Komunis Gaya Baru (KGB) Sebuah Metamorfosis PKI

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Komunis itu tidak selalu identik dengan orang yang tidak percaya dengan Tuhan (atheis), tapi paham komunis bisa juga orang yang masih percaya adanya Tuhan dan paham ini lebih berbahaya daripada yang asli Komunis.

Karena dia benalu di dalam masyarakat karena terselimuti dengan “percaya Tuhan” dan terselimuti dengan slogan “Pancasila dan Kebhinekaan” tapi hakekatnya mereka menentang keras butir-butir Pancasila itu sendiri dan menentang hukum-hukum yang bersumber dari agama (aturan Tuhan) sebagai hukum yang mengatur seluruh manusia dan alam semesta.

Metamorfosis adalah suatu proses perubahan penampilan fisik yang berbeda dari saat pertama kali kelahirannya atau kemunculannya.

Kebangkitan dan perkembangan KGB telah menjadi ancaman asimetrik dengan “Strategy Soft Power” seperti diulas oleh H. Liddell dalam Buku Strategy menjelaskan bahwa ancaman asimetrik menyerang pikiran, membengkokkan iktikad, memelintir logika, menghasut ideologi dan meruntuhkan kepercayaan (keyakinan).

Memang PKI sudah tidak ada tapi paham ideology komunis PKI masih tetap ada. Saat ini PKI sudah berganti baju, PKI telah berselimut dengan berbagai metamorfosis.

Diantaranya dengan  gerakan kesamping kanan yaitu penyusupan kedalam lembaga institusi negara atau kabinet-kabinetnya untuk menguasai kebijakan-kebijakannya.

Kemudian dengan gerakan ke samping kiri yaitu penyusupan kedalam parlemen legislatif partai-partai nasionalis (non komunis).

Ada pula dengan gerakan ke bawah yaitu institusi masyarakat dengan program “Tradisi Budaya” sebagai framingnya. Orang-orang neo komunis (KGB) telah banyak disusupkan kedalam wadah ini, ciri-cirinya lebih menekankan kepada slogan “pluralisme” daripada kepada slogan “menjaga kearifan budaya lokal”.

Dan PKI telah berselimut dengan “Gerakan Islam Nusantara” melalui metamorfosis liberalnya yang lebih menekankan kepada “Sinkretisme” (penyatuan agama-agama) daripada kepada perjuangan dakwah dan syiar Islam.

Gerakan Komunis Gaya Baru (KGB) telah aman terselimuti didalam kelompok Liberalisme. Dimana liberalisme tidak akan tercipta bila tidak didukung dengan Sekulerisme didalam sistem pemerintahan.

Hakikatnya Komunis Gaya Baru (KGB) adalah Sekulerisme itu sendiri. Karena sekulerisme adalah “saudara kembar” komunisme yang lahir dari satu rahim, yaitu rahim Yahudi (Zionisme) kemudian dikembangkan oleh Stalin dan Leninisme.

Memang nama PKI sudah tidak ada tapi Neo Komunis atau KGB (Komunis Gaya Baru) dengan menggunakan nama-nama baru saat ini sedang tumbuh dan bergerak di negeri ini.

Ada dua kelompok KGB  yang terus bergerak yang akan mengancam negeri yaitu sebagai berikut :

KGB yang liberal, misinya menjauhkan setiap individu dari satu aturan hukum yang bersumber dari ajaran Tuhan (azas tunggal).

Mereka percaya Tuhan tapi mereka mengingkari aturan dan hukum Tuhan itu sendiri bahkan menentangnya. Dan mereka ingin memisahkan urusan pemerintahan dengan agama karena urusan pemerintahan adalah urusan dunia bukan urusan agama, baginya agama hanya digunakan untuk mengatur urusan akhirat yang bersifat ibadah saja hubungan pribadi dengan Tuhan.

KGB yang ekstrim (radikal), misinya agar setiap individu meninggalkan satu aturan ajaran agama. Mereka ingin melenyapkan simbol-simbol agama yang berasal dari ajaran kaidah agama, intinya mereka anti agama artinya anti Tuhan.

Tuhan itu hanya sebagai momok dogma bagi masyarakat menurut mereka. Sehingga tidak salah bagi mereka menganggap agama adalah “Candu masyarakat” ini adalah istilah PKI.

Jadi Komunisme dan Sekulerisme dua-duanya sama satu rahim, satu tubuh dan satu gerbong memiliki visi dan misi yang sama, cuma yang satu lebih radikal dan yang satu lebih liberal. Perbedaanya tipis sama-sama menentang ajaran agama dan anti hukum Tuhan (azas tunggal).

KGB telah bersinergi dengan berbagai bidang dan elemen. KGB sekarang telah berselimut dan berbaju pelangi merah, kuning, hijau dan biru, supaya dapat masuk di berbagai di segala bidang dan aspek masyarakat.

Setelah keberadaannya mendapat tentangan keras dari kalangan masyarakat yang anti komunis, sehingga kaum kiri ini dinilai tidak mampu memberikan kontribusi bagi aktivitas gerakan kiri dalam jalur parlementer.

Untuk itu gerakan Kiri kemudian mengambil langkah preventif dan alternatif dalam upayanya tidak membentuk partai berhaluan komunis tapi mencoba masuk dalam jalur parlemen.

Sebagian kader-kader gerakan Kiri (KGB) kemudian bergabung dengan partai-partai yang menjadi peserta pemilu 2009 lalu.

Diantaranya adalah Budiman Sujatmiko adalah seorang penganut Komunis muda pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD) partai yang berhaluan Marxis Komunis.

Budiman adalah murid COKRO (nama samaran) seorang tokoh PKI Tegal, yang mengarahkan untuk menciptakan PRD. Yang saat ini Budiman berhasil masuk kedalam anggota parlementer di Fraksi PDIP.

Kemudian sebutlah Andi adalah penganut komunis muda yang komunisnya bermazhab Antonio Gramchi (Eurokomunis Abad 20).

Andi adalah pendiri dan ketua “SMID” (Solidaritas Mahasiswa Indonesia) yang berhaluan “Kiri”. Dan saat ini Andi  adalah orang berpengruh di partai Demokrat.

Antara Budiman dan Andi adalah sahabat seperjuangan dimana mereka berkhayal ingin bangkitkan Kuda Troya Komunisme.

Langkah ini pernah dilakukan oleh PKI  terhadap parpol-parpol non komunis diantaranya masuk ke dalam rangka mempengaruhi kekutan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat itu dan akhirnya berhasil.

Dan sekarang kader gerakan kiri ini lebih banyak menyusup kedalam partai-partai nasionalis seperti PDIP, Demokrat dan Nasdem.

Kemudian KGB ini juga terlibat dan berperan besar didalam mengkampanyekan dan meng opinikan istilah-istilah baru yaitu Islam radikal, Khilafah dan Islam intoleran.

Gelar-gelar yang buruk ini telah berhasil dipublikasikan oleh kelompok Sekuler yang radikal dimana kelompok tersebut sekarang sedang berkuasa di negeri ini.

Diantara dokumen yang sangat rahasia KGB sebagai instruksi lisan kepada para anggotanya yang telah kami temukan, adalah target perlawanan Neo Komunis (KGB) terhadap musuh-musuhnya politiknya sebagai berikut :

Sasaran Yang Menjadi Target Utama perlawanan neo PKI terhadap lawan-lawan politiknya adalah :

Mengungkap dan mengangkat kasus-kasus politik, ekonomi dan kemanusiaan yang melibatkan Orde Baru, Militer (khususnya TNI AD) dan kasus radikalisme dan terorisme yang melibatkan umat Islam.

Sebagai upaya menyudutkan Orde Baru, TNI AD dan gerakan Umat Islam secara politik dan hukum.

Mengkait-kaitkan kebijakan dan sikap politik parlemen, birokrat/ dan militer dengan cara-cara yang dikembangkan oleh Orde Baru.

Secara sistematis dan massif terus melakukan pengembangan isu-isu strategis dan opini untuk membatasi eksistensi Orde Baru, Birokrat, Militer dan gerakan umat Islam.

Membatasi peran Sospol dan fungsi territorial TNI dan KODAM kebawah seperti Babinsa untuk mengefektifkan gerakan radikal ektra parlementer para anggota CDB (Comite Daerah Besar).

Melakukan gerakan ekstra parlementer melalui CC (Comite Central) yang berada duduk di parlementer dan di partai-partai nasional.

Dengan mengantisipasi dan mempersiapkan penggantian presiden baik secara di lengserkan secara terhormat atau digulingkan.

Program KGB sebagian telah berjalan dengan menguasai elemen institusi dan gerakan masyarakat yang berselimutkan politik, ekonomi, budaya, agama, pendidikan dan fungsi TNI Polri sebagai berikut :

Pertama melalui aspek Politik, diterapkan sistem pemerintahan Sekulerisme yang lebih condong miring ke “kiri”, contohnya dibuka kembali hubungan diplomatik yang lebih intens yaitu “Poros Jakarta Beijing” dimana China Komunis sebagai Leader proyek.

Ke-dua melalui aspek Ekonomi, diterapkan sistem ekonomi Kapitalis yang mencekik rakyat. Dimana pemerintah lebih condong kepada pengusaha besar atau pengusaha investasi asing yang lebih besar dan kuat yang akan mematikan pengusaha lokal.

Ke-tiga melalui aspek budaya, perlu diwaspadai bila dihidupkan gerakan kebudayaan yang lebih berbau “Pluralisme” dan membentur-benturkan dengan simbol atau ajaran agama maka ini termasuk strategy kelompok kiri.

Ke-empat melalui aspek agama, diciptakan gerakan Islam Liberal dan diciptakan aliran Islam Nusantara yang lebih berbau “Sinkritisme” yaitu penyatuan antara ajaran Islam dan ajaran Syi’ah.

Ke-lima melalui aspek pendidikan, dihilangkan kurikulum pelajaran Agama serta dikebiri dan diberangusnya perkembangan dakwah-dakwah Islamiah dikampus-kampus Universitas dengan stigma Radikalisasi.

Ke-enam, melalui aspek TNI Polri, dikebirinya fungsi dan peranan TNI sebagai fungsi sospol dan territorial TNI dan strategi penentuan structural petinggi TNI yang akhirnya melemahkan kekuatan dan fungsi TNI sendiri.

Disini saya garis bawahi bahwa POLRI adalah elemen institusi yang paling lemah dan rentan yang mudah dijadikan sebagai alat kepentingan politik gerakan senyap KGB yang dibelakangnya telah di komando oleh TRG (The Read General) atau “Jenderal Merah” sambil duduk manis mengendalikan Polri.

TRG biasanya menggunakan aparat Polri sebagai Alatnya. Maka KGB melalui TRG telah berhasil menyumbangkan ide strateginya di parlementer dengan merubah Konstitusi Dasar UUD 1945 beserta turunannya.

Dengan menjadikan Tito Kemendagri, Polri adalah sebagai Regulator (pembuat kebijakan negara) yang seharusnya POLRI sebagai Operator (pelaksana kebijakan negara). Padahal Polri adalah Operator sama dengan TNI.

Kapolri tidak boleh hadir di rapat-rapat kabinet, ini tidak ada dasar hukumnya di UUD 1945.
Secara yuridis Kapolri dan Panglima TNI tidak boleh setingkat dengan Menhan (Menteri Pertahanan) atau Mendagri. Polri harus di bawah Departemen terkait.

Apabila posisi Polri di bawah Komando Presiden maka ini adalah tindakan Inkonstitutional (pelanggaran UUD 1945). Polri harus di bawah Kementerian Dalam Negeri atau Kementerian Hukum ini yang sesuai dengan UUD 1945.

Polri tidak boleh dipersenjatai alutsista (senjata berat) seperti Tentara. Polri adalah Sipil atau Non-Combatan (Non-Tempur).

Sementara TNI adalah Corps Combat (Pasukan Tempur) yang harus dipersenjatai alutsista dan senjata berat kaliber apapun.

Polri bukan di bawahi langsung kekuasaan Presiden. Karena Polri akan mudah dijadikan alat politik oleh partai Ruling Class (Penguasa).

Kalau sudah begini siapapun penguasanya akan memanfaatkan POLRI. Kalau kebetulan penguasanya lebih miring ke “Kiri” maka pastinya akan lebih repressif seperti sekarang ini.

Orang-orang yang kebetulan berseberangan dengan penguasa meraka akan ditangkapi, dikriminalisasi, diteror oleh polisi untuk kepentingan penguasa.

Padahal semua ini adalah rangkaian dari skenario gerakan sistematis KGB secara massif.

Bagaimanapun gerakan KGB ini membawa ideology Marxisme-Komunisme yang sangat berbahaya bagi masa depan anak cucu bangsa.

Sebagai sumber penyakit akut bagi masyarakat awam yang gaptek (gagap dalam ideology agamanya). Akan mengancam terhadap aqidah Islamiyah dan tegaknya kaidah ideology Pancasila di NKRI tercinta ini.

Karena strategy KGB adalah menyerang pikiran, membengkokkan iktikad, memelintir logika, membuat fitnah, membenturkan pemahaman, menghasut ideologi dan meruntuhkan kepercayaan (keyakinan).

Datu-satunya kekuatan Super Power yang bisa menangkal dan dapat menghancurkan gerakan Komunis Gaya Baru (KGB) hanya umat Islam dan TNI, hanya Dua elemen besar ini yang sangat ditakuti oleh PKI, tidak ada yang lain,!

#Disarikan dari berbagai sumber

Buitenzorg 110521

Oleh : Junaidi, SH, MH, Dosen Hukum Pidana Universitas Djuanda, Bogor (Sekretaris Umum Badko HMI Sumut 1992-1994)

- Advertisement -

Berita Terkini