MUDANEWS.COM, Pematangsiantar – Kota Pematangsiantar meraih prestasi membanggakan. Di tahun 2024, Kota Pematangsiantar sebagai Kota Toleran di Indonesia naik peringkat dari 11 menjadi peringkat 5, dengan skor 6,115.
Wali Kota Pematangsiantar Wesly Silalahi langsung menghadiri dan menerima penghargaan dari SETARA Institute dalam acara Peluncuran Indeks Kota Toleran (IKT) 2024, di Hotel Bidakara, Jalan Gatot Subroto Tebet Jakarta Selatan, Selasa (27/05/2025) siang.
Piagam penghargaan bagi Kota Pematangsiantar diserahkan Wakil Dewan Pembina SETARA Institute yang diterima langsung Wali Kota Wesli Silalagi.
Adapun 10 peringkat terbaik kota toleran berdasarkan IKT SETARA Institute: Salatiga (skor 6,544); Singkawang (6,420); Semarang (6,356); Magelang (6,248); dan Pematangsiantar (6,115).
Kemudian Sukabumi (5,968); Bekasi (5,939); Kediri (5,925); Manado (5,912); dan Kupang (5,853).
Wali Kota Pematangsiantar Wesly Silalahi usai menerima penghargaan mengucapkan terima kasih kepada SETARA Institute yang telah memberikan penilaian baik kepada Kota Pematangsiantar sebagai Kota Toleran.
Penghargaan tersebut, kata Wesly, merupakan kehormatan besar bagi Kota Pematangsiantar dan menjadi bukti usaha dan kerja keras serta komitmen dalam membangun toleransi dan kerukunan di Kota Pematangsiantar telah diakui.
“Penghargaan ini bukan hanya milik pemerintah, tetapi milik seluruh masyarakat Pematangsiantar,” katanya.
Ucapan terima kasih juga disampaikan Wesly kepada seluruh jajaran Pemko dan masyarakat Kota Pematangsiantar yang selama ini telah turut menjaga dan merawan toleransi. Apalagi Pematangsiantar termasuk kota majemuk, baik agama, suku, dan adat istiadat.
“Naik peringkat dari 11 ke peringkat 5 ini sudah sangat bagus. Apalagi sebelumnya Pematangsiantar pernah berada di peringkat 51 dan 31, hingga kemudian naik ke peringkat 11, dan kini di peringkat 5,” kata Wesly.
Namun, kata Wesly, dengan raihan peringkat 5 juga menjadi tantangan tersendiri bagi Kota Pematangsiantar agar peringkatnya jangan sampai turun.
“Ingat, ini tanggung jawab kita semua agar peringkat toleransinya jangan turun lagi. Kita harus terus bersama-sama menjaga dan merawat toleransi di Kota Pematangsiantar, menuju kota yang Cerdas, Sehat, Kreatif, dan Selaras,” tukasnya.
Turut mendampingi Wesly, perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Pematangsiantar Pdt Dr Ardenias Tarigan dan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Pematangsiantar Ir Ali Akbar dan Sekretaris Ari Kalpika SP MM, serta Kabag Umum Setdako Lahiri Amri Ghoniyu Hasibuan SSTP MAP.
Ketua Badan Pengurus SETARA Institute Ismail Hasani mengatakan, IKT mendapatkan sambutan luar biasa dari wali kota di Indonesia.
“Karena kemampuannya menggerakkan elemen-elemen masyarakat, birokrasi, termasuk juga memprovokasi wali kota-wali kota,” kata Ismail.
“Sehingga mereka kemudian bergerak, berbenah, terus menerus kami mencatat beberapa kota yang tidak pernah menyerah,” lanjutnya.
Ismail juga menyebutkan IKT dampaknya membuat pemerintah kota (pemko) berbenah. Kota yang mendapatkan skor rendah akhirnya mulai memperbaikinya.
“Dari yang awalnya dicaci maki kota intoleran, kemudian bergerak, mulai dari keluar zona merah dan seterusnya,” ungkapnya.
Ismail menjelaskan komitmen menggelar IKT akan terus dilakukan. Sebab, kebutuhan tersebut telah mencakup seluruh Indonesia.
“Saya kira komitmen kami apapun yang terjadi indeks kota toleran akan terus kita susun, kita kerjakan. Karena dia bukan lagi kebutuhan SETARA, tapi kebutuhan republik. Saya membayangkan apabila kinerja bapak-ibu tidak ada yang mengapresiasi, tidak ada yang mengingatkan, tentu ini adalah persoalan serius bagi tata kelola pemerintahan,” imbuhnya.
SETARA Institute dalam studi ini menurunkan konsep toleransi ke dalam beberapa sistemik kota yang dapat memengaruhi perilaku sosial antar identitas dan entitas warga. Variabel tersebut yakni: kebijakan-kebijakan pemerintah kota; tindakan-tindakan aparatur pemerintah kota; perilaku antar entitas di kota, termasuk warga dengan warga, pemerintah dengan warga; serta relasi-relasi sosial dalam heterogenitas demografis warga kota.
Secara khusus disebutkan, dinamika terlihat di Kota Pematangsiantar yang naik dari peringkat 11 pada IKT 2023 menjadi peringkat 5 pada IKT 2024 dengan skor 6,115.
Kenaikan peringkat ini ditopang kepemimpinan politik (political leadership) yang sangat promotif terhadap pembentukan ekosistem toleransi di Kota Pematangsiantar.
Kepemimpinan politik tersebut menggerakkan kepemimpinan birokrasi dan kepemimpinan kemasyarakatan di Kota Pematangsiantar untuk menggelorakan serta memastikan agenda pemajuan toleransi terus berkembang.