankan minat bakat” ungkapnya.
Senada dengan yang diungkapkan Kepala Bidang Kebudayaan Disbudporapar, Tri Indarti, bahwa museum harus bisa menjadi wadah belajar bagi siswa, mahasiswa dan masyarakat umum agar semakin mencintai budayanya.
”Museum ini masih relatif baru, koleksinya juga masih sedikit. Namun, kami berharap museum ini bisa menjadi wadah untuk belajar bagi para siswa, mahasiswa, aktivis dan masyarakat pada umumnya agar bisa mencintai budayanya dan mampu menjaga dan melestarikan
peninggalan-peninggalan sejarah serta bisa belajar banyak dari peristiwa sejarah,” jelasnya.
Kebermanfaatan kegiatan ini juga dirasakan oleh Rangga dari Forum Anak Klaten yang juga salah satu siswa SMA 3 Klaten. Ia mengungkapakan bahwa literasi tidak hanya kegiatan baca tulis, tapi bagaimana seorang siswa harus peka terhadap berbagai persoalan termasuk bagaimana menjaga aset sejarah.
”Literasi itu tidak hanya soal kemampuan baca tulis, tapi bagaimana memahami persoalan termasuk menjaga aset sejarah, untuk itu kegiatan semacam ini sebenarnya sangat bermanfaat untuk para siswa, mengingat kegiatan literasi di sekolah sendiri masih belum optimal,”
Terakhir, Naufal kembali menambahkan harapannya bahwa museum bisa terus memberikan manfaat kepada masyarakat. Baik melalui fungsi edukasinya, maupun sebagai ruang publik yang terus hidup dimanfaatkan oleh masyarakat. Kemudian ia juga berharap dengan adanya kegiatan membaca buku bersama ini, masyarakat bisa sama-sama menyadari bahwa membaca itu adalah kebutuhan. (Red)