Dari Forum ke Front: Perjalanan Baru Gerakan Anti Penindasan

Breaking News
- Advertisement -

 

Mudanews.com Jakarta,— Gerakan yang dulunya dikenal dengan nama Forum Anti Penindasan (F.A.P) kini resmi berganti wajah dan semangat baru menjadi Front Anti Penindasan. Transformasi ini diumumkan dalam pertemuan organisasi di Kebayoran, Jakarta, sebagai langkah untuk mempertegas arah perjuangan: dari ruang diskusi menuju barisan perlawanan nyata.

Perubahan nama dari Forum menjadi Front bukan sekadar simbolik. Ia menandai kesadaran baru bahwa penindasan tidak cukup dilawan dengan wacana semata. “Dulu kita berdiri di ruang diskusi, tempat suara-suara kecil berkumpul, berbagi kesadaran, dan menyalakan api perlawanan. Tapi waktu mengajarkan satu hal penting: penindasan tidak cukup dilawan dengan diskusi. Ia harus dihadapi dengan gerakan,” demikian pernyataan yang dirilis bersamaan dengan publikasi visual bertajuk Front Anti Penindasan: Perjalanan Perjuangan.

Dalam pertemuan resmi tanggal 2 Oktober 2025, Front Anti Penindasan juga mengumumkan pembentukan dua divisi baru yang bertujuan memperkuat koordinasi internal dan efektivitas gerakan. Pertama, Divisi Media, yang bertugas menjadi penghubung antar distrik serta menangani pembuatan poster dan konten isu sosial. Divisi ini juga bertanggung jawab memverifikasi kolaborasi antar akun media sosial agar setiap informasi yang disebarkan tetap akurat dan sesuai garis gerakan.

Kedua, dibentuk Divisi Administrasi, yang berfokus pada proses verifikasi dan rekrutmen anggota baru melalui sistem digital seperti Google Form. Langkah ini dilakukan untuk menjaga keteraturan dan memastikan keanggotaan yang sah serta bertanggung jawab.

Selain itu, struktur kebendaharaan juga diperkuat dengan mekanisme transparan. Setiap calon bendahara diwajibkan menyerahkan dokumen identitas resmi (foto KTP dan selfie KTP) serta menandatangani surat perjanjian bermaterai Rp10.000. Mekanisme ini ditujukan untuk menjaga akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan gerakan.

Rapat tersebut dihadiri oleh Bung Wahyu, Bung Ican, Bung Eri, Bung Hasfi, dan Bung Rizki, yang menegaskan pentingnya pembaruan struktur organisasi agar setiap langkah perjuangan berjalan terarah dan kolektif. Mereka juga membuka ruang bagi anggota lain untuk memberikan ide tambahan melalui grup koordinasi.

Front Anti Penindasan kini menegaskan komitmennya untuk tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi menjadi gerakan aktif melawan ketidakadilan. Melalui pesan kuat yang disampaikan dalam rilisan visual mereka — “Bebaskan kawan kami, penjarakan pelanggar HAM!” — organisasi ini menyerukan solidaritas rakyat dan perlawanan terhadap segala bentuk pelanggaran kemanusiaan.

Langkah transformasi ini sekaligus menjadi refleksi atas perjalanan panjang organisasi yang berawal dari semangat kecil di ruang-ruang diskusi menjadi barisan yang berani mengambil posisi di garis depan perjuangan rakyat. Perubahan ini memperlihatkan bahwa kesadaran tidak boleh berhenti pada kata-kata, melainkan harus diwujudkan dalam aksi nyata yang berpihak kepada mereka yang tertindas. Dengan semangat kolektif, Front Anti Penindasan menegaskan bahwa perjuangan melawan ketidakadilan adalah perjalanan panjang yang membutuhkan keberanian, kesetiaan, dan solidaritas tanpa batas.***(Red)

Berita Terkini