Oleh: Saiful Huda Ems.
Mudanews.com OPINI – Andaikan benar adab harus lebih tinggi dari ilmu, maka harusnya Allah menawarkan adab baru kemudian harta dan tahta. Namun karena memang ilmu harus lebih didahulukan, maka wajar saja Allah menawarkan ilmu, harta dan tahta pada Nabi Sulaiman, yang kemudian ilmulah yang dipilih oleh Nabi Sulaiman.
Adab itu produk dari ilmu, kalau ilmunya gak ada mana bisa ada adab? Ini bisa dicontohkan dengan saat kita membahas ijazah bodong Jokowi, karena Buzzer ilmu hukumnya rendah, maka dijelaskan sampai berbusa-busa juga mereka akan tetap ngeyel dan mengelak kalau ijazah Jokowi itu bodong.
Bahkan orang-orang yang memiliki ilmu di bidang penelitian kebodongan dokumen semacam Ijazah (meski ijazah itu tidak termasuk di ranah dokumen privat), mereka malah akan dituduh sebagai penyebar hoax, melakukan pencemaran nama baik dlsb.
Mirip ketika saya dahulu berkali-kali telah mengatakan, bahwa Jokowi harus diseret ke Mahkamah Internasional karena perbuatannya yang memberikan izin untuk perusakan lingkungan, penghilangan hutan, sawah, gunung dll., para Buzzer menyerang saya dengan mengatakan saya bego, sakit hati dll.
Sekali lagi, karena tiadanya ilmu, maka orang akan kehilangan adab, main caci maki, bully dll., karena tiadanya ilmu tentang perkara yang diperdebatkan. Saya merenung lama tentang hal ini, apa benar adab lebih tinggi dari ilmu?
Saya gak percaya bahwa adab harus lebih didahulukan daripada ilmu, dan ternyata tanpa sengaja saya dengar ceramah dari Gus Baha, bahwa Ilmu itu harus lebih didahulukan dari adab.
Kok sama ya, satu sepemikiran antara saya dan Gus Baha? Apalagi ketika Gus Baha memberikan argumen, kok sama percis dengan yang saya pikirkan. Adab itu produk dari ilmu. Titik !…(SHE).

