Cinta dan Benci, Sekedarnya Saja…!!!

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Pertama-tama perlu penulis jelaskan bahwa, motivasi saya untuk menuliskan terkait judul di atas adalah terdorong oleh situasi pribadi yang saya alami. Dalam kehidupan saya, terkadang saya terlalu mencintai sesuatu akan tetapi kemudian saya membencinya, terkadang pula saya sangat membenci sesuatu, kemudian saya mencintainya atau menyukainya. Tidak menutup kemungkinan hal itu terjadi pula dalam kehidupan Anda. Saya tidak tahu secara pasti, Anda pasti lebih mengetahuinya.

Motivasi itu mendorong saya untuk mencari referensi pembahasan yang sesuai dengan hal tersebut. Untuk itu, saya pun menemukan tulisan yang menurut saya cocok untuk menjawab permasalahan yang ada. Dan tulisan ini banyak memuat pendapat-pendapat yang sudah pernah dituliskan.

Nurcholis Madjid yang lebih akrab disapa dengan panggilan Cak Nur, dalam bukunya yang berjudul Pintu-Pintu Menuju Tuhan membahas judul yang kita sebutkan di atas. Cinta dalam praktik kata-katanya adalah mencintai dan benci (membenci) adalah bagian yang amat nyata dalam kehidupan. Mustahil seseorang tidak mencintai sesuatu dan tidak pula membenci sesuatu yang lain. Termasuk cinta dan benci kepada sesama manusia.

Dengan cinta yang “sangat” atau cinta yang “membara”, seseorang terdorong untuk berbuat positif yang besar, yang dalam keadaan biasa ia tidak sanggup melakukannya, tapi karena cinta yang kita maksud tadi, ia dapat melakukannya. Dengan cinta yang “sangat” atau cinta yang “membara”, ia dapat berbuat sesuatu yang amat negatif, yang ditunjukkan kepada sesuatu atau seseorang yang dianggap menghalangi cintanya.

Sebaliknya, kebencian yang memuncak pada sesuatu, ia akan terdorong dan mampu melakukan hal-hal negatif yang luar biasa kejinya. Misalnya seperti, membunuh orang yang dibencinya. Dalam kehidupan kita sehari-hari, dapat kita ketahui atau dapat kita baca berita-berita tentang kasus karena faktor kebencian yang sangat mendalam kepada seseorang atau kepada suatu instansi. Namun, tidak mustahil juga, kebencian dapat menjadi sumber motivasi untuk melakukan tindakan-tindakan yang sangat terpuji, seperti kebencian seseorang kepada musuh bersama dalam suatu bangsa yang membuat menjadi seseorang yang gagah berani. Berani melawan kemungkaran, berani melawan penindasan, berani melawan kesewenang-wenangan, berani membela hak-hak rakyat, dan sebagainya dalam hal yang positif.

Jadi, cinta dan benci termasuk sumber motivasi manusia melakukan sesuatu yang positif dan negatif. Nah, di sinilah letak permasalahannya. Seandainya cinta dan benci itu hanya mendorong untuk berbuat baik saja, maka tidak ada masalah. Tapi, karena bisa mendorong ke dalam perbuatan yang buruk, maka kita harus hati-hati. Agama kita memperingatkan juga, supaya kita hati-hati terhadap dua hal tersebut.

Tidak jarang kita cinta dan benci secara salah atau cinta dan benci terhadap sasaran yang salah. Sesuatu yang seharusnya kita benci, malah kita cintai. Dan seharusnya kita cintai, malah dibenci. Terkadang, hari ini kita sangat mencintai sesuatu, tapi esok harinya kita membencinya. Hari ini kita sangat membencinya, kelak berbalik kita mencintainya. Hal ini berarti bahwa, tindakan-tindakan kita berdasarkan perasaan cinta dan benci yang keliru itu pun keliru, bagi diri sendiri dan orang lain.

Oleh karena itu, agama kita (Islam) memperingatkan, kalau membenci sesuatu maka periksalah apa yang kita benci itu. Jangan-jangan ia mengandung unsur kebaikan dan bermanfaat bagi kita. Dan kalau mencintai sesuatu, juga telilitah pada yang kita cintai itu, jangan-jangan ia menimbulkan bahaya atau ancaman bagi kita.

Peringatan itu, agama Islam, salah satunya mengaitkan dengan masalah perang….

Peringatan serupa juga diberikan dalam kaitannya dengan masalah perjodohan (QS. An-Nisa’: 19), yaitu hendaknya kita jangan terlalu mudah melepaskan jodoh kita, betapapun kita merasa benci kepadanya, pada suatu saat, sebab mungkin justru dia membawa banyak kebaikan dari Allah Swt. pada saat yang lain.

Dalam syair Arab mengatakan: “Ahbib habibaka hawnan ma, ‘asa an yakuna baghidlaka yawman ma. Wa ‘abghidl baghidlaka hawnan ma, ‘asa an yakuna habibaka yauman ma.” (Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, kalau-kalau suatu hari dia menjadi seterumu. Dan bencilah seterumu sekedarnya saja, kelau-kalau suatu hari dia menjadi kekasihmu).

Hendaknya jangan disalah pahami terkait apa yang kita bicarakan di atas. Janganlah kiranya dipahami bahwa tulisan itu mengajarkan supaya orang tidak konsekwen, apalagi menjadi orang yang oportunis. Maksud dalam tulisan ini adalah, kiranya kita selalu menimbang-nimbang dengan baik masalah cinta dan benci, agar kelak kita tidak menyesal. Jadi, cinta dan benci pun kepada sesuatu hendaknya jangan berlebih-lebihan, cukup sekedarnya saja. Tulisan ini pun tidak ada maksud saya mengaitkannya dengan cinta pada Allah Swt dan Rasulullah Saw. karena cinta pada Allah Swt. dan Rasul-Nya telah bagi penulis telah menjadi kemutlakan yang penuh. Renungan, Ibnu Arsib

Penulis adalah Instruktur HMI Cabang Medan

- Advertisement -

Berita Terkini