Ekonomi Sumut Lesu di Hari Raya Idul Adha

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Selain hari besar keagamaan, Idul Adha dimata ekonom juga sebagai tolak ukur untuk membuktikan bagaimana kondisi ekonomi masyarakat dalam menyambut hari besar tersebut. Salah satu tolak ukur yang paling sering digunakan adalah berapa penjualan hewan ternak yang diperuntukan untuk kurban. Tanpa harus melihat data secara rinci sekalipun, masyarakat sekitar bisa melihat aktifitas penyembelihan hewan kurban di lingkungan sekitar.

“Saya yakin akan tertuju pada satu kesimpulan. Yakni aktifitas penyembelihan hewan kurban tidak seramai biasanya (Idul Adha sebelumnya). Mereka yang paling merasakan langsung adalah peternak. Dimana kondisi penjualan ternak mereka mengalami penurunan. Bahkan selama masa pandemi Covid-19, dimulai bulan maret, beberapa peternak mengeluhkan penjualan kambing untuk aqiqah yang turun, yang mencapai 80%-an,” ujar Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sabtu (1/8/2020).

Beberapa peternak yang kita survey, penjualan kambing aqiqah selama pandemi hanya bisa menjual 1 atau 2 ekor per bulannya. Padahal biasanya mencapai 3 ekor per minggu. Hal yang sama juga terjadi pada rumah potong hewan. Dimana aktifitas pemotongan hewan turun 60% hingga 80% selama pandemi.

Masyarakat kelas ekonomi menengah keatas, di masa sekarang pun menahan belanjanya. Padahal bulan juli merupakan bulan kenaikan kelas ataupun tahun ajaran baru yang biasanya kerap menjadi salah satu motor penggerak ekonomi nasional. Namun tahun ini memang berbeda dari tahun sebelumnya.

“Meskipun Sumut pada umumnya tidak seketat wilayah lain dalam pemberlakukan PSBB. Namun dampak dari pandemi Covid-19 ini masih begitu terasa memperlambat perputaran roda perekonomian di Sumut. Meskipun tetap ada kabar baik di tengah pandemi saat ini, harga CPO justru sempat meroket di kisaran 2.700 ringgit per ton, setelah China mengumumkan keluar dari resesi. Karena China menjadi salah satu konsumen CPO terbesar dunia,” paparnya.

Saat ini sejumlah negara besar (selain china) tengah lain masuk jurang resesi. Bayang resesi negara lain ini tidak bisa diabaikan. Akan tetap mempengaruhi ekonomi kita semua yang ada di Sumut. Sekalipun saya melihat Sumut berpeluang mampu keluar dari resesi nantinya. Akan tetapi, kondisi ini belum final, kita juga harus bersiap dengan kondisi terburuk yang mungkin terjadi.

“Dan meskipun saya optimis, tetapi belanja masyarakat Sumut belakangan masih lesu. Laju tekanan inflasi terlihat melandai dan cenderung bergerak turun. Aktifitas belanja masyarakat di pasar tradisional sekalipun ramai, namun pedagang justru  masih mengeluhkan penurunan omset penjualan, ini menunjukan bahwa konsumsi masyarakat pada umumnya masih bermasalah,” kata Gunawan Benjamin. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini