Orang Saleh VS Orang Salah

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Apakah Ignatius Jonan orang saleh? Saya tidak tahu. Dan saya malas untuk mencari tahu. Buat saya, sungguh tidak penting. Apakah dia saleh atau tidak saleh – saya berterima kasih atas perubahan yang telah dibuat olehnya. Karena gebrakannya, KRL dan KAI aman, nyaman, bersih, manusiawi dan sangat membanggakan.

Apakah DR. Sri Mulyani orang saleh? Saya tidak tahu. Dan saya malas juga mencari tahu. Buat saya sungguh tidak penting. Dia saleh atau tidak saleh saya tetap memgaguminya dan berterima kasih sebagai warga Indinesia, karena kemampuannya menjaga ekonomi Indonesia tetap stabil.

Apakah Menteri PPUR Basuki Hadimuljono orang saleh? Saya tidak tahu. Dan saya malas juga untuk mencari tahu. Buat saya sungguh tidak penting. Dia saleh atau tidak saleh saya berterima kasih karena dia banyak membangun infrastuktur. Cepat, efisien dan merata.

Apakah Susi Pudjiastuti orang saleh? Saya tidak tahu. Dan malas juga mencari tahu. Buat saya sungguh tidak penting. Dia saleh atau tidak saleh saya berterima kasih karena dia banyak menenggalamkan kapal asing pencari ikan dan memperbaiki nasib nelayan.

Apakah Ahok BTP orang saleh? Ya. Kebetulan, ya! Tapi bukan karena itu jika saya dan banyak orang mengaguminya. Dia dikenangkan banyak orang karena keberaniannya, karena terobosannya, karena kepeduliannya dan kreasinya membangun ibukota. Menjadikan Jakarta Kota Dunia.

Banyak orang menganggap kesalehan adalah segalanya. Saya tidak. Apalagi jika cuma penampakan. Nampak saleh. Sekadar kelihatan saleh.

Tampil kesalehan kini malah dijadikan modus. Banyak politisi yang mendadak saleh. Untuk meraup suara lalu menipu.

Saya tidak anti terhadap orang saleh. Tapi makin banyak saja orang saleh melanggar aturan hukum dan melakukan tindakan yang tak bermoral. Tampil dengan kesalehan malah jadi mencurigakan.

Indonesia surplus orang saleh. Banyak pejabat dan tokoh tangkapan KPK yang saleh. Saleh betulan dan saleh penampakan. Di Polda Metro Jaya kini ada tahanan kakap yang selama ini dikenal suka jualan kesalehan. Sedang diadili.

KPK tidak perlu orang saleh. KPK perlu orang bersih, profesional dan sigap. Membrantas korupsi tanpa pandang bulu, bukan orderan Chaplin, Cendana atau Cikeas – lalu nilep emas batangan barang bukti. Apakah para penyidik KPK soleh rajin ngaji dan ke masjid atau rajin gereja atau sekuler – tidak penting. Itu urusan mereka pribadi.

Musuh Indonesia selama ini adalah korupsi – terorisme dan narkoba. Ternyata, banyak orang saleh dan nampak saleh terlibat dalam aksi aksi kejahatan luar biasa itu. Kita semua tahu.

Kesalehan sebagai modus pengelabuan bukan hanya datang dari satu agama – khususnya agama mayoritas – jika itu dipersoalkan. Melainkan juga agama minoritas .

Ada anekdot di kalangan konglomerat. Konon ada seorang konglomerat – satu di antara sembilan naga – yang bisnisnya menggurita, menguasai lahan property ribuan hektar dan rajin bangun gereja serta rajin ibadah. Namun punya sisi lain dan terkenal juga sebagai tukang tipu.

“Dari Senin hingga Sabtu dia tipu masyarakat, tipu nasabah, tipu tenant, tipu aparat, tipu petugas pajak, tipu pengusaha lain, ” kata yang bikin anekdot. “Di hari Minggu dia tipu Tuhan!” katanya lagi, sembari terkekeh.

Lengkap sudah!

Saya malas mengutip nama Emha Ainun Najib karena belakangan suka sensasi, pansos dan kelakuannya mirip kadrun. Tapi kali ini terpaksa saya kutipkan celotehan darinya untuk Anda di sini karena ada benarnya:

“Agama itu sama dengan celana dalam. Tak perlu dipamer pamerkan,” kata Cak Nun.

Agama itu sama dengan alat vital. Penting, berguna, tapi tak usah diperlihatkan – katanya lagi. Tunjukkan saja hasilnya. Memuaskan pasangan dan menghasilkan anak. Nggak usah ditonjol-tonjolkan.

Kesalehan juga begitu. *

Oleh : Supriyanto Martosuwito

- Advertisement -

Berita Terkini