Muhammad Yunus Dan Masa Depan Banglades

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Mudanews.com   Bangladesh, sebuah negara Islam pecahan dari Pakistan, mengalami huru-hara politik yang menyebabkan larinya perdana mentrinya ke India. Hal ini terjadi setelah demonstrasi berjilid-jilid yang dilakukan mahasiswa Bangladesh yang akhirnya mendorong Perdana Menteri (PM) Sheikh Hasina untuk kabur ke India. Hingga Senin kemarin, korban tewas yang tercatat meningkat menjadi sedikitnya 300 orang. Selain itu, ada 10 ribu orang yang ditangkap atas tuduhan mengganggu keamanan.

Setelah Hasina melarikan diri, para mahasiswa menolak pemerintahan pimpinan militer. Mereka mendorong Prof Yunus untuk memimpin pemerintahan sementara. Muhammad Yunus – peraih Nobel yang merupakan musuh politik mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina akhirnya ditunjuk sebagai pemimpin sementara negara itu. Pria berusia 84 tahun itu diangkat hanya berselang 24 jam setelah Hasina melarikan diri dari Bangladesh. Keputusan menunjuk Prof Yunus sebagai penasihat utama pemerintahan sementara ditempuh menyusul pertemuan antara Presiden Mohammed Shahabuddin, para pemimpin militer, dan para pemimpin mahasiswa. Meski bukan warga Bangladesh saya sungguh gembira mendengar berita ini. Sudah lama saya mengidolakan Prof Yunus ini.

Prof. Yunus sendiri adalah musuh politik Hasina. Meski Prof Yunus dipuji banyak kalangan karena mempelopori penggunaan pinjaman mikro untuk kaum miskin, Hasina menganggapnya sebagai musuh masyarakat dan menuduhnya sebagai orang yang justru “menghisap darah” orang miskin. Bahkan ada tuduhan yang menggelikan bahwa Bank Grameen yang telah membantu banyak kaum miskin itu dianggap meningkatkan poligami di Bangladesh. Pokoknya berbagai hal dituduhkan agar Yunus tidak menjadi semakin populer dan naik menjadi pemimpin politik di Bangladesh.

Pada 1 Januari lalu Yunus divonis bersalah karena melanggar UU Ketenagakerjaan. Namun, kuasa hukumnya mengatakan Yunus bisa menghadapi sedikitnya 170 kasus hukum lain, termasuk dakwaan korupsi yang jika terbukti bersalah dapat membuatnya dipenjara selama bertahun-tahun. Yunus menyangkal semua tuduhan itu. Dalam pidato yang sangat emosional, Yunus mengatakan telah mengabdikan hidupnya untuk mendukung mereka-mereka yang paling membutuhkan, dan “berkomitmen” untuk melanjutkan pekerjaannya itu. Prof Yunus saat ini berstatus dibebaskan dengan jaminan sembari mengajukan banding atas hukuman penjara enam bulan dalam kasus yang dia sebut bermotif politik.

Apa penyebab demonstrasi yang akhirnya berlarut-larut dan menyebabkan jatuhnya ratusan korban tersebut? Sila cari sendiri saja beritanya.

Saya hanya akan menulis tentang Muhammad Yunus yang pernah mendapat Nobel Perdamaian dengan Grameen Banknya. Dia adalah salah satu orang yang sangat saya kagumi. Muhammad Yunus adalah pemenang Nobel Perdamaian 2006 atas usahanya yang tidak mengenal lelah mengentaskan kemiskinan di Bangladesh dengan mendirikan Grameen Bank, bank khusus untuk dan milik orang miskin. Yunus dan Mother Teresa adalah orang yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk mengasihi dan membantu orang-orang miskin. Mereka adalah semacam nabi bagi partai Kaypang, partainya orang-orang miskin, dimana saya pernah menjadi anggota tanpa perlu mendaftar.

Saya sudah mengagumi orang hebat ini ketika pertamakali membaca beritanya bertahun-tahun lalu. Karena pernah mengalami kemiskinan, saya tahu betapa jarangnya orang yang mau mendedikasikan dirinya untuk membantu orang miskin. Dunia dipenuhi dengan orang-orang yang sibuk mencari kekayaan sendiri dan menganggap orang miskin adalah penyakit sampar yang harus dicurigai dan dijauhi. Saya sudah pernah membaca bukunya, artikel-artikel tentangnya, dan bahkan menonton acaranya di Oprah Show. Saya menonton hampir tak berkedip. Ketika Oprah bertanya mengapa ia percaya bahwa orang miskin akan bisa membayar pinjaman tanpa kolateral alias agunan, beliau menjawab :”Fakta bahwa mereka adalah manusia sudah cukup bagi kita untuk mempercayainya.” Dan air mata saya mengalir tanpa bisa saya cegah. Ya, Tuhan! Betapa saya mencintai orang ini.

Pada acara tersebut beliau yang professor di Fakultas Ekonomi Chittagong, Bangladesh, menceritakan kembali pengalaman hidupnya ketika pertama kali ia bersentuhan langsung dengan kenyataan hidup di luar kampusnya ketika Bangladesh terkena bencana kelaparan. Ia sangat terkejut menemui kenyataan bahwa keluarga miskin di sekitar kampusnya sebetulnya hanya butuh bantuan uang sangat sedikit untuk dapat mengubah hidup mereka. Ketika beliau memutuskan untuk membantu para ibu yang miskin tersebut dengan meminjaminya uang untuk modal beliau berhasil mengumpulkan 42 orang dengan jumlah pinjaman kurang dari US$27! “Ya, Tuhan! Ya Tuhan! Seluruh derita semua keluarga itu hanya karena tidak ada uang dua puluh tujuh dollar!” serunya dalam hati. Malamnya ia tidak bisa tidur karena merasa muak dengan dirinya sendiri. Ia sangat shock menemui kenyataan betapa ia mengajarkan teori-teori indah tentang ekonomi dan bicara tentang uang ratusan juta dollar sementara di luar kampusnya ia menemui orang-orang yang begitu miskinnya karena terjerat oleh rentenir. Beliau kemudian memutuskan untuk mendirikan Grameen Bank, Bank for the Poor, untuk membantu para orang miskin tersebut.

Suatu ketika datang seorang ex napi ke Grameen Bank untuk minta pinjaman juga sebagaimana orang-orang lain. Staff Muhammad Yunus kebingungan menghadapinya. Ex napi ini sangat terkenal reputasinya sebagai seorang kriminal dan mempercayainya adalah tidak masuk akal.

Tapi staf bank juga tak berani menolaknya karena takut ex napi tersebut marah dan mengamuk. Ia terkenal dengan reputasi buruknya tersebut. Ia minta bantuan Muhammad Yunus untuk mengatasi masalah tersebut. Muhammad Yunus memintanya untuk menemuinya dan tidak perlu takut. Ia adalah manusia juga seperti kita, katanya. Kalau ada lima orang lain di desanya yang mau menjaminnya (ini adalah sistem yang berlaku di Grameen Bank sebagai ganti dari kolateral) maka dia layak untuk mendapat pinjaman seperti orang desa lainnya.

Jadi Grameen Bank memberinya pinjaman. Dan ex napi ini membayar cicilannya seperti orang-orang miskin lainnya. Ia kemudian menjadi pemimpin kelompok. Dan naik…naik…menjadi pemimpin kelompok yang lebih besar dan lebih besar. Ia tak pernah lagi melakukan tindakan kriminal sejak mendapatkan pinjaman dari Grameen Bank. Grameen Bank telah mengubah hidupnya! Sangat luar biasa!

Ketika beliau ditanya apa tindakan yang ia lakukan jika ada nasabah miskinnya yang tidak dapat membayar. Bank lain tentu akan menyita apa saja yang dimiliki oleh nasabah ‘bandel’ tersebut. Tapi di Grameen Bank
tidak ada kolateral atau agunan. Lagipula nasabahnya adalah orang-orang miskin yang tidak punya harta benda yang bisa disita. “If anybody cannot pay, you should come and help him more, not punish him.” jawabnya. Mereka tidak membayar karena memang tidak bisa membayar dan itu berarti mereka dalam kesulitan dan lebih memerlukan pertolongan daripada sebelumnya. Mereka harus ditolong dan bukannya
dihukum. Ya, Allah! Betapa benarnya kata-kata itu. Kredit mikro bukanlah obat ajaib yang bisa menghapuskan kemiskinan dalam sekali tenggak. Tetapi kredit mikro bisa mengahiri banyak kemiskinan banyak orang dan mengurangi penderitaan orang-orang lainnya. Digabungkan dengan program-program inovatif lainnya dalam meningkatkan potensi masyarakat, kredit mikro adalah alat utama dalam upaya kita membangun dunia yang bebas dari kemiskinan. Demikian katanya.

Di bidang pendidikan Grameen jelas tidak tinggal diam. Grameen memberikan 3.700 bea siswa anak setiap tahun. Pendidikan anak merupakan ketentuan yang diwajibkan bagi setiap peminjam Grameen Bank. Itu semacam ‘janji suci’ dari para peminjam dan merupakan salah satu dari ‘Keputusan Enam Belas’ yang mereka cetuskan pada tahun 1984. Janji tersebut berbunyi, :’Kami akan mendidik anak-anak kami dan memastikan bahwa kami mampu membiayai pendidikannya.’ Sungguh menggetarkan! Ingin rasanya saya bertemu dengannya.

Pada Agustus 2007 beliau datang ke Indonesia karena diundang oleh Sampoerna Foundation untuk berbicara dalam forum ‘Distinguished Speaker Series’. Saya beruntung bisa datang ke acara tersebut. Setelah acara selesai saya segera menghampiri beliau, menyapanya untuk minta tandatangan dan kartu nama, sebagaimana biasa saya lakukan pada penulis buku lainnya. Dan beliau menandatangani buku “Bank Kaum Miskin” terbitan Marjin Kiri yang saya beli semalam khusus untuk ditandatangani beliau. Buku saya adalah satu-satunya yang berbahasa Indonesia yang ditandatangani beliau. Peserta lainnya membawa buku asli yang berbahasa Inggris “Bank for the Poor”.

Malamnya saya bermimpi duduk-duduk di teras dan ngobrol berdua bersama beliau. “Everybody is enterpreneual, Satria. You have to believe that.” Saya mendengarkannya dengan penuh takzim. “Charity works once. Social business continues.”, lanjutnya.
Sayup-sayup saya mendengar beliau berkata,:”Touching somebody’s life is addictive. Once you do it, you’ll do it more and more.” Dan saya terbangun karena alarm handphone saya.

Saya sudah lama berharap agar beliau menjadi pemimpin Bangladesh dan hari ini harapan saya tercapai, meski beliau hanya menjadi pemimpin sementara.

Balikpapan, 8 Agustus 2024
Satria Dharma

Berita Terkini