Berjuang Demi Syurga-Mu

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Disebuah desa yang kecil, ada seorang pemuda yang bekerja di sebuah kantor desa, mulanya ia hanyalah seorang karyawan biasa, namun karena kepintarannya dan rasa sosialnya yang tinggi, maka ia pun direkomendasi menjadi Kepala Desa di desanya. Setelah ia menjabat sebagai Kepala Dusun, banyak pertanyaan yang ia dapatkan dari teman-temannya,

“Kapan menikah? Sudah jadi Kepala Desa kok….,tunggu apa lagi?? masa’ ada Bapak Kades, Ibu Kadesnya gak ada…?”

Bosan dengan pertanyaan itu, ia pun menikahi seorang gadis yang sebelumnya sudah ia kenal dekat. Awal mula pernikahan semua bahagia, hingga setelah setengah tahun menikah, sebuah rahasia besar pun terbongkar.

Disaat sepasang suami istri ini menghadiri undangan reuni teman sekolah sang suami, salah satu teman suaminya bertanya,

“Wah, teman kita yang satu ini sudah menikah rupanya, sedang hamil pula istrinya, kenapa cepat sekali kawan, seharusnya nikmati saja dulu kesendirian ini…?”

Sang suami pun menjawab dengan santai, “Karena jabatan kukawan, aku sudah jadi Kepala Desa, teman-teman di kantor selalu menanyakan hal ini, Bapak Kades sudah ada, Ibu Kadesnya mana? Maka dari itu aku cepat-cepat menikah, biar ada yang bantuin…”

Mendengar jawaban ini, hati sang istri pun terkejut namun ia menganggap hal itu hanya gurauan semata. Hari-hari dijalani hingga anak pertama mereka lahir. Sang suami sedikit demi sedikit mulai tidak perduli, lebih mudah marah dan semua pekerjaan rumah sang istri yang melakukantanpa dibantu oleh suaminya walaupun pada saat libur bekerja. Ketika sang istri meminta tolong karena ia sudah sangat kerepotan, sang suami malah lebih memilih terpaku di depan laptopnya dan sibuk memberi perhatian pada pekerjaan dan teman-temannya di dunia maya. Begitu pula dengan mengurus anak, setiap hari sang istri melakukan pekerjaan rumah sambil menggendong anaknya, memasak, membersihkan rumah, bahkan mencuci pakaian pun sambil sesekali mengayun anaknya yang berada di dalam ayunan.

Disaat anak mereka sakit pun sang suami tidak perduli bila sang istri tidak tidur semalaman demi menenangkan anak mereka agar tidak terus menangis di tengah malam, sementara sang suami tertidur pulas seolah tidak terjadi apa-apa. Dan tak jarang pekerjaan sang suami turut ia bantu. Sang istri sempat bertanya, mengapa suaminya semakin hari semakin acuh tak acuh, apakah perkataannya waktu itu serius? Namun sang suami tidak menjawab pertanyaan itu.

Berkali-kali sang istri bertanya dengan lembut, apakah ia serius dengan perkataannya? Barulah sang suami menjawab, “Tidak, itu tidak serius”. Sang istri tau bahwa suaminya telah berbohong besar padanya, namun kembali lagi. Anak. Sang istri kini hanya memikirkan anak mereka, tanpa peduli lagi dengan keadaannya, yang selalu di anggap salah oleh suaminya dan tanpa memperdulikan perasaan hatinya yang sangat hancur mendengar kata-katanya tempo hari yang menganggapnya seorang pembantu. Ia berharap suaminya bisa berubah menjadi seorang suami yang perhatian, dan pengertian serta menganggap istrinya itu ada sebagai pendamping hidup, bukan pembantu didalam posisinya kini.

Sang istri bertahan dengan keadaan ini, walaupun ia berada dalam keadaan melarat, melarat perhatian dan pengertian dari suaminya yang seharusnya hal itu ia dapatkan. Ia ikhlas menerima keadaan ini, ia tetap melakukan kewajibannya sebagai istri dengan sangat baik karena ia sangat mencintai suami dan keluarganya. Hal itu lebih penting dari pada hanya memikirkan semua perasaannya. Ia tetap berdo’a pada Tuhan yang Maha Kuasa di dalam sholat-sholatnya agar meluluhkan hati suaminya untuk lebih memperdulikannya. Ia juga selalu berkata pada suaminya jika sang suami membutuhkan tenaganya silahkan meminta. “Bang, ada yang bisa adek bantu?”.

Sang istri percaya bahwa surganya terletak di kaki suaminya. Maka dari itu ia tetap memperlakukan suaminya bak raja.

Usaha sang istri untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang suaminya kembali seperti awal menikah,mulai membuahkan hasil. Sang suami mulai melihat ketulusan sang istri. Sedikit demi sedikit ia mulai berubah dan sering berkata “Ada yang bisa abang bantu, abang lihat adek sibuk sekali”.

Melihat perubahan ini sang istri merasa bersyukur yang tak terhingga kepada Tuhan yang Maha Esa. Dalam kehidupan sehari-hari mereka mulai saling bekerja sama dalam hal apapun, baik pekerjaan rumah, maupun pekerjaan kantor. Bersambung....

Penulis Cerpen adalah Milda Rizki asli warga Langkat

- Advertisement -

Berita Terkini