MUDANEWS.COM – Pengangkatan Gus Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama boleh jadi cukup membuat sebagian orang tambah khusyu’ membaca Doa Qunuth Nazilah di setiap akhir rakaat shalatnya. Oleh sebab, kebijakan keponakan Gus Mus ini dianggap akan semakin menyempitkan ruang gerak mereka.
Sebagai putera Kiai Kholil Bisri dan keponakan Kiai Musthafa Bisri, Gus Yaqut memiliki kualifikasi mapan sebagai Menteri Agama. Darah moderat mengalir dalam dirinya sebagai hasil tempaan pendidikan agama sejak dini di pesantren, bukan pendidikan ala copy paste Youtube maupun Google dan Facebook.
Hemat saya, ke depan, Agama akan kembali memiliki marwah kehormatan yang sangat layak. Tidak akan lagi tercabik anasir narasi politik dalam setiap gelarannya. Hari-hari belakangan, kita sangat sulit membedakan mana ceramah Agama dan mana orasi politik penyulut massa.

Hati dan pikiran umat seharusnya bersih usai mendengar ceramah Agama tidak disusupi dengan kemarahan dan kebencian. Spirit yang muncul kemudian adalah spirit ibadah dan pengabdian kepada umat, bukan spirit penentangan bahkan penyerangan kepada simbol-simbol pemerintah.
Jikapun harus menentang, saluran hisbah (kritik keras) itu sudah tersaji pada sistem dalam kehidupan pemerintahan dan kebangsaan kita mulai dari tingkat Bamusdes sampai DPR RI, mulai dari tingkat RT sampai presiden. Semua ada cara dan adabnya masing-masing.
Agama harus hadir sebagai sumber solusi masalah baik secara individual maupun kebangsaan. Agama tidak boleh dihadirkan dalam bentuk-bentuk sumber pertentangan konflik politik kepentingan. Aspek inilah yang harus terus dijaga.
Ajeungan Aba Farhan
“Menerima Perbedaan & saling MENGHORMATI adalah Ajaran Semua agama
Untuk selalu mengajarkan Kebaikan”.
Oleh : Agus SalimNu Bagla