Jika Lockdown Sumut, Ekonomi Sumut Harus Tetap Waspada

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Data dari China menunjukan bahwa China mengalami pertumbuhan ekonomi negative di kuartal I tahun 2020. Angkanya tidak main-main sebesar -6.8%. Penurunan pertumbuhan ekonomi di China ini tidak bisa dianggap remeh, dikarenakan akan memberikan dampak negatif sangat signifikan bagi negara lain termasuk Indonesia. China yang di desember tahun kemarin menemukan adanya pasien covid-19, dan melakukan lockdown sejumlah wilayah khususnya Wuhan, ternyata memberikan pukulan besar bagi ekonomi China termasuk Dunia.

“China merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua setelah AS. Dan AS pun juga akan mengalami tekanan pertumbuhan ekonominya. Jadi kalau China ini kan memang sejak awal tahun aktifitas ekonominya mulai terganggu sehingga memicu perlambatan. Namun di bulan februari ke maret, AS dan sejumlah negara Eropa lainnya mulai terganggu secara signifikan aktififas ekonominya,” kata Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin di Medan, Sabtu (18/4/2020).

Disusul, Indonesia di bulan maret baru mulai menemukan adanya pasien yang mengakibatkan aktifitas ekonomi mulai goyang di bulan april. Jadi, China lebih menggambarkan bagaimana Covid-19 telah menekan pertumbuhan ekonominya dikuartal pertama sebesar -6.8%. Dan nantinya eropa dan AS juga akan mengalami penurunan, walaupun angkanya di kuartal pertama masih lebih kecil dari kisaran -6%.

“Untuk Indonesia, karena tiga bulan pertama kita tidak sepenuhnya terganggung, menteri keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional akan berada di angka 4.6%. Namun, Menteri keuangan menyatakan bahwa kemungkinan pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 ini skenario terburuknya adalah pertumbuhan negatif atau minus,” ungkapnya.

Untuk wilyah Sumut, triwulan I Sumut masih akan mampu tumbuh positif dalam rentang angka 4.9% hingga 5.0% year on year. Dan dikuartal kedua, ini yang lebih berbahaya bagi Sumut. Saya menilai bahwa di kuartal kedua tekanan ekonomi Sumut akan semakin besar dan berpeluang menekan pertumbuhan ekonomi Sumut di kisaran 3.05% year on year.

“Pertumbuhan akan semakin terpuruk jika pemerintah daerah khususnya Pemprov Sumut memberlakukan PSBB. Atau ada kemungkinan buruk lainnya adalah Lockdown. Sumber pertumbuhan ekonomi seperti kota Medan, Siantar, Sibolga, Tanjung Balai, dan beberapa pusat kota di SUMUT, jika memberlakukan lockdown di kuartal kedua, saya menilai pertumbuhan ekonomi SUMUT akan terhempas kekisaran 2.2 hingga 2.5% secara year on year,” imbuhnya.

Namun, Benjamin menilai potensi SUMUT untuk mencetak pertumbuhan negatif belum terlihat sejauh ini. Dari beberapa skenario yang saya buat, SUMUT justru masih berpeluang untuk tumbuh positif diatas 1.2% di tahun 2020 seandainya lockdown dilakukan di wilayah ini untuk 2 hingga 4 minggu di kuartal kedua. Itu masih berupa skenario, sangat tergantung dengan kebijakan pemerintah daerah khususnya saat berhadapan dengan covid 19.

“Semakin buruk penanganan Covid-19 yang berdampak pada kemungkinan terpuruknya ekonomi. Maka asumsi dasarnya nanti akan dirubah dengan perhitungan yang memiliki kecenderungan untuk turun, atau mungkin terjun bebas. Satu lagi, ingat China ini menjadi mitra dagang Sumut yang berpengaruh. Apapun yang terjadi disana bisa memberikan pukulan bagi Sumut,” tutupnya.

- Advertisement -

Berita Terkini