Eks Isis, Dilematis Antara Kepulangannya ke Indonesia

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Kekhawatiran sebahagian besar anak bangsa untuk menolak dipulangkannya kombatan eks ISIS, keluarga dan anak-anaknya bukan tak beralasan. Negeri ini sudah sangat lelah menghadapi separatis, radikalis dan kroninya.

Lelah bukan berarti mengalah, segenap anak bangsa yang tetap setia kepada 4 pilar berbangsa dan bernegara pasti akan terus berusaha mempertahankan Pancasila, UUD NRI tahun 1945 beserta Tap MPR RI, NKRI dan Kebhinekaan Indonesia tercinta. Masyarakat Indonesia hanya tdk ingin negeri ini bersimbahan darah kembali dan pemberontakan terjadi dibeberapa daerah karena menanggap demokrasi Pancasila sebagai thaghut (ajaran setan).

Percikan intoleran dan radikalisme seperti HTI dan kroninya belum mampu sepenuhnya diatasi. Hal ini ibaratkan api dilahan gambut, tampak tenang tak terbakar namun sewaktu-waktu menghanguskan bahkan meluluhlantakkan bangsa ini.

Sebut saja Iran dan negeri uang pernah diduduki ISIS, mereka didoktrin dengan jiwa yang keras, kaku fan tak kenal kompromi, masjid-masjid yang terdapat kuburan beserta maqbarahnya di bom dihancurkan. Tayangan tayangan mengerikan tentang sepak terjangnya menjadikan ISIS atau eks ISIS menjadi milik mok-mok yang menakutkan bagi bangsa ini. Jadi wajarlah jika banyak yang menolak kepulangan merek.

Saya tahu alasan menteri agama juga bukan tidak beralasan, mereka juga tidak warga Indonesia, namun jangan lupa mereka sudah menanggalkan kewarganegaraannya dengan sengaja membakar paspornya, dan memilih mati di medan juang, coba perhatikan video-video yang viral bagaimana orang dewasa dan anak anaknya bersumpah setia untuk berjuang mendirikan khilafah dan rela meninggalkan kewarganegaraan.

Pembinaan 600 eks ISIS itu akan menghisap dana APBN yang tdk sedikit. Membuat, mendanai dan mendapingi mereka setiap saat. Paling tdk harus ada dana anggaran khusus untuk itu.

Saat ini hal ini menjadi polemik dan yang berkoar adalah simpatisnnya; Mardani dan Fadli Zon bersuara lagi. Jika pemerintah tdk tanggap dan tegas gorengan politisi ngeyel itu pasti akan menjadi provokasi di tengah kenyamanan dan harmonisasi berIndonesia di bumi Nusantara ini.

Pejuang Islam Nusantara menolak dipulangkannya eks ISIS tersebut, lebih baik mereka dikarantina di negara ketiga. Kita pantas curiga dan khawatir bila kebijakan menteri agama itu direalisasikan.

Penulis: Agus Rizal (Ketua PW Pejuang Islam Nusantara Sumatera Utara)

- Advertisement -

Berita Terkini