Libur Panjang, Masyarakat Langgar Protokes, Picu Korban Jiwa Hingga Peningkatan Hutang

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDEWS.COM, Medan – Di saat libur panjang kali ini, masyarakat lupa akan protokol kesehatan (Protokes). Terlalu banyak kerumunan di tempat-tempat pusat perbelanjaan maupun wisata yang jelas akan memperluas peyebaran virus Covid-19.

“Dari pantauan yang kita cermati, di wilayah Berastagi terjadi penumpukan jumlah wisatawan. Tingkat hunian hotel terisi full, dan di pasar buah berastagi terjadi lonjakan jumlah pengunjung,” ungkap Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Jumat (30/10/2020).

Namun terjadi penumpukan jumlah wisatawan juga terjadi pada sejumlah tujuan wisata lainnya.

“Seperti pantai, danau toba dan sejumlah objek wisata di wilayah Sumut. Di pusat perbelanjaan modern juga demikian, terjadi lonjakan jumlah pengunjung. Peningkatan ini jelas menunjukan kalau masyarakat tengah menikmati liburan panjang,” papar Benjamin.

Menurut Benjamin, kondisi seperti ini bisa memperburuk keadaan dimana lonjakan jumlah pengunjung sangat mengkuatirkan bukan hanya bagi kondisi kesehatan masyarakat. Lebih dari itu akan berpengaruh terhadap kondisi ekonomi kedepan nantinya.

“Ada ancaman dari peningkatan kerumunan masyarakat dari sisi ekonomi. Peningkatan jumlah kunjungan masyarakat jika diikuti dengan penambahan peningkatan pasien Covid-19, maka yang terjadi selanjutnya adalah adanya potensi kenaikan harga kebutuhan pangan masyarakat,” jelas Benjamin.

Gunawan mengatakan, jika penambahan Covid-19 ini nantinya akan membuat sejumlah pemangku kebijakan khususnya Gubernur memberlakukan PSBB ketat, atau rem darurat untuk wilayah DKI.

“Maka yang terjadi adalah jalur distribusi barang akan mengalami gangguan. Ingat Sumut itu kebutuhan pokoknya tidak hanya dari Sumut. Sumut juga bergantung ke wilayah lain seperti Jawa, Sumbar, Aceh untuk sejumlah kebutuhan pokok seperti Beras, Bawang dan Cabai,” jelas Benjamin.

Ia menambahkan, sehingga kenaikan harga barang tersebut sulit untuk dihindari. Selanjutnya, jika PSBB ketat diberlakukan lagi. Maka yang menjadi masalah lain adalah adanya potensi tekanan laju pertumbuhan ekonomi.

“Artinya Indonesia akan kesulitan untuk keluar dari resesi. Beban ekonomi akan semakin berat dan tentunya masyarakat juga yang akan merasakan dampaknya nanti,” jelas dia.

Selanjutnya, dengan penambahan kasus Covid-19, maka yang akan dirugikan adalah anggaran pemerintah. Semakin banyak penambahan pasien, maka semakin besar jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk kebutuhan medis. Kalikan saja jika asumsi paling murah anggaran pasien Covid-19 per orang adalah 105 juta rupiah.

“Jika mengacu kepada wilayah Sumut yang angka pasiennya lebih dari 12 ribu orang. Jika mereka semua mendapatkan perawatan. Maka setidaknya kita membutuhkan anggaran sekitar 1.3 Trilyun Rupiah. Ini bicara Sumut belum berbicara nasional,” ungkapnya.

Belum lagi kerugian yang diakibatkan banyak orang merenggang nyawa karena Covid-19 ini. Jelas kerugian dalam bentuk seperti ini tidak bisa dihitung dnegan angka angka materi. Nilainya jelas tak ternilai disitu.

“Muara dari penambahan jumlah kasus tersebut nantiya akan membuat Negara terbebani dengan anggaran yang semakin besar, dihantui resesi berkepanjangan, harga pangan naik, daya beli masyarakat anjlok, korban jiwa berjatuhan, hingga hutang pun menumpuk,” pungkasnya. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini