Pentingkah Pemimpin Itu?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Berbicara tentang pembahasan pemimpin amat menarik menurut saya. Hal ini jarang saya dapatkan di waktu-waktu kuliah. Saya hanya sering mendengar tentang suatu teori yang mengarahkan pendengar (baca: mahasiswa) supaya menjadi pendengar yang baik dan tidak menstimulus (ransangan) terhadap pemikiran. Berbicara tentang pemimpin amat langka di kampus-kampus, kecuali ada organisasi-organisasi kemahasiswaan yang membuatnya. Ada kekesalan dalam lembaga-lembaga pendidikan tinggi saat ini, dimana mayoritas mahasiswa hanya dididik untuk menjadi pekerja bukan menjadi pemimpin (supaya bermental pencipta pekerjaan). Padahal, seharusnya kampus-kampus harus mampu melahirkan seorang pemimpin yang handal, mempunyai kecerdasan dan etika moral yang mengerti kebutuhan masyarakat dan kebutuhan dalam perkembangan yang terus menerus. Sebaiknya, kampus menyiapkan kader-kadernya menjadi pemimpin, baik dari kalangan dosen, mahasiswa (biasanya yang sudah sarjana dan melanjutkan ke yang lebih tinggi), maupun alumni-alumninya. Kiranya masalah ini tidak kembali terjadi di kampus-kampus, dan kampus akan berusaha melahirkan calon-calon pemimpin bangsa yang berkualitas.

Dalam pembahasan masalah pemimpin, saya tertarik dengan teori-teori atau analisa, konsepsi dan solusi yang dituliskan Dr. Fuad Amsyari dalam karyanya yang berjudul “Masa Depan Umat Islam Indonesia; Peluang dan Tantangan”. Dalam karyanya tersebut, Fuad Amsyari membahas tentang pemimpin, dimana untuk menentukan umat/bangsa yang berkualitas atau berkarakter harus mempunyai seorang pemimpin. Karena setiap masyarakat, di mana dan kapanpun selalu memiliki pemimpin yang berperan sehingga dapat mengarahkan gerak masyarakat/kelompok yang dipimpinnya. Pemimpin, baik skala regional atau kelompok tersendiri maupun pemimpin berskala nasional selain menentukan arah gerak akan tetapi sangat menentukan suatu prestasi juga apakah berhasil tau tidak. Maka dari itu perlu perhatian masyarakat terhadap menentukan pemimpinnya.

Dalam perkataannya, apabila hanya sedikit dari warga negara yang sadar akan makna pentingnya pemimpn nasionalnya/regionalnya terhadap nasib mereka (rakyat) maka bangsa itu hakikatnya masih merupakan bangsa yang lemah atau bangsa yang belum matang. Perlu kiranya kesadaran masyarakat dalam partisipasi untuk menentukan pemimpinnya yang berkualitas. Dimana seorang pemimpin itu harus berfungsi sebagai motivator, maksudnya adalah seorang pemimpin mampu memberikan motivasi, semangat atau dorongan kuat kepada yang dipimpinnya untuk melakukan sesuatu kegiatan tertentu. Selantujutnya sebagai inovator, yaitu seorang pemimpin yang dapat memberikan ide-ide pemikiran baru yang berkaitan dengan kehidupan sosial. Pemimpin diharapkan mempunyai kreativitas dalam bentuk pikiran baru tentang aktivitas sosial yang harus dilakukan masyarakat atu apa yang diperlukan oleh rakyatnya. Pemimpin sebagai aspirator, maksudnya seorang pemimpin yang mampu membawa pemikiran atau kehendak orang lain menjadi suatu realitas atau kenyataan dalam kehidupan sosial dan sekitarnya. Pemimpin diharapkan dapat membawa aspirasi atau keinginan rakyat yang dipimpinnya. Dan pemimpin harus sebagai komunikator, maksudnya pemimpin harus dapat memperlancar komunikasi atau hubungan seseorang dengan orang lain atau juga kelompok kecil dengan kelompok kecil lainnya. Pemimpin diharapkan menjadi penghubung antara orang-orang yang dipimpinnya apabila terjadi perbedaan pendapat atau diskomunikasi. Dalam ini, pemimpin bukan hanya dapat menghubungkan saja, akan tetapi pemimpin harus dapat memakai alat-alat komunikasi untuk memperlancar melakukan komunikasi secara efektif dan efisien.

Jikalau kita tinjau dari segi agama Islam, pemimpin atau kepemimpinan jelas diatur dalam Al-quran dan As-Sunnah. Agak heran ada seorang tokoh agama/penceramah mengatakan kepada jamaahnya yang disiarkan di Televison, “bahwasanya urusan pemimpin atau kepemimpinan jangan diikut campurkan dengan agama”. Menurut saya pendapatnya sangat keliru, dan ada dugaan seorang penceramah tersebut tidak paham atau ingin berpikiran bebas tanpa landasan agama. Karena begitu pentingnya pemimpn bagi umat manusia, Al-quran dan As-Sunnah mengaturnya dengan jelas. Berikut firman Allah dan Hadist Rasulullah saw. tentang pemimpin atau kepemimpinan:

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-quran) dan Rasul (As-Sunnah), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. An-Nisa : 59)

“Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, seraya tunduk kepada Allah”. (QS. Al-Ma’idah : 55)

“Dan barang siapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itu yang menang”. (QS. Al-Ma’idah : 56)

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan. (yaitu) diantara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman”. (QS. Al-Ma’idah : 57)

“Pemimpin (sulthan) itu adalah ‘naungan Allah’ dan tombak-Nya dimuka bumi”. (H.R. Al-Baihaqi)

“Siapapun pemimpin yang menyuruh sesuatu yang buruk (maksiat) maka tidak boleh ada ketaatan padanya”. (H.R. Ahmad)

“Ketaatan itu hanya ditujukan kepada pemimpin yang diperintahnya bernilai kebaikan atau makruf ”. (H.R. Ahmad, Bukhari dan Muslim)

“Kalau kalian sudah bepergian bertiga, pilihlah seorang pemimpin”. (H.R. Ahmad dan Abu Dawud)

“Apabila kamu mendapati ada dua orang yang memimpin suatu kelompok, maka sisihkanlah atau turunkanlah salah seorang diantara keduanya”. (H.R. Muslim)

Dari firman-firman Allah SWT. dan Hadits-hadits Rasulullah saw. jelaslah bahwa kita dapat mengetahui pentingnya pemimpin demi terwujudnya kehidupan sosial yang baik dan kehidupan berinteraksi disegala aspek masyarakat. Opini Sumut, Ibnu Arsib

- Advertisement -

Berita Terkini