Jadikan Kawasan Restorasi Epicentrum Oksigen Dunia

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Langkat – Kawasan restorasi yang berada di Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat harus menjadi epicentrum untuk menjalankan niat baik menjaga oksigen dunia.

Sebab, lokasi yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ini menjadi perhatian dunia karena tempat bernaung satwa dilindungi seperti gajah dan orangutan.

“Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL) merupakan habitat dan rumah bagi ribuan species dan satwa yang dilindungi, jika tidak segera diproteksi secara serius dikhawatirkan hilangnya species endemik yakni orangutan yang semakin terancam habitatnya,” ujar Dana Prima Tarigan selaku Direktur Eksekutif WALHI Sumut disela-sela acara Serimonial Penanaman pohon hutan sebagai bentuk pemulihan kawasan Hutan yang selama ini telah rusak dikonversi menjadi perkebunan sawit, Rabu (25/11/2020).

Dana menegaskan, kawasan habitat satwa yang dipulihkan secara fungsi ekologi ini digagas oleh YOSL-OIC dengan melibatkan partisipasi Masyarakat local, dengan luas tidak kurang dari 300 hektar, berlokasi di Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Sarangan, Kabupaten Langkat.

“Di lokasi retorasi ini juga merupakan jalur lintasan gajah, jika tidak dilakukan proteksi kawasan akan memicu konflik yang tinggi dan mengancam keberlangsungan hidup satwa ini, termasuk juga orangutan,” ujar Dana Prima Tariga yang senter saat ini digadang-gadang menjadi  Kandidat Calon Eksekutif Nasional WALHI.

Dikesempatan yang sama, Anggota MPR-DPR RI, Hinca Pandjaitan dalam penyampaian  prihal 4 Pilar MPR, menuturkan kekagumannya terhadap Hutan Bukit Barisan yang memiliki kekayaan berlimpah.

“Saya terinspirasi oleh tempat ini (kawasan restorasi). Kawasan yang keindahannya sangat menakjubkan, biarkan tempat ini menjadi epicentrum niat baik dan memberi energi menjaga oksigen. Lokasi yang dekat-dekat dengan TNGL ini menjadi tanggungjawab kita semua untuk menjaganya,” jelasnya.

Turut hadir dalam kesempatan itu, Pembina Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center (YOSL-OIC), Panut Hadisiswoyo, Direktur OIC, Fransisca, Direktur Eksekutif Walhi Sumut, Dana Prima Tarigan, Kajari Langkat, Iwan Ginting dan Ahli Kehutanan USU, Onrizal.

Dijelaskan Hinca, 4 pilar kebangsaan yaitu, Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI ada di buku tinggal dibaca lalu dipahami.

Namun, di lokasi restorasi ini empat pilar kebangsaan nyata adanya. Dimana Hutan dan species didalamnya sebagai kekayaan Negeri ini dan patut dijaga.

“Negara patut hadir di tengah-tengah masyarakat lewat saya sebagai anggota MPR RI dan pihak Kejari Langkat dapat memberikan dukungan pemulihan kawasan Hutan yang rusak sehinga Hutan dapat menyayikan lagu lagu merdu yang bersahutan pertanda fungsi habitat  menjadi surga bagi kehidupan bagi species dan satwa dilindungi, sebagai penyimpan air, dan stok oksigen bagi kehidupan manusia,” ujar Hinca.

Beliau menambahkan, pentingnya upaya bergotong-royong, baik masyarakat, OIC, Kejari Langkat dan MPR RI untuk menjaga dan melestarikan lokasi yang menjadi paru-paru dunia ini.

“Ini akan dikampanyekan ke seluruh dunia bahwa di lokasi ini satwanya kita lindungi, kawasannya kita restorasi dan masyarakatnya sejahtera,” papar politisi Partai Demokrat ini.

Sementara itu, Direktur YOSL-OIC, Fransisca mengatakan, lokasi restorasi ini awalnya adalah perkebunan sawit sekitar 300 hektare. Dan saat ini akan ditebang habis.

“Lokasi ini perlu dipulihkan karena jadi perlintasan satwa,” katanya.

Untuk program restorasi, lanjut Frasisca, YOSL-OIC sudah bekerja hampir di 10 site di sekitar kawasan TNGL. Biasanya kawasan yang dipulihkan awalnya merupakan perkebunan kelapa sawit.

Kegiatan restorasi (pemulihan kawasan) pasti melibatkan masyarakat terutama perempuan. Dan peran serta masyarakat aktif dalam pengembangan ekonomi  dalam program ini.

“Masyarakat lokal merupakan penerima mamfaat aktif dalam program ini, selain usaha pengembangan ekonomi keluarga, program ini juga melakukan edukasi Lingkungan dan konservasi bagi masyarakat, sehinga masyarakat paham pentingnya menjaga Hutan,” tutur Siska.

Kegiatan ditutup dengan penanaman pohon bersama dan penandatanganan prasasti 4 pilar kebangsaan di kawasan restorasi. (red)

 

- Advertisement -

Berita Terkini