Oleh : Dr. dr. Umar Zein, DTM&H, Sp.PD
MUDANEWS.COM – Ular adalah hewan melata, tidak berkaki, tubuhnya agak bulat memanjang, kulitnya bersisik, hidup di tanah atau di air, ada yang berbisa ada yang tidak. (KBBI). Dalam Kamus Bahasa Medan, Ular = Penipu
Nah, dalam diskusi virtual sesama alumni USU tadi malam, muncul kalimat Ular Sama Ular itu, dari salah seorang alumni. Beginilah kalau ‘Anak Medan’ kumpul. Diskusi tentang “Perguruan Silat” yang mendidik mereka jurus dan rumus. Setelah keluar dari perguruan, masing-masing jurus dikembangkan, melalui tambahan pendidikan, diasah lagi dengan pengalaman.
Ada pula istilah lama tercetus, alumni bicara santun tapi ketus, istilah sudah dikenal di kalangan kampus, Universitas Salah Urus. Ah, orang Medan ini memang suka ‘ngenyek,’ kalau melihat sesuatu yang jelek, terdengar seolah mengejek, apalagi salah satu pembicara Bang Jolek. Jadi teringat pepatah lama: ‘Kalau tak ada berada, takkan tempua bersarang rendah.’
Pandemi belum usai. Mana inovasi USU terhadap penanggulangan Covid di Sumut yang slogannya Bermartabat? Tentang Public Health, terobosan Diagnostic Procedure, Research Treatment, dan segerobak masalah.
Bukankah jumlah kasus lebih dari cukup untuk sample penelitian? Bukankah jumlah Fakultas Kedokteran ada enam di Medan yang bisa diajak ngopi cari solusi? Bukankah Lambang Kedokteran itu ada ular melingkar? Tapi, bukan ular melingkar di pagar Wak Umar!
“Akulah Medan!” kata penyair Medan Teja Purnama, sebagai judul puisinya. Salah satu bait puisi Teja:
“Walau siang malam
orang-orang berperang
dengan parang atau uang
seperti dendam yang tak padam-padam
aku tetaplah Medan”
Teja tegas mengakui dan memahami sebagai anak Medan. Konflik kubu acap tuai seteru. Dibumbui bual Wak Labu. Apakah ini konflik kutukan, akibat dendam turunan?
Bukan susu sembarang susu
Susu asli penyangga gizi
Bukan USU sembarang USU
USU berprestasi bangga alumni
Medan, 01.02.2021
#alumnicintaUSU
