Ekonomi Hadapi Tantangan Terburuk, Lawan Kebiasaan Buruk Selama Ramadhan dan Lebaran

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Di kuartal kedua di tengah pandemi corona, kondisi ekonomi tengah berhadapan dengan tantangan berat. Dikuartal inilah ekonomi kita tengah diuji. Karena, mulai maret terjadi temuan awal Covid-19 di tanah air, dan di April mulai terasa dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat. Hingga berlanjut pada hari ini.

Hal itu dijelaskan Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin di Medan, Senin (11/5/2020).

“Semakin memburuknya penyebaran Covid-19,maka ekspektasi terkait dengan pertumbuhan ekonomi kian suram. Realisasi pertumbuhan ekonomi Nasional yang hanya sekitar 2.9% dan SUMUT sebesar 4.6% di kuartal pertama menjadi ujian awal. Kuartal kedua kondisinya akan lebih suram lagi, seiring dengan mulai melemahnya konsumsi masyarakat,” ungkapnya.

Dia mengatakan, kontribusi konsumsi masyarakat Sumut itu sebesar 54% terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Namun, kondisinya tengah diuji ditengah wabah. Dari sisi daya beli, saya melihat PHK, karyawan dirumahkan, pekerja informal yang kehilangan pekerjaan atau berkurang pendapatannya sangat potensial memukul daya beli.

“Efek selanjutnya adalah konsumsi mengalami penurunan. Padahal kuartal kedua ini ada Ramadhan dan Idul Fitri. Kalau dibandingkan dengan kuartal I, harusnya momen ini akan mendongkrak konsumsi rumah tangga, yang bisa menjaga pertumbuhan ekonomi. Namun bagaimana kalau konsumsi di kuartal kedua ini ternyata lebih buruk dari kuartal I?,” kata Benjamin.

“Kalau membandingkan secara YoY, Kuartal kedua ini jelas akan lebih buruk dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya. Dan apakah akan berakhir disitu?, tentunya tidak. Semua sektor lainnya yang selama pandemi juga terpukul saat ini hingga berlanjut beberapa bulan yang akan datang. Jika banyak anggaran digunakan untuk menalangi kebutuhan masyarakat selama Covid-19. Lantas uang yang mana yang bisa kita pakai untuk pembangunan,” bebernya.

Jika berandai covid 19 ini selesai di Juni, lantas bukan berarti aktifitas ekonomi bisa langsung pulih secara instan. Masih perlu waktu baik industri, konstruksi, ekspor impor, investasi maupun konsumsi rumah tangga untuk pulih. Yang paling mungkin bisa diandalkan adalah belanja pemerintah. Dan kondisinya kian memburuk kalau penyebaran corona kian meluas.

“Saya masih optimis kuartal kedua ini pertumbuhan ekonomi Sumut masih mampu tumbuh di atas 1%. Kalau berbicara pertumbuhan minus. Bisa saja terjadi, namun melihat apa yang dilakukan pengambil kebijakan di wilayah SUMUT yang tidak begitu ketat memberlakukan PSBB, saya yakin pertumbuhan minus itu masih jauh,” kata Benjamin.

“Saya menyarankan agar masyarakat menghilangkan kebiasaan konsumsi berlebihan selama ramadhan atau Idul Fitri yang selama ini terbentuk. Kebiasaan yang sudah membudaya itu seperti menyediakan banyak makanan dan minuman seperti kue kering, maupun hidangan lain yang berlebihan. Kebiasaan membeli pakaian baru, kebiasaan jalan-jalan dan kebiasaan mubazir lainnya. Tahun ini sebaiknya kebiasaan itu bisa di kurangi atau bahkan dihilangkan. Dikarenakan itu sikap boros, yang jelas akan memperburuk kondisi finansial rumah tangga,” lanjutnya.

Walhasil, ada baiknya jika punya uang lebih ditabungkan untuk memenuhi kebutuhan selama pandemi atau digunakan untuk membantu mereka yang tengah mengalami kesulitan. “Jangan berharap terlalu berlebihan jika pandemic akan segera berakhir. Lakukan upaya untuk bertahan hidup selama pandemic berlangsung,” pesan Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini