Jika Mau Tekanan Ekonomi Berkurang, Hapus Bantuan Pangan Ke Masyarakat

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Skema new normal yang diberlakukan pemerintah sejak bulan lalu sampai hari ini ternyata belum mampu memperbaiki ekonomi masyarakat. Sejumlah pedagang masih mengeluhkan omset penjualan yang tak kunjung mengalami pemulihan khususnya dibandingkan saat sebelum masa Covid-19. Pedagang masih mengeluhkan turunnya omset penjualan rata rata 40%.

Bahkan untuk sejumlah pedagang seperti beras, minyak goreng, gula pasir, telur ayam dan beberapa komoditas lainnya justru mengalami penurunan omset mencapai 50% hingga 60%. Dari beberapa kajian yang kami lakukan di pasar tradisional, ada 7 pasar tradisional yang kami teliti, pada dasarnya kunjungan masyarakat ke pasar tersebut memang mengalami kenaikan,” ujar Analis Pasar Keuangan Gunawan Benajmin di Medan, Jumat (10/7/2020).

Dia menambahkan, tetapi belanja masyarakat masih berkurang. Belum seperti sedia kala saat sebelum corona menekan kinerja ekonomi global. Setidaknya ada beberapa alasan yang membuat ekonomi masyarakat khususnya di tingkat pedagang belum pulih. Pertama masih banyak restoran, café atau pusat perdagangan kuliner yang masih tutup. Kedua aktifitas sosial masyarakat seperti hajatan berupa pesta kawinan atau pesta adat lain yang belum kembali normal.

Ketiga bantuan sosial masyarakat berupa bantuan pangan yang justru lebih menguntungkan pedagang besar maupun produsen. Dan keempat memang terjadi penurunan daya beli yang membuat minat belanja masyarakat turun. Memang selama skema new normal dilakukan, aktifitas ekonomi masyarakat mulai menunjukan pemulihan. Tetapi kondisinya masih jauh dari harapan dan jauh dari kondisi normal.

“Jika mengacu kepada indeks harga pangan oleh FAO atau Food Price Index (FPI), indeks harga pangan (FPI) FAO naik 2.4% di level 93.2 selama juni kemarin dibandingkan dengan bulan Mei. Namun kalau berbicara Sumut, Juni justru terjadi deflasi sebesar 0.07% yang menunjukan bahwa rata-rata harga kebutuhan masyarakat Sumut mengalami penurunan,” imbuhnya.

Jadi dalam kesempatan ini, Gunawan ingin memberitahukan bahwa ekonomi kelas UMKM khususnya di pasar tradisional bisa dihidupkan atau dinaikkan. Caranya mengganti program bantuan pangan menjadi program bantuan tunai. Dengan begitu maka aktifitas ekonomi masyarakat khususnya di pedagang pengecer hidup. Ada penyerapan tenaga kerja informal, dan dengan bantuan tunai terjadi pemerataan pembagian pendapatan di masyarakat.

“Kalau bentuknya adalah bantuan pangan, pihak yang memberikan bantuan cenderung membeli di tingkat produsen atau di level pedagang besar. Karena stok terjamin dan harga lebih bersaing. Tetapi penyebaran pendapatan masyarakat tidak merata. Dan saya yakin pembagian BLT akan lebih membuat ekonomi masyarakat hidup dan meminimalisir dampak tekanan dari Covid-19 ke daya beli,” lanjutnya.

Walaupun kita semua tahu resikonya. Yakni aktifitas masyarakat kembali meningkat dengan potensi terkena infeksi corona yang lebih besar. Namun tidak ada pilihan yang baik saat ini. Dunia Ekonomi tengah berbenturan dengan dunia kesehatan saat ini. Kita harus mengambil satu jalan yang mampu menyelamatkan kita semua. Yakni ekonomi harus tetap hidup meski corona mengintai. Yang penting protokol kesehatan harus benar-benar berjalan di semua level masyarakat.

“Saya menghitung jika mengabaikan corona dan mengukur belanja masyarakat dari penurunan daya beli saja. Maka potensi omset pedagang turun itu hanya berkisar 10 hingga 20%. Tidak seperti sekarang yang mencapai 60%. Jadi sudah saatnya kita berupaya untuk memperbaiki kondisi ekonomi ini agar tidak terpuruk sangat dalam,” tutup Gunawan Benjamin. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini