Belanda Baru Politik Identitas dan Arabisasi Kebablasan Dengan Corong Rizieq Shihab Dkk

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Gerah. Berbahaya. Sangat menyesakkan bagi Indonesia. NKRI berdasarkan Pancasila dikoyak oleh para politikus penjual negara. Narasi media dan medsos menyesatkan rakyat Indonesia. Ummat Islam diadu domba. Muncul Belanda Baru penjual negeri. Agama dijadikan alat. Muncul politik identitas. Indonesia diadu domba. Devide et impera.

Provokator atas nama agama dan politik identitas menyasar kalangan yang mudah dibohongi: atas nama agama. Bukan tentang organisasi seperti NU dan Muhammadiyah, Persis dan Ahmadiyah, Syiah dan Sunni.

Bukan. Lebih dalam. Yakni tentang kalau bukan ikut kami, maka kalian berbeda dari kami. Paham Takfiri yang dianut oleh ISIS menjadi sesembahan mereka. Sangat membahayakan.

Kegerahan tentang Takfiri, Wahabi juga dirasakan Bung Karno. Maka dia memeringatkan agar bangsa Indonesia tidak kehilangan jati diri.
“Kalau jadi Hindu jangan jadi orang India, kalau jadi orang Islam jangan jadi orang Arab, kalau Kristen jangan jadi orang Yahudi, tetaplah jadi orang Nusantara dengan adat-budaya Nusantara yang kaya raya ini,” kata Bung Karno mengingatkan.

Kini, politik identitas berusaha mengaburkan fakta. Islam diidentikkan dengan Arab. Karena rakyat Indonesia sangat menghargai Arab, maka para perusak negeri justru menggunakannya sebagai alat. Padahal Arab bukan Islam. Islam bukan Arab. Politik identitas yang dibangun menjadikan rakyat terbelah.

Dan, sebagian keturunan Arab meng-kapitalisasi. Bersama yang bukan Arab menggunakannya untuk memecah belah Indonesia. Bangsa Indonesia menjadi seperti Arab, dengan meninggalkan budaya adiluhung Indonesia. Agar generasi muda Indonesia menjauhi budaya Nusantara.

Salah satunya yang menghina Budaya Sunda adalah Muhammad Rizieq Shihab (MRS) terkait Sampurasun. Juga penghinaan terhadap Pancasila. Dengan sentimen positif mayoritas menghargai Arab, Rizieq Shihab menarasikan dirinya sebagai keturunan darah Nabi Muhammad. Dengan cara itu dia melakukan provokasi, penghasutan. Kini dia akan dijerat dengan berbagai pasal lain.

Ini terjadi akibat Arabisasi yang kebablasan. Parpol pun sama. PKS mengeruk keuntungan dengan jargon, PKS adalah Islam, Islam adalah PKS. Padahal di Sulawesi Utara PKS mengusung calon Walikota dari kalangan Nasrani. PKS hanyalah jualan agama seperti FPI.

Kini, di tengah upaya penegakan hukum, Fadli Zon, Hidayat Nur Wahid terus menyuarakan pembelaan kampanye menyerang aparat. Ini diikuti oleh politikus lain seperti Romo Syafei. Haikal Hasan bahkan memakai jargon kebohongan untuk mendukung MRS. Dia berbohong mimpi bertemu Rasullullah SAW. Provokasi penghinaan terhadap Nabi Muhammad. Penghinaan terhadap Islam.

Sejatinya, melihat fenomena politik identitas dan kelakuan para kadrun, Arabisasi kebablasan, dan ditambah Hidayat Nur Wahid, Tengku Zulkarnaen, glorifikasi 6 laskar bak teroris yang tewas didor Polisi oleh Fadli Zon, Indonesia seperti tengah dijajah oleh Belanda Baru.

Ya Belanda Baru. Bukan Barat. Juga bukan Arab beneran. Yang ada adalah sok Arab-araban, karena mengelabuhi ummat, rakyat kebanyakan yang polos, seperti yang dilakukan oleh mereka. Belanda Baru berdaster dan berjubah Arabia. Bukan Islam. Mereka melakukan politik devide at impera, memecah belah untuk menguasai Indonesia dengan politik kebencian. Politik identitas. Melalui Arabisasi yang kebablasan.

Indonesia harus sadar. Kembali ke dalam budaya dan menghormati adab ulama Islam yang benar ajaran asli pendiri NU dan pendiri Muhammadiyah. Bukan ikut FPI, Amien Rais, Fadli Zon, Hidyat Nur Wahid yang mengajarkan politik identitas. Apalagi MRS.

Oleh :Ninoy Karundeng

- Advertisement -

Berita Terkini