Mudanews.com, MEDAN – Di Desa Bandar Klippa, Kecamatan Percut Seituan, warga memutuskan melakukan aksi tak biasa: menutup jalan dengan tumpukan sampah. Bagi mereka, langkah ini adalah satu-satunya cara agar pemerintah dan pelaku pembuangan liar memperhatikan keresahan mereka.
Jalan yang diblokade warga berada di jalan rel dan selama beberapa tahun terakhir berubah menjadi lokasi pembuangan sampah liar. Kini, sepanjang jalan itu dipenuhi limbah rumah tangga mulai dari popok bayi, kertas, kain hingga plastik. Aroma busuk menyengat, dan lalat berkerumun di sekitar tumpukannya.
Aksi blokade itu sudah berlangsung sejak Minggu (2/11/2025) dan berlanjut hingga Senin.
“Kami warga sini terganggu dan resah karena baunya. Warga kita gak ada yang buang sampah di sini,” kata Sulastri, seorang ibu rumah tangga di lokasi.
Menurutnya, warga setempat justru mengubur sampah rumah tangga mereka di tanah untuk menjaga kebersihan lingkungan. Namun, beberapa kali mereka memergoki orang dari luar desa membuang sampah di jalan tersebut.
“Orang itu lewat naik motor matic, buangnya pakai kaki. Dia ngaku dari Medan. Pernah juga ada mobil pickup. Warga kami tahan, ambil kuncinya, tapi setelah dilepas dia gak balik lagi,” kata Sulastri, seorang ibu rumah tangga di lokasi.
Rokayah, warga lainnya, mengatakan bahwa blokade sengaja dilakukan agar tidak ada lagi yang membuang sampah di lokasi itu.
“Semalam kami buat ini supaya enggak ada lagi yang buang sampah di sini. Karena sudah terlalu banyak, lalat pun makin banyak. Makan pun kami jadi gak selera,” ujarnya.
Aksi itu juga menjadi simbol keputusasaan warga setelah empat tahun menghadapi masalah serupa. Kepala Dusun XVIII, Salidin Maha, mengakui bahwa lokasi tersebut kerap dibersihkan, namun sampah selalu muncul kembali hanya beberapa jam setelah diangkut.
“Sudah berulang kali kita bersihkan dengan alat berat dan truk sampah. Begitu pagi bersih, hitungan jam sampah menumpuk lagi,” kata Salidin.
Salidin menyebut, pihak desa dan kecamatan telah bekerja sama menangani persoalan ini, namun keterbatasan petugas dan ketiadaan peraturan sanksi membuat pengawasan sulit dilakukan.
“Kita gak bisa jaga malam. Siang dijaga, malam gak bisa. Pernah juga kita tangkap orang yang buang sampah, tapi gak digubris,” ujarnya.
Kondisi semakin rumit karena kawasan itu belum memiliki sistem pengangkutan sampah yang rutin. Truk pengangkut baru datang seminggu sekali.
“Sebenarnya ini bukan tempat pembuangan sampah. Ini jalan alternatif dari Kampung Kolam ke Tambak Bayam. Tapi banyak orang lewat dan buang di sini,” jelas Salidin.
Ia mengatakan pihak desa sudah melaporkan situasi ini ke kecamatan dan menunggu tindak lanjut berupa pengiriman alat berat serta truk untuk membersihkan kembali lokasi.
Namun bagi warga, aksi blokade ini bukan sekadar menutup jalan. Ia adalah tanda frustrasi terhadap sistem pengelolaan sampah yang gagal, dan pesan keras bagi mereka yang terbiasa membuang limbah tanpa tanggung jawab.
“Biarkan dulu sampahnya di situ. Supaya orang yang biasa buang tahu, bahwa kami di sini sudah keberatan,” kata Salidin.
(Red/Mudanews.con)
