Harga CPO Anjlok, Petani Tertolong Pelemahan Rupiah

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Langkat – Harga minyak dunia mengalami keterpurukan belakangan ini. Perang minyak yang dilakukan antara negara Arab Saudi dengan Rusia berbuntut pada pelemahan harga minyak mentah dunia. Satu bulan lalu harga minyak mentah sempat bertengger di posisi $50 per barel. Namun, saat ini harganya sudah dikisaran $29 hingga $30 per barelnya. Pelemahan harga minyak mentah tersebut menggiring pelemahan pada sejumlah harga komoditas lainnya.

Hal demikian dikatakan Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin kepada mudanews.com di Medan, Selasa (17/3/2020) siang.

“Penyebaran virus corona disisi lain membuat ekspektasi konsumsi minyak diyakini akan mengalami penurunan dalam waktu dekat ini. Penurunan aktifitas ekonomi di tambah perang harga minyak memicu pelemahan harga minyak itu sendiri. Jika harga minyak menyentuh $20 per barel, maka sejumlah produsen minyak mentah yang memiliki biaya produksi ditasnya $20 berpeluang mengalami krisis ekonomi,” ujarnya.

Bagi Indonesia maupun Sumut khususnya, pelemahan harga minyak mentah tersebut telah memicu terjadinya penurunan harga CPO yang saat ini dijual dikisaran harga RM 2.220 per tonnya. Trennya terus mengalami penurunan. Ditambah dengan butuknya kondisi ekonomi global belakangan ini. Besar kemungkinan harga CPO masih akan melanjutkan tren pelemahan.

“Namun di tingkat petani, harga CPO tidak sepenuhnya akan membuat harga TBS sawit akan mengalami penurunan yang sama. Sejauh ini, pelemahan harga CPO justru dibarengi dengan pelemahan mata uang Rupiah yang saat ini bertengger di level Rp.15.015/US Dolarnya. Pelemahan mata uang tersebut diyakini akan membuat harga TBS di tingkat petani tidak mengalami penurunan harga yang signifikan,” imbuhnya.

Pelemahan Rupiah akan menjadi bumper bagi harga sawit. Walau demikian tren pelemahan harga CPO belakangan dan pelemahan Rupiah secara keseluruhan memberikan dampak buruk bagi harga TBS itu sendiri. Dan semua sentimen global yang ada di pasar adalah sentiment negatif ditambah serangan corona yang bisa saja membuat harga turun lagi.

“Ada sejumlah masalah serius pada ekonomi global. Sehingga kearifan petani diharapkan disini. Penurunan harga sawit bukan karena buruknya fundamental ekonomi kita, melainkan banyak faktor yang memicu pelemahan harga tersebut. Dan didominasi oleh faktor luar,” ungkap Benjamin. Berita Medan, Fahmi

- Advertisement -

Berita Terkini