Anton Christanto
Pemerhati Seni & Sains Teknologi FK-UNS/RS UNS
Mudanews.com – Yogyakarta, kota budaya yang selalu hidup, kembali menghadirkan ARTJOG 2025, festival seni kontemporer paling bergengsi di Indonesia.
Tahun ini, salah satu karya dalam ARTJOG 2025 mengusung tema yang unik dan penuh makna:
“Vortex Line: Fenomena Alam di Tiga Titik.”
Sebagai ruang pertemuan seni, sains, dan teknologi, ARTJOG 2025 menghadirkan berbagai karya yang memancing rasa ingin tahu sekaligus refleksi. Salah satu instalasi yang menarik perhatian adalah karya yang memvisualisasikan garis pusaran energi atau vortex line, fenomena alam yang diyakini mempengaruhi keseimbangan kehidupan di bumi.
Venzha Christ: Seniman dan Penjelajah Semesta
Nama Venzha Christ, seniman kelahiran Ujung Timur Pulau Jawa (Genteng Banyuwangi)
yang berdomisili di Yogyakarta, menjadi salah satu sorotan utama. Dikenal sebagai pelopor astro-art di Indonesia, Venzha menghadirkan instalasi futuristik yang memadukan ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi. Lewat peta interaktif, layar digital, hingga perangkat ilmiah seperti Cryofab Non-Magnetic, ia mengajak pengunjung untuk menelusuri “titik-titik energi” di bumi yang penuh misteri.
Instalasinya bukan hanya visual, tetapi juga menggugah kesadaran bahwa manusia adalah bagian kecil dari semesta yang luas, dan fenomena alam yang tak kasat mata ternyata mempengaruhi hidup kita sehari-hari.
Lebih dari Pameran: ARTJOG Sebagai Ruang Dialog
ARTJOG 2025 bukan hanya soal karya seni yang dipajang, melainkan tentang bagaimana seni bisa menjadi ruang dialog—antara manusia dan alam, antara teknologi dan budaya, antara sains dan spiritualitas.
Tak heran, festival ini menarik perhatian berbagai kalangan: tokoh publik, seniman, ilmuwan, pelajar, hingga wisatawan internasional.
Setiap ruangan di ARTJOG menghadirkan pengalaman berbeda: ada yang memancing renungan, ada yang menghibur, ada pula yang menantang cara berpikir kita selama ini. Yogyakarta seakan menjadi pusat gravitasi bagi ide-ide segar yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
“Vortex Line: Fenomena Alam di Tiga Titik”.
Salah satu instalasi yang paling mencuri perhatian adalah karya yang memvisualisasikan fenomena alam berupa garis pusaran energi (vortex line)—sebuah konsep yang menghubungkan sains, seni, dan spiritualitas. Karya ini membawa pengunjung dalam perjalanan visual dan imajinatif, menyadarkan kita tentang keterhubungan manusia dengan semesta yang lebih luas.
Seniman ternama asal Yogyakarta, Venzha Christ, turut berpartisipasi dengan menghadirkan karya yang menggabungkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni rupa futuristik. Instalasi yang memadukan peta interaktif, layar digital, hingga perangkat ilmiah seperti Cryofab Non-Magnetic ini mendapat respons positif dari pengunjung.
“Melalui seni, Venzha ingin memperkenalkan kepada masyarakat tentang fenomena-fenomena ilmiah yang sering kita abaikan, namun memiliki dampak besar pada kehidupan”
ARTJOG 2025 bukan sekadar pameran, tetapi juga ruang edukasi dan dialog yang mempertemukan berbagai disiplin ilmu dan lintas budaya.
Festival ini diharapkan dapat terus menjadi ikon seni kontemporer Indonesia sekaligus membawa pesan penting tentang harmoni antara manusia dan alam.
ARTJOG 2025: Vortex Line — Fenomena Alam di Tiga Titik
Seni, sains, dan teknologi berpadu di ARTJOG 2025! Dari karya instalasi yang memvisualisasikan pusaran energi bumi, hingga karya futuristik dari Venzha Christ, festival seni terbesar di Jogja ini selalu jadi ruang refleksi dan inspirasi.
Jogja National Museum (JNM)
🗓️ Juli 2025
Jangan lewatkan! Di sini, seni bukan sekadar dilihat, tapi dihidupkan.
#ARTJOG2025 #VortexLine #SeniKontemporer #Yogyakarta
Catatan Penutup: ARTJOG 2025 sekali lagi membuktikan bahwa seni bisa menjadi bahasa universal yang menyatukan ilmu pengetahuan, perasaan, dan imajinasi.
Jika Anda ke Yogyakarta, jangan lewatkan ARTJOG 2025—di sana, Anda bukan sekadar penonton, tetapi bagian dari perjalanan seni itu sendiri.**(Red)