Kebahagiaan Menjelang Berpulang: Minggu Terakhir Kyai Jazir dari Jogokariyan

Breaking News
- Advertisement -

Oleh : Firmansyah Dimmy, Marbot Masjid Pantai Bali

Mudanews.com YOGYAKARTA – Tidak semua orang dianugerahi ketenangan di penghujung hayatnya. Sebagian diliputi kecemasan menghadapi kematian, namun sebagian lain justru menyambutnya dengan kedamaian dan kebahagiaan. Gambaran itu tampak jelas pada sosok Kyai Jazir, tokoh inspiratif Masjid Jogokariyan, pada pekan terakhir kehidupannya.

Di kediamannya yang sederhana di kawasan Jogokariyan, Yogyakarta, Kyai Jazir menampilkan potret seorang hamba yang berserah sepenuhnya kepada Allah SWT. Meski kondisi fisiknya melemah, wajahnya tetap teduh dan senyumnya mengembang, seolah menjadi dokumentasi perpisahan yang penuh makna bagi siapa pun yang menjenguknya.

Saat Tim Masjid Pantai Bali datang membesuk, Kyai Jazir terbaring lemah secara jasmani, namun jiwanya tetap tegak. Tidak ada keluhan yang keluar dari lisannya. Sebaliknya, ia menyampaikan nasihat, doa, serta harapan untuk keberlangsungan dakwah dan masa depan umat.

Menurut penuturan Ustadz Bakda, asisten yang setia mendampingi Kyai Jazir, dalam beberapa kesempatan almarhum kerap bercerita tentang keindahan yang ia rasakan dalam alam bawah sadarnya. Bahkan, ketika kondisi kesehatannya sempat membaik, Kyai Jazir memiliki cita-cita mendirikan “Majelis Merpati”, sebagai ruang berbagi dan persiapan menghadapi kematian dengan indah.

“Dalam kondisi mengigau pun, Pak Kyai sering terlihat bersemangat seperti sedang bertausiah. Pernah juga beliau mengigau seakan memimpin ibadah umrah, melantunkan kalimat talbiyah, Labbaik Allahumma Labbaik,” ujar Ustadz Bakda mengenang.

Di atas pembaringannya, dengan suara yang terputus-putus, Kyai Jazir masih sempat berpesan kepada Tim Masjid Pantai Bali agar tetap istiqomah berdakwah di Bali dan NTB. Ia menekankan pentingnya memuliakan musafir, memperbanyak dzikir, kajian keilmuan, pelayanan kemanusiaan, serta menjaga harmonisasi dalam mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Pesan-pesan itu menjadi penanda kebahagiaan sejati. Dalam kondisi sakit dan mendekati ajal, Kyai Jazir tidak larut memikirkan dirinya sendiri, melainkan tetap memikirkan umat dan keberlanjutan nilai-nilai dakwah.

Tidak tampak ketakutan dalam sorot matanya. Yang ada hanyalah senyuman dan kerinduan untuk berjumpa dengan Sang Khalik. Kebahagiaan menjelang kematian, sebagaimana diteladankan Kyai Jazir, bukan berarti bebas dari rasa sakit, melainkan hadirnya ketenangan karena hidup telah diabdikan sepenuhnya untuk umat dan bangsa.

Pada Senin, 15 Desember 2025, tepat sepekan sebelum kepergiannya, Tim Masjid Pantai Bali pamit meninggalkan Jogokariyan menuju Jembrana, Bali, dengan hati yang berat namun dipenuhi cahaya makna. Mereka menyaksikan secara langsung bahwa kematian dapat disambut dengan kebahagiaan, ketika hidup dijalani dengan keikhlasan dan pengabdian.

Sebagaimana firman Allah SWT:
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai.”
(QS. Al-Fajr: 27–28)

Semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah Kyai Jazir, mengampuni dosa-dosanya, dan menempatkannya di tempat terbaik bersama orang-orang saleh. Aamiin ya Rabbal ‘alamin **

 

Berita Terkini