Tawa Malaikat Pun Berhenti

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Ramai teriakan anak-anak di masjid kecil dekat rumah, memaksaku tersenyum kecil saat mereka berlarian asyik bermanja-manja gelayutan di pundak sebelum shalat isya.

Tidak … tidak hanya diriku yang tersenyum dengan tingkahnya, di sudut ruangan yang tak terlihat malaikat juga mengembangkan tawa kala anak-anak memeriahkan rumah Allah.

Kebisingan serta kelucuan bahkan tangisnya anak-anak mengisi masjid selalu membuatku merindukan rumah Tuhan di kampung halamanku yang permai.

Shaf diluruskan untuk sempurnanya shalat, keceriaan pun hening seketika. Ritual persembahan sebagai hamba yang taat pada sang pencipta dilakukan secara khusyuk.

Anak-anak hadir memenuhi shaf shalat adalah generasi penerus menyampaikan risalah Tuhan, lewat doa-doa mereka akan menjadi penyelamat para orang tua yang semakin lemah dan dhaif

Mencari Tuhan dalam keterasingan adalah solusi kepasrahan diri, orang-orang berilmu berijtihad ngawur menjauhkan manusia bertilawah di rumah-Mu.

Seperti pesta kebanyakan di Ramadhan terdahulu disambut penuh keceriaan. Kini hanya sunyi. Hening. Celoteh di jalanan sebelum sahur pun terkubur pada sekat dan jarak. Kentongan mati tanpa memeluk ….

Tempat ibadah membungkam sirinenya. Adzan menangisi mayat-mayat shaf. Pilar masjid kini kesepian dan kulihat air mata kesedihan di atas karpet yang biasa digelar sepanjang Ramadhan!

Wajah-wajah murung merindui kalimat “Aamiin …” dari pengeras suara penjuru masjid segenap pelosok kota dan desa. Rindu ini pun bertanya, “entah sampai kapan kami semua terisak dalam tragedi kemanusiaan.”

Tangan-tangan harum yang menebarkan semangat kekhusukan, runtuhnya dosa-dosa kecil bersalaman sirna. Seorang pendosa pun merindukan rapalan doa sebagai azimat pamungkas dari orang-orang suci yang di-Aamini setiap hamba.

Andai bisa waktu menggulung cerita pada bab ini, ingin rasanya ikut tertidur lalu terbangun bersama kisah berikutnya. Episode terbaik yang saat kubuka mata hanya warna indah yang terpampang dan saat kutajamkan telinga hanya sabda asma Allah yang menggema

Sungguh … kehangatan silaturahmi, romantisme bercumbu dengan Tuhan seperti dahulu perlahan ditepikan, keberkahan raib tanpa jejak. Selayak pertemuan kopi dan gula pada cangkir yang indah. Pahit manisnya kehidupan yang Allah telah tentukan. Bukan Manusia yang coba hadirkan!!

25 April 2020
Pak Supir Menulis Lepas Berjiwa Bebas
Sayuh & Rosiane

- Advertisement -

Berita Terkini