Nasib Ekonomi Kita Akan Dibuktikan Di Pekan Ini

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Minggu ini akan menjadi minggu kejutan bagi pasar keuangan. Pelaku pasar domestik tengah bedebar jantungnya menanti rilis data pertumbuhan ekonomi pada rabu nanti. Potensi pasar keuangan bergerak sideways atau mendatar sebelum rilis data tersebut.

“Namun respon pasar bisa saja berubah seandainya data merealisasikan angka yang sifatnya diluar dugaan. Dan pastinya bisa ke arah positif atau justru ke arah yang lebih buruk,” ujar Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan (2/8/2020).

Selanjutnya, di awal pekan ini juga bakal dirilis data inflasi yang menunjukan sisi belanja masyarakat. Lagi-lagi data inflasi ini menjadi sangat krusial karena menggambarkan konsumsi masyarakat. Biasanya pertengahan tahun menjadi salah satu momen belanja masyarakat. Terlebih bulan juli ini bertepatan dengan Idul Adha.

“Tetapi hasil pantauan kita dilapangan, inflasi justru bergerak melandai dengan kecenderungan justru mengalami penurunan. Ini gambaran yang kurang baik sebagai indikator ekonomi nasional di tengah pandemi. Selanjutnya di pekan ini, Eropa, AS, dan sejumlah negara lain di Asia juga akan merilis sejumlah data penting,” ujarnya.

Seperti data pengangguran, maupun rapat Gubernur Bank Sentral. Jadi pekan ini akan menjadi pekan yang sangat krusial yang bisa saja menghempaskan atau justru mendorong pasar keuangan bergerak di zona hijau. Dan saya sangat yakin, data PDB ini menjadi data yang sangat dinanti pelaku pasar. Dan bisa membuat kita melihat kedepan bagaimana prospek pertumbuhan ekonomi nantinya.

“Artinya begini, disaat terjadi pertumbuhan negatif yang lebih buruk dari perkiraan sebelumnya. Maka pasar akan melihat kemungkinan resesi yang lebih besar di rilis pertumbuhan ekonomi yang akan datang. Jadi disaat rilis PDB di pekan ini (kuartal kedua) katakanlah di kisaran minus 5% saja, maka pasar akan melihat kemungkinan potensi resesi di kuartal ke 3 nantinya,” imbuhnya.

Untuk Sumut, Gunawan menilai masih akan terkontraksi di kisaran -1.6% di kuartal kedua ini. Atau mungkin yang paling buruk di angka -2%. Sumut akan lebih berpeluang keluar dari resesi dibandingkan dengan ekonomi nasional.

Namun demikian, Gunawan masih pesimis ekonomi nasional akan mampu keluar dari resesi nantinya.

“Dikarenakan memang kontribusi penggerak ekonomi belakangan ini masih di dominasi oleh pemerintah. Yang kontribusi PDB nya hanya 16%. Untuk sektor swasta belakangan juga sulit untuk digerakan. Banyak usaha di sektor swasta yang terpaksa melambat atau bahkan ditutup sementara. Terlebih untuk sektor pariwisata,” jelas Gunawan.

Ditambah lagi konsumi masyarakat melemah, dan ekonomi global juga tengah mengalami krisis yang justru lebih parah. Ini bisa saja membuat kita kehilangan tenaga dalam menggerakan ekonomi.

“Tetap membuka akifitas ekonomi masyarakat di tengah pandemi, tetap menyalurkan bantuan sosial, terpaksa melonggarkan orang untuk berkumpul dan bahkan manambah hutang, seakan menjadi jalan pahit yang harus diambil untuk menyelamatkan ekonomi nasional dari ancaman krisis global dan Covid-19,” jelas Gunawan. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini