Corona dan Mahasiswa : Benarkah Masa Depan Generasi Bangsa Ditentukan oleh Gadget dan Internet?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Akhir tahun 2019 lalu dunia telah memasuki babak baru yaitu banyaknya orang memakai jargon #dirumahaja #jagajarak dan sebagainya, dalam artian bahwa kita sedang diperangi oleh Virus Corona atau Covid-19. Khususnya Indonesia awal bulan Febuari virus tersebut telah mendeklarasikan dirinya bahwa dirinya adalah makhluk hidup yang sangat berbahaya. Virus yang katanya dari Wuhan China ini mampu membunuh makhluk di dunia dengan cepat melalui cairan yang ditularkan dari manusia ke manusia, dalam artian bersin, batuk, dan sebagainya.

Tak hanya itu, banyak pula gejala yang mampu mendekteksi benarkah virus ini sudah sudah ada dalam tubuh seseorang atau tidak, ditandai dengan gejala : Batuk, flu, sesak nafas dan sebagainya. Tentu dengan adanya gejala yang seperti ini bisa membuat kita semakin mawas diri terutama jika bepergian keluar rumah.

Corona memasuki Indonesia tentu saja membawa perubahan yang sangat luar biasa bagi Rakyat Indonesia sendiri, khususnya kita mahasiswa. Sejak awal pertengahan bulan Maret 2020 kemarin seluruh sektor pendidikan seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan Kampus Negeri maupun Swasta meliburkan seluruh aktivitasnya demi antisipasi terhindar dari virus berbahaya ini.

Pendidikan sebagai salah satu jembatan menuju pintu kesuksesan tentu membuat seluruh pelajar/mahasiswa resah dengan adanya virus ini, karena yang dirasakan adalah proses Belajar Mengajar menggunakan sistem Daring (online), ada beberapa pelajar/mahasiswa yang merasa sistem Daring (online) memudahkan kegiatan mereka karna tidak bertatap muka dan tidak menghabiskan biaya yang mahal menuju sekolah/kampus masing-masing , dengan duduk diam dirumah sambil menatap layar laptop/gagdet yang sudah dilengkapi wifi atau kuota internet tentu memudahkan proses belajar mengajar tersebut. Itulah nilai positifnya bagi segelinitr orang.

Namun di lain sisi, pernah tidak kita merenung dan bertanya ‘Apa kabar nasib mereka yang domisilinya di pelosok negeri? Apakah mereka punya laptop/Gadget semua? Apakah mereka orang mampu semua?’

Jangankan akses internet, mungkin listrikpun belum masuk ke desa/tempat tinggal mereka. Jangankan membeli laptop/gadget ataupun kuota internet demi memenuhi tugas yang diberikan pihak sekolah/kampus, makan sehari-haripun susah.

Semenjak Covid-19 memporak-porandakan dunia ini banyak orang yang mestinya kerja demi memenuhi kebutuhan keluarga tapi malah di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), Mahasiswa dengan semangat menuntut ilmu hingga akhir periode sebagai mahasiswa malah berhenti karena tak sanggup bayar UKT (Uang Kuliah Tunggal) belum lagi biaya kuota internet dan lain sebagainya, pelajar yang seharusnya belajar dan bermain malah banting-tulang membantu keluarga demi kebutuhan sandang dan pangan. ‘…mencerdaskan kehidupan bangsa,…’ begitulah point yang tersurat dalam alenia keempat dalam UUD 1945 yang katanya tujuan bangsa Indonesia sendiri.

Banyak usaha dan upaya yang sudah dilakukan berbagai pihak, mulai dari sektor, industri, ekonomi, sosial budaya dan sebagainya namun masih saja pendidikan di Indonesia akibat pandemi belum bisa terselamatkan. Lalu dalam hal ini siapa yang bersalah? Pemerintah? Atau rakyatnya sendiri? Mari kita renungkan dalam hati dan diri masing-masing sejauh ini konstribusi apa yang sudah kita berikan dalam mensukseskan pendidikan di Indonesia.

Memberikan yang terbaik terhadap bangsa dan negara sendiri adalah pahala jariyah yang tentunya kemaslahatan yang dirasakan tak hanya untuk diri sendiri tapi untuk juga untuk umat manusia. Kami sebagai mahasiswa berharap pula kepada pemerintah memberikan kebijakan yang tak hanya sekedar wacana bahkan hanya menguntungkan segelintir pihak. Coba lihat berapa banyak pelajar/mahasiswa yang putus sekolah/kuliah bahkan tak jadi kuliah hanya karena tak mampu membayar UKT, dan bahkan akhir-akhir media sosial kita disungguhkan dengan berita ‘seorang gadis rela menjual diri demi membeli kuota internet’.

Untuk seluruh pelajar/mahasiswa mari sama-sama kita benahi pola pikir kita dengan terus mengasah dibangku sekolah dan kampus demi menggapai cita-cita dan harapan orangtua kita. Dan untuk pemerintah/birokrat negeri mari dan coba benahi lagi tatanan dan pola pendidikan di negeri ini agar tak banyak pelajar/mahasiswa yang putus harapan hanya karena kebijakan yang dibuat diluar kekuatan kami dan agar masa depan kami tidak ditentukan oleh gadget dan kouta internet.

Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia!

Penulis : KKN-DR Kelompok 144 UIN-SU Medan 2020

- Advertisement -

Berita Terkini