WALHI Sumut, Desak Pemerintah Segera Siapkan Mitigasi Bencana di Langkat

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Utara (WALHI Sumut), mendesak pemerintah daerah untuk cepat bertindak dalam menyiapkan mitigasi bencana.

Sebab saat ini, Sumatera Utara sedang mengalami fase peralihan musim dan perubahan iklim yang berpotensi rawan bencana alam seperti banjir bandang dan longsor.

Dalam siaran persnya, Selasa (24/11/2020), Khairul Bukhari, yang sering disapa Ari, Kepala Departemen Advokasi dan Kampanye WALHI Sumut, yang sekarang maju sebagai Calon Eksekutif Daerah WALHI Sumut, periode 2020–2024 menjelaskan, beberapa kabupaten di Sumatera Utara saat ini rawan bencana alam hal ini juga berdampak pada ancaman cuaca ekstrem di masa peralihan musim.

WALHI Sumut, Desak Pemerintah Segera Siapkan Mitigasi Bencana di Langkat (2)
Calon Dir WALHI Sumut masa bakti 2020 – 2024, Khairul Bukhari

Menurut Ari, wilayah pesisir termaksuk kawasan yang rawan terdampak bencana akibat perubahan iklim, menurut catatan WALHI Sumut. Pada tahun 2020 ini, banjir di Kabupaten Langkat dalam se tahun sudah 4 (empat) kali terjadi banjir di Kabupaten Langkat, pada bulan Maret, April, Juli dan Oktober ada sedikitnya 6 kecamatan antara lain Kecamatan Besitang, Kecamatan Batang Serangan, Kecamatan Sei Lepan, Kecamatan Padang Tualang, Kecamatan Stabat dan Kecamatan Brandan Barat yang terkena dampak banjir.

“Yang sebenarnya pada faktanya banjir tersebut terjadi secara musiman dan sejauh ini masih belum ada penanganan serius yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten tentang mitigasi resiko potensi bencana alam yang dilakukan baik oleh pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinsi kepada masyarakat,” terangnya.

Pada hari Selasa, 17 November 2020, beberapa hari yang lalu, terjadi banjir bandang, Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat, yang melintasi Desa Sampe Raya, Desa Timbang Lawan, Desa Timbang Jaya dan Desa Lau Damak sedikitnya ada 12 unit warung dan ternak milik milik warga serta jembatan gantung yang roboh terkena arus Sungai Landak di Bahorok.

Ari menjelaskan, meningkatnya intensitas curah hutan akibat daya dukung lingkungan yang mulai terkikis, akibatnya warga yang tinggal di area pesisir tidak bisa berbuat banyak.

“Disitu seharusnya pemerintah mengambil peran dan langkah untuk membuat langkah kebijakan untuk bisa mengurangi resiko bencana alam,” pungkasnya. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini