Pengging Library Luncurkan Safari Boyolali

Breaking News
- Advertisement -

 

Mudanews.com Boyolali – Selasa sore (25/11/2025), semangat membangun daerah itu tampak menyala terang di Latte Space. Optimisme disemai dalam forum diskusi kedaerahan bertema khusus keboyolalian. Hadirin berlatar belakang bermacam, juga lintas usia dan orientasi karya.

Acara bertajuk ‘Safari Boyolali #001’ dengan tema ‘Ngugemi Seni Gemi Boyolali’ menjadi momentum perdana pengupayaan jejaring literasi oleh Pengging Library, sebuah organisasi edukasi yang menyasar segmentasi entitas Boyolali.

“Alhamdulillah. Setelah diskusi terbatas dengan beberapa orang selama bertahun-tahun, akhirnya kami berhasil menggelar event kali pertama. Di samping untuk memperkenalkan diri, sesuai slogan Pengging Library sebagai ‘simpul literasi Boyolali’, kami sangat bersemangat membangun jejaring literasi,” ujar Direktur Eksekutif Pengging Library, Bramastia.

Dalam pernyataan pembukanya, dosen Universitas Sebelas Maret (UNS) tersebut mengetengahkan agenda-agenda keboyolalian yang strategis dan membutuhkan dukungan kapasitas literasi memadai. Ia berpandangan, konsep tumbuh dan berkembang sebuah daerah hingga maju dan menyejahterakan, tidak dapat dipisahkan dari peran literasi.

“Literasi yang dimaksud yakni memahamkan dunia bahwa ada sebuah entitas yang sarat nilai dan pengetahuan bernama Boyolali. Produknya bisa apa saja, termasuk buku dan literatur. Pengging Library diniatkan untuk mengoleksi semua literatur keboyolalian,” terang Mas Bram, begitu ia akrab dipanggil.

Ia menuturkan, mengapa serial diskusi dinamai ‘Safari Boyolali’, rencananya kegiatan serupa bakal digelar rutin dan dilaksanakan di banyak tempat seantero Kota Susu. Harapannya, Pengging Library benar-benar dapat menjadi ‘Simpul Literasi Boyolali’.

Bukan hanya koleksi terbitan, baik cetak maupun digital, tentang entitas Boyolali, Pengging Library juga menggeluti historiografi Boyolali. Artinya, penulisan sejarah keboyolalian, termasuk profil dan ketokohan, berupa biografi atau autobiografi.

Ada pula podcast yang menyasar narasumber ke-Boyolali-an, masuk ke ranah strategics dengan membangun analisis dan rekomendasi bagi pembangunan Kabupaten Boyolali, serta bekerja sama dengan sumber daya akademik untuk mengembangkan produk riset bertema Boyolali.

“Literasi Boyolali merupakan gerakan besar. Boyolali sebagai entitas, bukan hanya warga Boyolali yang tinggal di Boyolali, tapi juga warga Boyolali yang tidak tinggal di Boyolali. Bisa juga semua pihak yang berkaitan dengan Boyolali. Sungguh membutuhkan kerja sama kuat antar-pihak,” tutup Mas Bram.

Pembicara pertama, dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Wawan Kardiyanto, memberikan pandangannya tentang seni profetik sebagai landasan penting lahirnya karya seni di Boyolali. Ia menandaskan, seni tidak untuk seni. Seni dapat bermanfaat bagi banyak makhluk di dunia, karena ditujukan untuk menggapai ridha Tuhan.

“Berdasarkan sejarah, seni terbukti berimplikasi kuat pada perekonomian daerah dan kesejahteraan manusia. Tapi karya seni dapat berkualitas tinggi bila mendasarkan diri pada perintah-perintah Tuhan,” kata alumnus Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini.

Bertumpu pada permintaan pasar, lanjutnya, tidak mengapa, asalkan benar-benar dipilah dan dipilih bersubstansi keilahiahan. Bukan dengan menuruti apa yang diingini pasar semata. Mas Wawan, demikian banyak orang menyebutnya, menggarisbawahi perubahan positif Boyolali dapat lahir dari kreasi seni lokal yang disandarkan pada ketuhanan.

Sementara Mas Gombloh, seorang seniman senior Boyolali, menjabarkan kronik demi kronik sejarah Pengging sebagai pusat peradaban pada masanya. Berdasarkan pengalaman dan pengamatannya selama ini, jejak Pengging dapat ditemukan, tersebar hingga ke berbagai wilayah Benua Asia.

“Arca Gupala menjadi penanda penting jejak Kerajaan Pengging di berbagai tempat. Pada masanya, Pengging benar-benar sebuah kerajaan besar dengan pengaruh luar biasa. Dalam rentang waktu itu pula, berbagai produk kesenian lahir, bersanding dengan teknologi air yang juga mencengangkan banyak pihak,” jelasnya.

Ia menyemangati generasi muda untuk terus melakukan studi, mewawancarai banyak pihak, berkarya seni yang berkualitas, demi kemajuan Kabupaten Boyolali. Sebab, potensi daerah di Boyolali sangatlah banyak dan besar.

Para panelis secara bersahutan turut bersumbangsih pikir. Salah satunya, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Boyolali, Thontowi Jauhari. Ia bersaran untuk tidak menjadikan seni sebagai tujuan akhir. Sebab ia hanyalah instrumen bagi perubahan dan kemanfaatan yang lebih luas.

Usai dialog, diskusi pun berakhir seiring terbenamnya matahari. Moderator, Sony Surya Prayoga, menyampakan hasil notulensinya, sekaligus apa-apa yang dapat dikreasi pasca-diskusi. Ia mewakili antusiasme dan animo hadirin yang terkaget-kaget atas sejarah dan potensi Boyolali. Semua itu tidak banyak diketahui dan layak diliterasikan.**(Red)

Berita Terkini