Sebuah Pengantar kepada ‘Kitab Kehidupan’ Karya Prof Dr H Syahrin Harahap MA

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Buku ini dicetak dalam ukuran yang kecil untuk kategori sebuah buku bacaan, sehingga layak disebut sebagai buku saku. Penerbit Siraja Prenadamedia Group pada tahun 2016 di Jakarta mencetak buku ini dengan ISBN 978.979.3542.20.1 pada ukuran kertas 10,5 x 15 cm dan membalutnya dengan hard cover berwarna dasar hijau.

Buku ini memuat renungan Prof. Dr. H. Syahrin Harahap, M.A. (Guru Kami) dan dituliskan dalam 79 pasal pada 176 halaman. Tak butuh waktu lama, buku yang dicetak sebanyak 2.000 eksemplar ini terjual habis, dengan demikian menjadi indikator bahwa buku ini diminati dan dibutuhkan oleh masyarakat pembaca. Kecilnya ukuran buku ini berbanding terbalik dengan kandungan tulisan (matan) yang diusungnya.

Tulisan Guru Kami dalam buku ini menuntut pembacaan yang berulang untuk dapat mencapai pemahamannya secara baik. Beranjak dari realitas ini, kami berusaha untuk menyajikan syarh (penjelasan dan komentar) terhadap buku ini agar memudahkan bagi para pembacanya.

Buku ini diberi judul Kitab Kehidupan yang merekam dialog hikmah Guru Kami dengan Allah, Sang Rabb. Berawal dari pemanfaatan inderawinya menangkap setiap detail fenomena kehidupan, secara perlahan digelar dalam bentangan analisis rasionya yang terlatih, lalu diangkatnya setiap persepsi yang lahir pada dialog hikmah antara dirinya dan Allah dalam khazanah hati yang tersucikan. Bagi Guru Kami, manusia terbaik adalah manusia yang melakukan perannya sebagai khalifatullah dan tugas-tugas isti’mar di bumi.

Manusia diciptakan sebagai maujud bagi Allah untuk menyaksikan ‘kekuasaan-Nya di luar diri-Nya’ dan sekaligus menjadi makhluk yang menampung unsur ketuhanan (lahut) dan unsur kemanusian (nasut). Perpaduan dua sifat yang saling berbeda itu menjadikan manusia makhluk yang berpotensi untuk menjadi sangat dicintai Allah.

Guru Kami menyimpulkan bahwa hidup manusia itu adalah sebuah kitab yang perlu dibaca, direnungkan, dinternalisasi dan diimplementasikan di muka bumi oleh manusia berdasarkan unsur ketuhanan yang dimilikinya. Hayatilah bahwa Allah berfirman di dalam al-Qur’an: “Bacalah kitabmu! Cukuplah dirimu sendiri pada waktu itu menjadi saksi atas semua perbuatanmu”, Q.S. al-Isra’: 14. Asas pemikiran ini kemudian menjadi latar pemberian judul ‘Kitab Kehidupan’.

Suatu saat kami bertanya: “kapan Guru menuliskan pasal-pasal dalam buku ini?”. Dia menjawab: “dalam perjalanan yang saya tempuh, terkadang di darat, bahkan juga di udara”. Sejenak terlintas ingatan bahwa kami juga pernah mengkaji beberapa pasal dalam buku ini pada perjalanan darat dalam sebuah mobil yang bergerak dengan laju yang relatif cepat. Ketika itu kami pun bertanya: “apa hubungan kajian kitab ini dengan perjalanan?”.

Dengan jernih Guru Kami menjawab: “perjalanan itu adalah bergerak, gerakan itu bersifat dinamis, demikian juga dengan kehidupan”. Sesaat kemudian Dia menambahkan: “al-harakah barakah, bergerak itu adalah berkah (Allah)”.

Kitab Kehidupan memuat tulisan yang mampu menjernihkan problematika kehidupan fana’ manusia. Setiap pasal menempatkan kepingan-kepingan kehidupan dalam posisinya yang seharusnya. Sebut saja misalnya dalam menentukan orientasi (qiblat) kehidupan, mengungkap petunjuk setiap permasalahan, mencari rezeki, membangun rumah tangga, menyikapi jabatan, menghadapi ketakutan, menerima pengkhianatan dan lain sebagainya. Kitab Kehidupan menyajikan renungan singkat namun mendalam dan mampu menyentuh relung hati yang terdalam, karena ia lahir dari dialog hati antara manusia visioner dengan Allah.

Menutup pengantar Kitab Kehidupan, Guru Kami berkata: “Kitab Kehidupan, aku tulis sebagai bentuk upayaku untuk mengungkap makna dan hikmah dari ayat-ayat Allah baik yang ditulis di al-Qur’an maupun yang terbentang di seluruh ruang di alam semesta, berbarengan dengan upaya itu, buku ini juga menjadi doa sekaligus warisanku terutama untuk keluargaku, para muridku dan seluruh umat manusia agar menjadi pemenang dalam menghadapi hawa nafsu kehidupan dan tipu dayanya”.

Oleh : Sholahuddin Ashani, M.S.I.
(Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam UIN Sumatera Utara)

 

- Advertisement -

Berita Terkini